GREENWICH
Bruce membawakan sebotol champagne ditangan yang satu dengan dua buah gelas di tangan sebelahnya. Sedangkan Malikha sedang bersantai menikmati pemandangan taman bunga yang indah di samping rumah peristirahatan itu. Setelah mereview seluruh isi dan interior rumah, Bruce ingin mentraktir Malikha minum. Ia lalu meletakkan botol minuman itu di dekat Malikha.
"Oh, aku tidak biasa minum minuman beralkohol, Bruce. Aku pernah minum bir sekali sewaktu di Perancis dan aku menyesal melakukannya," ujar Malikha menolak minuman dari Bruce. Bruce malah tertawa mendengar cerita Malikha.
"Lho, kenapa?" tanya Bruce sambil tergelak.
"Aku cuma minum satu gelas bir dan mabuk. Aku jadi berkelakuan aneh dan tak ingat apa pun. Entah kelakuan memalukan apa yang sudah aku lakukan, jika Aidan tidak menjemputku. Mungkin aku sudah tidur di jalan, hehehe," jawab Malikha ikut terkekeh. Dia tak sengaja ikut menyebut nama Aidan dan itu membuat tawa Bruce agak pudar. Suasana kak
Aidan terus memukuli Bruce dan Malikha yang kaget sekaligus panik mencoba menghentikan tindakan barbar Aidan."Hentikan ... jangan berkelahi!" Malikha berteriak lalu menarik tangan Aidan. Aidan yang terlalu emosi mendorong Malikha sampai ia terjatuh lalu memukul Bruce beberapa kali di wajahnya. Bruce yang tidak terima Aidan mendorong Malikha sampai terjatuh, membalas pukulan itu.Dengan sekali dorong, Aidan menendang perut Bruce lalu dengan cepat memberi sebuah tinju yang menyebabkan Bruce oleng lalu terjatuh dan kepalanya terbentur sisi meja─Bruce pingsan di tempat.Sedangkan Aidan terengah melihat lawannya tak lagi bergerak di lantai. Aidan mendekat lalu memeriksa nadinya, ia masih hidup. Mata Aidan lantas menoleh ke belakang, melihat Malikha yang terjatuh masih terduduk di lantai.Malikha berusaha ingin lari tapi ditangkap oleh Aidan dengan mudah. Ia berusaha melawan dengan menarik tangannya dari cengkraman Aidan."Mau kemana kamu, HAH!" Aidan m
Sebelah tangan Aidan terus membelai rambut Malikha, sementara bibirnya sibuk memagutkan dirinya dengan lembut pada garis rahang hingga bibir Malikha berkali-kali. Tak perduli jika ia sedang menangis dan memohon untuk dilepaskan. Aidan tak bisa berhenti sama sekali. Wanita itu begitu manis dan membuat gairah lelakinya semakin memuncak."Lepas Aidan ..." isak Malikha masih belum menyerah. Aidan malah terus mengulum lembut dan terus membelai wajah sambil menyeka air mata Malikha."Aku milikmu ... aku sangat mencintaimu, Babydoll-ku," gumam Aidan begitu larut dengan perasaannya. Rasa bahagia karena telah memiliki Malikha, mengalahkan empatinya karena sudah menorehkan luka di tubuh dan batin Malikha."Pembohong ... pembohong!" Malikha terisak dengan suara makin mengecil. Tapi Aidan hanya tersenyum tipis dan pinggulnya kini bergerak lebih lembut.“Aku sangat mencintaimu!” lafal Aidan terus menerus.Malikha hanya bisa terengah dan pasrah. Seda
GREENWICHBruce Caldwell mengalami pusing yang luar biasa saat ia terbangun di lantai kayu di sebuah kamar. Ia memegang kepalanya yang terbentur sisi meja dan pingsan kemarin."Malikha ..." panggil Bruce panik. Sembari memegang kepalanya, Bruce berdiri dan mencari Malikha. Ia baru ingat jika semalam Aidan datang dan memukulnya."Malikha ..." Bruce terus memanggil nama Malikha mencarinya ke seluruh rumah lalu ke luar. Hari bahkan sudah pagi, ia pingsan begitu lama."Kemana si brengsek itu membawanya ... akkhh ... kepalaku!" Bruce hanya melihat mobilnya saja yang ada di depan. Ia lalu kembali ke dalam dan membersihkan wajah lalu mengambil jas dan pergi menggunakan mobilnya. Ia kembali ke kantor developer itu mencari tau bagaimana Aidan bisa menemukannya.Setelah mendengar cerita dari manajer yang memberi informasi pada Aidan, sambil mendengus kesal Bruce pergi menggunakan mobilnya dengan penampilan kusut. Ia berencana mencari Malikha meski tak tau ap
Glenn benar-benar tak habis pikir dengan Aidan. Tingkahnya semakin hari semakin tak bisa dikendalikan. Glenn sendiri sudah tak tahan dan langsung protes, tapi sifat paranoid Aidan pada Malikha membuatnya tak bisa berpikir logis."Pikirkan lagi, Tuan. Mengurung Nyonya hanya akan membuatnya makin stres. Dia bisa saja kabur lagi atau melakukan hal yang tidak Tuan inginkan, atau dia akan semakin membencimu!" ujar Glenn memberikan pandangannya. Aidan terdiam, namun ia masih memendam kekesalan jika mengingat bagaimana Malikha kabur darinya berkali-kali."Tapi aku tidak punya cara lain," balas Aidan pada Glenn yang masih berdiri di belakangnya. Glenn kemudian mendekat lagi pada Aidan."Tuan selalu disukai oleh para wanita. Mengapa tidak menggunakan itu agar Nyonya menyenangimu? Mungkin dengan begitu dia akan menurut," ujar Glenn lagi. Aidan mendengus dan tersenyum lalu berbalik melihat Glenn."Andai Malikha seperti semua wanita yang aku temui selama ini, betapa
