Share

24. Sulit Konsentrasi

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-26 14:00:00

Yara merasakan dirinya dengan Oliver semakin jauh, setelah apa yang terjadi di Bali, dan setelah kejadian kemarin saat Yara dan Marshall memasak bersama.

Oliver semakin dingin dan sama sekali tidak menganggap kehadiran Yara di rumahnya. Yara tidak mengerti, kenapa Oliver sampai sedingin itu tanpa alasan yang jelas? Pria itu semakin sulit ia jangkau.

Hari ini, Yara membawa Zio untuk berkunjung ke rumah ibunya. Rianti, wanita yang berusia 50 tahun itu tampak lebih tua sepuluh tahun dari usia sebenarnya, akibat kanker yang menggerogotinya dan pengobatan yang ia jalani. Rianti tinggal berdua dengan seorang wanita yang Oliver pekerjakan untuk menjaga dan merawatnya.

Senyuman lebar terukir di bibir Rianti yang pucat kala Yara dan Zio datang. Sudah lama sekali Rianti merindukan putri dan cucunya.

“Maafin aku, Bu, baru jenguk Ibu lagi sekarang,” ucap Yara dengan perasaan menyesal sambil memeluk Rianti. “Aku kangen Ibu.”<
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
nunjukin apa sih rubah betina itu, emang harus di ganti sekretaris Oliver ini
goodnovel comment avatar
Ami Lee
pasti tengok marshall sama yara dan zio ya oliver... hihihi.... syukurin elu galau sendiri gelisah sendiri....
goodnovel comment avatar
Mamahna Fauzi Sidiq
komen dulu ah Bacanya nanti kalau udah tambah up lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   25. Skandal

    “Terima kasih sudah mengantar kami pulang,” ucap Yara sembari melepas sabuk pengaman.“It’s okay. Aku punya banyak waktu luang hari ini.” Marshall tersenyum, sebelum akhirnya turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Yara.Tadi, setelah dari supermarket, Marshall mengantar Yara dan Zio ke rumah Rianti untuk menyimpan semua barang belanjaan kebutuhan sehari-hari. Setelah itu Marshall pula yang mengantar Yara pulang ke rumah Oliver sampai ke depan rumah, sekarang.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Yara menginjakkan kaki di dalam rumah Oliver. Lampu ruang tengah sudah dipadamkan. Yara menggendong Zio yang sedang tertidur.“Dari mana saja kamu seharian ini?”Yara tersentak kala mendengar suara bariton Oliver yang menggema di seluruh ruangan. Ia melihat siluet pria itu sedang berdiri dekat sofa. Suaranya yang dingin membuat jantung Yara berdetak cepat.“Oliver...,” gumam Yara sambil menghampiri pria itu. “Kamu belum tidur?” Yara mencoba berbasa-basi demi mencairkan suas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   26. Kamu Cemburu?

    Yara tersentak saat Oliver menariknya menuju kamar Zara—sebuah ruangan yang jarang ia masuki. Ruangan itu selalu membuatnya merasa asing, seolah-olah ia bukan bagian dari rumah ini.Ketika Oliver membuka pintu dengan kasar, aroma parfum lembut yang familiar menyambutnya. Parfum Zara."Kamu tahu kenapa aku terus menyimpan kamar ini seperti dulu?" tanya Oliver dengan nada yang lebih tenang tapi tetap dingin. Ia membiarkan pintu terbuka, memperlihatkan seluruh kenangan Zara yang tertata rapi di dalam sana. Foto-foto, pakaian, dan barang-barang pribadi Zara seakan tidak pernah tersentuh waktu.Yara menelan ludah, tangannya gemetar. "Oliver, aku—"Oliver menoleh padanya dengan tatapan yang tajam. "Kamu menikah denganku karena Zara. Kamu ada di sini untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkannya. Tapi lihat dirimu! Kamu terus saja melakukan hal-hal yang seharusnya dia tidak pernah lakukan. Apa yang kamu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   27. Pembelaan Oliver

