GREENWICH, CONNECTICUT
Mobil Bruce tiba setelah menempuh perjalanan hampir satu jam setengah dari Noxtrot. Keduanya keluar di pekarangan depan sebuah kantor developer perumahan bernama Ranallo Construction & Housing Developer. Pemandangan di sekitar kantor itu benar-benar luar biasa. Pemandangan yang Malikha pikir tak akan dilihatnya di kota sepadat New York.
"Ini indah sekali," puji Malikha sambil melihat sekitarnya. Bruce tersenyum senang melihat Malikha sangat menikmati perjalanan mereka. Ia pun kemudian mengajak Malikha untuk masuk ke dalam sebuah kantor jasa konstruksi yang menyediakan kompleks perumahan berbagai tipe yang diinginkan oleh pelanggan.
"Ini adalah perusahaan yang memakai jasa kita dalam urusan eksterior dan interior design. Noxtrot sudah bekerjasama dengan Ranallo Contruction untuk beberapa rumah mewah. Sekarang mereka meminta Noxtrot untuk mendesign rumah peristirahatan," ujar Bruce menjelaskan panjang lebar dengan rasa bangga. Malikha me
Glenn Matthews sedang kesal hari ini. Ia kembali menemukan Lucy yang mencoba menggoda Aidan di kantornya sebelum Aidan pergi menjemput Lea, kekasih Raphael Augustin.Dengan marah, ia membanting dokumen yang dibutuhkan Aidan di depan meja kerjanya. Lucy tengah duduk di atas meja Aidan berbalik padanya menemaninya menandatangani beberapa berkas.Ketika Glenn masuk dan melakukan hal yang sebenarnya cenderung tidak sopan itu, Aidan membiarkannya saja. Ia memang sebenarnya sudah jengah pada perilaku Lucy yang makin berani. Tapi belum mau memecat gadis itu karena ia masih membutuhkan kemampuan analisis-nya.Jadilah, Glenn diminta Aidan untuk 'meluruskan' Lucy kembali agar ia tak sembarangan bertindak. Aidan tak perduli ketika Glenn melemparkan dokumen tersebut. Tapi Lucy menoleh ke belakang dan mengernyitkan keningnya. Ia akhirnya turun dari meja kerja Aidan dan menghampiri Glenn."Apa kamu sudah kehilangan etikamu, Tuan Matthews!" ujar Lucy sok menegur. Glenn
GREENWICHBruce membawakan sebotol champagne ditangan yang satu dengan dua buah gelas di tangan sebelahnya. Sedangkan Malikha sedang bersantai menikmati pemandangan taman bunga yang indah di samping rumah peristirahatan itu. Setelah mereview seluruh isi dan interior rumah, Bruce ingin mentraktir Malikha minum. Ia lalu meletakkan botol minuman itu di dekat Malikha."Oh, aku tidak biasa minum minuman beralkohol, Bruce. Aku pernah minum bir sekali sewaktu di Perancis dan aku menyesal melakukannya," ujar Malikha menolak minuman dari Bruce. Bruce malah tertawa mendengar cerita Malikha."Lho, kenapa?" tanya Bruce sambil tergelak."Aku cuma minum satu gelas bir dan mabuk. Aku jadi berkelakuan aneh dan tak ingat apa pun. Entah kelakuan memalukan apa yang sudah aku lakukan, jika Aidan tidak menjemputku. Mungkin aku sudah tidur di jalan, hehehe," jawab Malikha ikut terkekeh. Dia tak sengaja ikut menyebut nama Aidan dan itu membuat tawa Bruce agak pudar. Suasana kak
Aidan terus memukuli Bruce dan Malikha yang kaget sekaligus panik mencoba menghentikan tindakan barbar Aidan."Hentikan ... jangan berkelahi!" Malikha berteriak lalu menarik tangan Aidan. Aidan yang terlalu emosi mendorong Malikha sampai ia terjatuh lalu memukul Bruce beberapa kali di wajahnya. Bruce yang tidak terima Aidan mendorong Malikha sampai terjatuh, membalas pukulan itu.Dengan sekali dorong, Aidan menendang perut Bruce lalu dengan cepat memberi sebuah tinju yang menyebabkan Bruce oleng lalu terjatuh dan kepalanya terbentur sisi meja─Bruce pingsan di tempat.Sedangkan Aidan terengah melihat lawannya tak lagi bergerak di lantai. Aidan mendekat lalu memeriksa nadinya, ia masih hidup. Mata Aidan lantas menoleh ke belakang, melihat Malikha yang terjatuh masih terduduk di lantai.Malikha berusaha ingin lari tapi ditangkap oleh Aidan dengan mudah. Ia berusaha melawan dengan menarik tangannya dari cengkraman Aidan."Mau kemana kamu, HAH!" Aidan m
Sebelah tangan Aidan terus membelai rambut Malikha, sementara bibirnya sibuk memagutkan dirinya dengan lembut pada garis rahang hingga bibir Malikha berkali-kali. Tak perduli jika ia sedang menangis dan memohon untuk dilepaskan. Aidan tak bisa berhenti sama sekali. Wanita itu begitu manis dan membuat gairah lelakinya semakin memuncak."Lepas Aidan ..." isak Malikha masih belum menyerah. Aidan malah terus mengulum lembut dan terus membelai wajah sambil menyeka air mata Malikha."Aku milikmu ... aku sangat mencintaimu, Babydoll-ku," gumam Aidan begitu larut dengan perasaannya. Rasa bahagia karena telah memiliki Malikha, mengalahkan empatinya karena sudah menorehkan luka di tubuh dan batin Malikha."Pembohong ... pembohong!" Malikha terisak dengan suara makin mengecil. Tapi Aidan hanya tersenyum tipis dan pinggulnya kini bergerak lebih lembut.“Aku sangat mencintaimu!” lafal Aidan terus menerus.Malikha hanya bisa terengah dan pasrah. Seda