"Malam ini kamu bebas, tapi lain kali aku ingin kamu lebih agresif," bisiknya lagi sambil tersenyum lebih lebar. Malikha hanya bisa mengeratkan pejaman mata karena ketakutan. Ia jadi tak bisa tidur.Walhasil, Aidan sudah tertidur dengan nyenyak sambil memeluk Malikha, sedangkan Malikha malah terus memandang kosong pada sofa tempatnya biasa tidur di kamar Aidan. Airmatanya menetes lagi, ia semakin yakin jika takkan ada jalan keluar lagi. Malikha sudah berkali-kali mencoba melarikan diri dari Aidan dan hasilnya ia hanya kembali pada monster itu lagi.Bunyi hembusan napas Aidan yang membelai lembut tekuk Malikha adalah pertanda jika Malikha begitu pintar membuat Aidan tertidur. Memeluk Malikha adalah hal yang paling disukai oleh Aidan jika tidur bersama.Aidan tak lagi menghardik ataupun menjelek-jelekkan Malikha. Ia punya cara baru untuk membuat Malikha menurut yaitu dengan mengancamnya. Seperti saat Aidan sedang memakai pakaiannya akan berangkat ke kantor, Malikh
"Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Bruce pada pegawai yang melaporkan seorang pria yang mencari Malikha. Pegawai itu coba mengingat."Tampan, rambutnya agak sedikit panjang dan berwarna coklat kehitaman, wajahnya seperti pria latin dan dia memakai setelan mahal seperti seorang CEO. Nona Silvia memberikan dia alamat proyek yang Nyonya Malikha kunjungi kemarin."Bruce menghela napas. Ciri-ciri yang diberikan memang bukan Aidan, tapi bisa jadi itu salah satu orang suruhannya.Tak lama kemudian, seorang bawahan Malikha lainnya masuk dan sedikit kaget saat melihat CEO mereka berada di ruangan HRD."Oh, Tuan Caldwell. Kebetulan, aku diberikan surat ini oleh resepsionis barusan, katanya untuk HRD. Setelah aku buka ternyata isinya adalah surat pengunduran diri Nyonya Malikha Swan," ujar pegawai itu. Mata Bruce langsung terbelalak. Ia lantas merebut surat pengunduran diri Malikha dan membacanya. Surat itu ditandatangani langsung oleh Malikha."Ini tida
"Apa yang kamu lakukan disini!" tanya Glenn setengah menghardik saat melihat Lucy berada di ruangan Aidan. Ia baru saja masuk, setelah meninggalkan Aidan di koridor dekat lobi usai berkonfrontasi dengan Bruce beberapa saat lalu. Yang membuat Glenn kesal adalah Lucy duduk di kursi Aidan seperti seorang pimpinan.Ia berjalan sedikit cepat dari pintu ke arah samping kursi dan menarik lengan Lucy agar berdiri dari tempat ia sedang duduki. Lucy malah menepiskan pegangan Glenn pada lengannya."Kamu jangan berlaku kurang ajar disini! Itu kursi Tuan Caesar!" hardik Glenn benar-benar marah. Tapi Lucy tak perduli, ia malah melipat kakinya dan memperlihatkan kaki mulus yang terbuka sangat menggoda.Kenapa kamu yang marah, ini kan bukan kursimu!" sahut Lucy berani melawan Glenn. Rasanya Glenn sudah kehabisan akal menghadapi Lucy. Kemana perginya gadis lugu yang dulu membuatnya tertarik, sehingga memilihnya dari sekian banyak kandidat yang menjadi calon Sekretaris Aidan Caes
"Katakan padaku dengan jujur, apa kamu menikahi Malikha untuk membalas perbuatannya padamu dulu?" Brandon melontarkan pertanyaan yang sama seperti Arjoona dulu. Jujur saja, Aidan sebenarnya sudah bosan mendengarnya, tapi ia tak kunjung menjelaskan. Jika itu hanyalah kedoknya saja untuk membuat Malikha bertekuk lutut padanya."Apapun alasanku itu sudah tidak penting lagi. Kami sudah menikah, apa lagi!""Itu penting bagiku! Malikha juga anakku, Aidan. Dia putriku, dia menantuku sekarang. Aku tidak akan membiarkan kamu menyakitinya!" bantah Brandon cepat."Apa karena dia anak dari wanita yang kamu cintai jadi kamu pikir punya kewajiban untuk menjaganya!" sahut Aidan tak mau kalah."Sekalipun dia bukan putri Fiona, aku akan tetap menyayanginya. Aidan, jangan bawa dendammu lagi, Malikha sudah membayar semuanya!" Aidan mulai kesal, rasa ingin jujurnya dikalahkan lagi emosi yang memuncak karena semua orang menuduhnya salah. Mengapa tidak jadi penjahat sekalian?