    Oliver mengerem mobilnya secara mendadak. Marshall menoleh ke belakang, ia bersyukur karena tak ada kendaraan di belakang mereka.“Oliver William, kamu mau membuat penyanyi terkenal ini mati mendadak?” protes Marshall, “ah, atau jangan-jangan dugaanku benar. Kamu cemburu.” Marshall terkekeh kecil.Oliver mendengus kasar, ia melajukan lagi kendaraannya dengan ekspresi yang semakin keruh.“Jangan bicara sembarangan, atau aku akan menurunkanmu di sini!” ancam Oliver dengan rahang mengeras.“Oke. Oke,” Marshall mengangkat tangan, tanda menyerah. Itu lebih baik daripada ia terluntang-lantung di jalan dan dikerubungi wartawan lagi seperti beberapa saat yang lalu.“Biar aku luruskan supaya kamu nggak salah paham,” ujar Oliver tiba-tiba. “Aku nggak mungkin cemburu pada kedekatanmu dengan Yara. Itu mustahil!” tegasnya.Marshall menatap Oliver dengan saksama dan mata dipicing

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   28. Perhatian?

    “Aku cuma belajar bermain piano, tapi kenapa rasanya lelah sekali?” keluh Yara sambil mengempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya menatap langit-langit kamar Zara.Tatapannya kemudian bergeser ke sudut ruangan, ke arah piano milik Zara yang baru saja ia mainkan dipandu oleh seorang guru les piano yang dikirimkan Oliver. Kini guru bernama Aster itu sudah pergi setelah satu jam membimbing Yara bermain piano.Yara menghela napas panjang. Ia masih dikurung di kamar Zara dan tidak diperbolehkan keluar, entah sampai kapan.Hatinya terasa sakit karena setiap sudut ruangan dan setiap benda di kamar ini mengingatkannya akan sosok Zara.Ia juga merindukan adik kembarnya itu, tapi ada satu hal yang masih mengganjal di hati Yara. Ia belum mendapatkan penjelasan dari Zara; kenapa adiknya itu tega merebut Oliver darinya di masa lalu?“Nona, boleh saya masuk?” Suara Wanda mengeluarkan Yara dari lamunannya.Kini ia bertanya-tanya untuk apa Wanda datang ke rumah ini?“Boleh. Masuk saja,” jawab Yara,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   29. Pulanglah

    Lisa baru pertama kali melihat Oliver semarah itu. Tangannya gemetar, tapi ia berusaha membawa makanan dengan hati-hati. Lisa menaruh makanan itu di atas nakas sebelum ia kembali keluar.“Makan!” perintah Oliver pada Yara sambil berdiri menjulang tinggi di sisi ranjang.Hati Yara bergetar begitu mendengar Oliver menyuruhnya makan. Jadi... pria itu datang di tengah kesibukannya lalu marah-marah hanya untuk menyuruh Yara makan setelah dua hari tanpa asupan apapun?Tak bisa dipungkiri, ada satu bagian dari dalam diri Yara yang merasa senang dengan perhatian itu. Namun, satu bagian diri yang lain mengingatkan Yara bahwa saat ini Oliver masih memandangnya sebagai Zara.“Tunggu apa lagi, Yara?!” Oliver nyaris hilang kesabaran. Rahangnya mengeras. “Makan! Atau aku akan menghubungi rumah sakit untuk menghentikan pengobatan ibumu!”Oliver mengeluarkan ponsel dari saku. Yara terkejut. Cepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   30. Wanda Atau Yara?

    Yara terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tenggorokannya kering dan memutuskan pergi ke dapur. Malam ini ia sudah tidur di kamarnya kembali, bukan di kamar Zara.‘Sepertinya Oliver nggak pulang lagi malam ini,’ batin Yara ketika ia melihat kamar Oliver tampak kosong.Ada perasaan sedih di hatinya, karena ternyata Oliver tidak mendengarkan permintaannya tadi siang untuk pulang dan tidur di rumah.‘Lagi pula siapa aku bagi dia?’ Yara tersenyum miris, tak mungkin Oliver mau mendengarkan kata-katanya, bukan?Namun, saat Yara melewati ruangan tengah, tanpa sengaja ia melihat Oliver sedang tertidur di sofa panjang. Terdengar dengkuran halus darinya. Yara tidak bisa mencegah bibirnya untuk tidak tersenyum.Yara memutuskan kembali ke atas, mengambil selimut dari kamar Oliver, lalu kembali ke bawah dan menyelimuti pria itu dengan gerakan hati-hati.Di bawah cahaya remang-remang, Yara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   31. Insiden di Dalam Lift