GREENWICHBruce Caldwell mengalami pusing yang luar biasa saat ia terbangun di lantai kayu di sebuah kamar. Ia memegang kepalanya yang terbentur sisi meja dan pingsan kemarin."Malikha ..." panggil Bruce panik. Sembari memegang kepalanya, Bruce berdiri dan mencari Malikha. Ia baru ingat jika semalam Aidan datang dan memukulnya."Malikha ..." Bruce terus memanggil nama Malikha mencarinya ke seluruh rumah lalu ke luar. Hari bahkan sudah pagi, ia pingsan begitu lama."Kemana si brengsek itu membawanya ... akkhh ... kepalaku!" Bruce hanya melihat mobilnya saja yang ada di depan. Ia lalu kembali ke dalam dan membersihkan wajah lalu mengambil jas dan pergi menggunakan mobilnya. Ia kembali ke kantor developer itu mencari tau bagaimana Aidan bisa menemukannya.Setelah mendengar cerita dari manajer yang memberi informasi pada Aidan, sambil mendengus kesal Bruce pergi menggunakan mobilnya dengan penampilan kusut. Ia berencana mencari Malikha meski tak tau ap
Glenn benar-benar tak habis pikir dengan Aidan. Tingkahnya semakin hari semakin tak bisa dikendalikan. Glenn sendiri sudah tak tahan dan langsung protes, tapi sifat paranoid Aidan pada Malikha membuatnya tak bisa berpikir logis."Pikirkan lagi, Tuan. Mengurung Nyonya hanya akan membuatnya makin stres. Dia bisa saja kabur lagi atau melakukan hal yang tidak Tuan inginkan, atau dia akan semakin membencimu!" ujar Glenn memberikan pandangannya. Aidan terdiam, namun ia masih memendam kekesalan jika mengingat bagaimana Malikha kabur darinya berkali-kali."Tapi aku tidak punya cara lain," balas Aidan pada Glenn yang masih berdiri di belakangnya. Glenn kemudian mendekat lagi pada Aidan."Tuan selalu disukai oleh para wanita. Mengapa tidak menggunakan itu agar Nyonya menyenangimu? Mungkin dengan begitu dia akan menurut," ujar Glenn lagi. Aidan mendengus dan tersenyum lalu berbalik melihat Glenn."Andai Malikha seperti semua wanita yang aku temui selama ini, betapa
"Malam ini kamu bebas, tapi lain kali aku ingin kamu lebih agresif," bisiknya lagi sambil tersenyum lebih lebar. Malikha hanya bisa mengeratkan pejaman mata karena ketakutan. Ia jadi tak bisa tidur.Walhasil, Aidan sudah tertidur dengan nyenyak sambil memeluk Malikha, sedangkan Malikha malah terus memandang kosong pada sofa tempatnya biasa tidur di kamar Aidan. Airmatanya menetes lagi, ia semakin yakin jika takkan ada jalan keluar lagi. Malikha sudah berkali-kali mencoba melarikan diri dari Aidan dan hasilnya ia hanya kembali pada monster itu lagi.Bunyi hembusan napas Aidan yang membelai lembut tekuk Malikha adalah pertanda jika Malikha begitu pintar membuat Aidan tertidur. Memeluk Malikha adalah hal yang paling disukai oleh Aidan jika tidur bersama.Aidan tak lagi menghardik ataupun menjelek-jelekkan Malikha. Ia punya cara baru untuk membuat Malikha menurut yaitu dengan mengancamnya. Seperti saat Aidan sedang memakai pakaiannya akan berangkat ke kantor, Malikh
"Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Bruce pada pegawai yang melaporkan seorang pria yang mencari Malikha. Pegawai itu coba mengingat."Tampan, rambutnya agak sedikit panjang dan berwarna coklat kehitaman, wajahnya seperti pria latin dan dia memakai setelan mahal seperti seorang CEO. Nona Silvia memberikan dia alamat proyek yang Nyonya Malikha kunjungi kemarin."Bruce menghela napas. Ciri-ciri yang diberikan memang bukan Aidan, tapi bisa jadi itu salah satu orang suruhannya.Tak lama kemudian, seorang bawahan Malikha lainnya masuk dan sedikit kaget saat melihat CEO mereka berada di ruangan HRD."Oh, Tuan Caldwell. Kebetulan, aku diberikan surat ini oleh resepsionis barusan, katanya untuk HRD. Setelah aku buka ternyata isinya adalah surat pengunduran diri Nyonya Malikha Swan," ujar pegawai itu. Mata Bruce langsung terbelalak. Ia lantas merebut surat pengunduran diri Malikha dan membacanya. Surat itu ditandatangani langsung oleh Malikha."Ini tida
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."