"Oh ya, kamu datang kemari untuk konferensi apa?" tanya Aidan kemudian mengaduk kopi yang sudah diberi kreamer sebelumnya.
"Kesehatan mental, depresi dan social anxiety (kecemasan sosial) pada korban bullying terutama anak sekolah." Aidan menaikkan pandangannya pada Raphael sekarang. Ia sempat terdiam beberapa saat dan sedikit menelan ludahnya.
"Apa kalian membahas hal-hal seperti itu di konferensi?" Raphael pun mengangguk dan sedikit tersenyum. Ia terus memperhatikan Aidan yang tiba-tiba tertarik dengan konferensi yang sedang diikutinya.
"Kenapa? Apa kamu tertarik?" Aidan menarik napas dan mendenguskannya dengan kuat.
"Harusnya masalah seperti itu dibahas sewaktu aku masih SMA. Itu akan sangat membantuku," sindir Aidan dan disambut gelak kecil oleh Raphael.
“Apa kamu ikut mengalaminya juga?” Aidan mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya. Raphael ikut mengangguk tak lama kemudian lalu membenarnya.
“Pembullyan sudah sangat umum dan s
Aidan benar-benar melesat dari perkiraan dan rencananya. Ia mungkin tak akan menyangka jika membawakan ijazah yang dibutuhkan Malikha bisa membuat hatinya luluh seketika. Sehingga kini Aidan tak perlu capek-capek untuk menjerat Malikha lebih dalam dengan pesonanya. Langkahnya menjadi pahlawan kesiangan adalah hal yang sangat tepat.Fiona yang sesungguhnya telah dikenali Aidan, makin tersenyum saat Malikha membawa seorang teman pria untuk dikenalkan padanya. Firasat hatinya berpendar positif saat melihat Aidan, seolah ia bisa melihat jika Aidan adalah pria yang spesial untuk Malikha. Kebahagiaan di mata Malikha tak bisa ditepis begitu saja."Siapa dia?” tanya Fiona lembut begitu Malikha mendekat dan menarik Aidan bersamanya."Mom ... perkenalkan ini namanya Aidan Orlando," ujar Malikha semringah memperkenalkan Aidan pada Ibunya. Aidan ikut mendekat sama seperti Malikha.Aidan tersenyum tipis dan mendekat. Ia lalu menjulurkan tangan dengan sikap sedikit membungkuk yang sopan."Namaku Ai
"Jadilah kekasihku, Malikha," bisik Aidan kemudian. Aidan perlahan mendekat dan mulai perlahan memegang pipi Malikha. Bibirnya semakin dekat untuk mengecup lembut bibir cantik Malikha perlahan.Aidan tak menahan perasaannya. Ia mengulum dengan lembut dan penuh perasaan bibir Malikha seperti es krim sorbet yang lembut. Aidan tak ingin memperlakukan kasar sama sekali. Setidaknya untuk sekali, ia bisa menikmati rasa yang muncul dari dalam hatinya begitu saja.Ciuman itu adalah yang pertama kali diberikan Aidan pada Malikha selama mereka saling mengenal. Baik ketika dulu maupun ketika sekarang saat hanya Aidan yang mengenali Malikha. Aidan sebenarnya tak berencana sejauh itu ingin mencium bibir Malikha, tapi ia tak bisa menahan perasaannya.Lebih dari itu, hati kecilnya sebenarnya masih menyimpan rasa suka yang sama seperti dulu. Rasa suka itu telah dikubur paksa oleh Aidan akibat kejadian 12 tahun lalu tapi ia sekarang mencoba keluar dari lubang gelap ke permukaan
Dendam dan cinta yang sedang berperang dalam hatinya, membuat Aidan kini berada di gym pribadinya. Ia berlatih Aikido untuk menenangkan diri. Ilmu bela diri asal Jepang itu sudah dikuasai oleh Aidan selama beberapa tahun. Ia bahkan ikut memakai pakaian Aikido dan sebuah senjata berupa tongkat bambu khusus. Aidan juga sudah mendapatkan sabuk hitam Taekwondo-nya cukup lama.Berlatih bela diri membuatnya merasa lebih tenang dan aman. Biasanya ia memiliki seorang pelatih yang menjadi partnernya, tapi hari ini ia memilih berlatih sendiri. Setelah berdiri kembali usai melakukan gerakan terakhir, Aidan menarik nafas dengan peluh yang menetes. Ia masih berdiri dan tak bergerak sampai dihampiri oleh Glenn Matthews."Sebaiknya Tuan beristirahat. Ini sudah tengah malam," Glenn mengingatkan. Aidan lalu berbalik dan menunduk. Ia kemudian berjalan ke arah Glenn dan memberikan tongkatnya berlatih sebelumnya.Aidan berjalan keluar gym dan masuk ke kamarnya. Entah ia bisa berist
Usai kejadian di hotel tersebut, Aidan masih tak menghubungi Malikha sama sekali. Malikha pun tak berusaha menghubungi Aidan. Ia menyibukkan diri di restoran dan klub Estrela untuk melupakan sejenak bayangan Aidan yang tak mau pergi dari benaknya.Setidaknya untuk saat ini Malikha sudah tahu kebenarannya dan ingin melakukan sesuatu untuk Ibunya. Ia tak ingin menjadi penghalang dengan menerima Aidan sebagai kekasihnya.Sampai suatu malam, saat Malikha yang sedang duduk membuat surat lamaran pekerjaan untuk sebuah perusahaan, kemudian berhenti menulis setelah ada bunyi ketukan di pintu depan apartemennya. Malikha memang berencana keluar dari Estrela agar tak lagi dekat dengan Aidan. Mungkin ini saatnya menghindari Aidan Orlando Caesar.Malikha sempat membiarkan beberapa saat ketukan di pintu tapi karena tak berhenti, ia pun memutuskan untuk melihat siapa yang sudah datang.Malikha lalu berdiri dari kursinya dan berjalan membuka pintu. Ia begitu terkejut saat melihat Aidan berdiri di dep
Brandon Caesar keluar dari sebuah Rolls Royce Wraith putih tepat setelah supirnya memarkirkan mobil itu di depan bangunan apartemen Malikha. Ia berjalan masuk ke dalam bangunan apartemen itu seperti sebelumnya saat mengunjungi Malikha beberapa hari yang lalu. Brandon sebenarnya datang untuk melihat keadaan Malikha sekaligus bicara dengannya.Ia sempat berhenti dan tertegun beberapa saat sebelum akhirnya naik juga ke tangga atas ke lantai Malikha tinggal. Begitu tiba di depan pintu apartemen Malikha, Brandon menarik napasnya dan hendak mengetuk pintu dengan menaikkan tangannya. Namun tangannya berhenti saat sayup-sayup ia mendengar suara seorang pria di dalam apartemen itu tengah tergelak bersama suara Malikha. Brandon jadi mengernyitkan keningnya dan memutuskan untuk mengintip.Beruntung bagi Brandon bahwa Malikha tidak mengunci pintu apartemennya jadi ia bisa membuka perlahan pegangan pintu apartemen tersebut. Dari pintu depan, sofa di tengah ruangan langsung terlihat
Brandon memberikan Aidan delikan tajam usai Malikha malah meminta maaf. Hubungan Brandon dan Fiona tak jadi diresmikan agar Aidan dan Malikha bisa bersama. Tapi Aidan membalasnya dengan balik mengangkat dagunya dengan angkuh."Kamu tidak usah khawatir. Bagiku Malikha adalah yang terpenting," balas Aidan sambil tersenyum manis. Senyuman yang bagi Brandon menyimpan banyak pertanyaan dan misteri. Aidan adalah orang yang paling sulit dibaca. Ia terbiasa menyembunyikan perasaan dan tak ada satupun orang yang mengetahui apa yang ia rencanakan sebenarnya.Brandon hanya bisa berharap jika Aidan tidak mempermainkan Malikha nantinya. Jika saja Malikha tidak memiliki perasaan untuk Aidan mungkin akan lain ceritanya."Aku tidak ingin kalian tinggal bersama sebelum hubungan kalian resmi. Dan Aidan... semua orang harus tau siapa Malikha," ujar Brandon mengatakan permintaannya."Baik. Aku tidak masalah dengan itu," jawab Aidan santai. Brandon kemudian berdiri lalu berba
"Kenalkan ini namanya Malikha Swan," ujar Aidan memperkenalkan Malikha pada Jayden. Jayden langsung semringah dan menjulurkan tangannya dengan sikap ramah."Akhirnya kita bisa bertemu lagi, namaku Jayden Lin. Aku sahabat calon suamimu, Aidan," ujar Jayden sambil terkekeh kecil. Malikha langsung tersipu mendengar kalimat Jayden. Lucy yang mendengar kalimat itu lalu melebarkan matanya. Apa yang dikatakan oleh Tuan Lin? Ia melihat ekspresi Aidan, bosnya dan ia malah tersenyum lebar seakan yang dikatakan Jayden Lin benar adanya.Dengan pipi merona merahnya, Malikha ikut memperkenalkan dirinya. Ia menyadari bahwa Jayden adalah orang yang sama yang memarahi Aidan saat mereka bertemu pertama kali di Pub tempat Malikha bekerja dulu."Namaku Malikha Swan. Selamat datang di Estrela, Tuan Lin." Jayden mengangkat bahunya."Tidak perlu terlalu ramah. Aku hanya pengunjung biasa di Estrela, aku sudah sering kemari. Tapi terima kasih atas sambutannya. Satu lagi, panggil saja aku Jayden," jawab Jayden
Beberapa minggu belakangan ini, Fiona Swan baru saja menjalani kemoterapi yang puluhan kalinya setelah ia memulai pengobatan kankernya. Ia sesungguhnya sudah tak kuat lagi. Kemoterapi begitu menyakitkan, bukan hanya rasa sakit dari infus cairan yang diberikan selama proses namun juga karena setelahnya ia akan muntah hebat, pusing dan kehilangan selera makan. Fiona hanya bertahan untuk Malikha. Ia sangat ingin melihat putrinya bahagia atau setidaknya sebelum fisiknya menyerah, Malikha telah ada yang menjaga.Dan doa Fiona seakan dijawab oleh Tuhan. Hari ini, Fiona kedatangan seseorang yang baru saja ia temui sekali. Dalam keadaan lemah dan mengantuk, Fiona tersenyum pada Aidan yang datang menemuinya. Fiona memiliki firasat yang baik tentang Aidan. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang disukai Fiona yaitu ketulusannya saat menatap Malikha. Aidan pun mendekat dengan membawa sebuket bunga untuk Fiona Swan."Apa kabarmu?" sapa Fiona lebih dahulu pada Aidan yang mendekat deng