    Mendengar saran Yarra, Oliver tampak tertarik. “Terrarium?” tanyanya dengan kening berkerut. Yara tersenyum lembut, senyuman yang bukan dirinya. “Iya, terrarium," jawabnya, "sebuah taman mini yang bisa ditaruh di dalam ruangan. Aku ingat Mama suka berkebun. Jadi aku pikir, Mama pasti akan menyukainya. Menurutku itu hadiah yang unik dan bermakna.” Oliver terdiam sejenak, memikirkan saran Yara tersebut. Ia tahu ibunya menyukai tanaman dan berkebun. Saran Yara masuk akal, dan lebih dari sekadar sesuatu yang mewah, melainkan sesuatu yang penuh arti, pikirnya. "Itu ide yang bagus," ucap Oliver pada akhirnya dengan ekspresi datar. "Aku akan membelikan terrarium untuk Mama." Mendengar hal tersebut, Wanda tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya ketika Oliver memilih ide Yara daripada sarannya. Namun ia tetap tersenyum, meski di dalam hatinya ada rasa tidak suka terhadap Yara yang semakin membesar. “Aku tahu di mana tempat membeli terrarium yang berkualitas,” saran Yara lagi. “Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   32. Menjadi Diri Sendiri

    Saat tak sengaja menemukan eskalator, Yara dan Oliver serempak memilih melangkah ke eskalator tersebut tanpa konfirmasi satu sama lain. Seolah-olah keduanya memiliki pikiran yang sama; trauma dengan kejadian di lift tadi. Kini suasana di antara mereka semakin canggung. Oliver berjalan di depan Yara, tapi langkahnya tidak terlalu cepat dan lebar, seakan-akan pria itu mengerti bahwa Yara kesulitan berjalan dengan high heels. Ketika melewati toko yang menjual berbagai macam kamera, dari yang mirrorless sampai DSLR, Yara berhenti melangkah. Ia berdiri di depan toko tersebut dan mengamati sebuah kamera DSLR yang sangat menarik perhatiannya. Sementara itu di sisi lain, Oliver berkata, “Setelah ini kita pergi ke butik untuk mencari gaun yang akan kamu gunakan ke pesta ulang tahun Mama.” Namun, Oliver tak mendapatkan jawaban. Oliver berhenti berjalan dan berkata sambil menoleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   211. Satu-satunya Untukku (Last Chapter)

    Lapangan basket yang biasanya dipenuhi suara bola memantul dan teriakan semangat, kini telah berubah menjadi tempat makan malam romantis yang memukau. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip menggantung di sepanjang tiang ring basket, menciptakan suasana hangat dan romantis. Sebuah meja bundar berlapis kain putih dihiasi lilin-lilin kecil serta rangkaian bunga matahari—bunga favorit Yara. Kursi-kursi tertata rapi, dan di tengah meja, terdapat dua set hidangan yang tertata indah. Dan alunan musik romantis terdengar merdu. Yara berdiri mematung di tempatnya, matanya membulat dan bibirnya sedikit terbuka, ia tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Oliver yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya itu. “Kamu suka?” tanya Oliver dengan suara lembut. Yara mengangguk perlahan dan keluar dari keterpakuannya. “Oliver... ini keren banget. Kamu benar-benar menyulap lapangan basket jadi tempat makan malam seindah ini?” Oliver tertawa kecil. “Ini bukan sekadar lapangan ba

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   210. Kejutan Dari Oliver

    Yara menatap pantulan dirinya di cermin. Senyuman lebar tersungging di bibir kala ia melihat baby bump-nya sudah sedikit membuncit.Ia jadi teringat dengan ucapan Oliver yang akhir-akhir ini selalu bilang bahwa lelaki itu sangat menyukai bentuk tubuh Yara yang sedang hamil.Dulu, waktu kehamilan pertama, Yara mendapatkan perhatian dari Oliver hanya dalam waktu singkat. Namun kali ini, hampir setiap waktu perhatian Oliver selalu tercurah padanya. Membuat Yara merasa menjadi wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia karena dicintai oleh lelaki seperti Oliver.Sehingga timbul di hati Yara rasa takut ditinggalkan oleh suaminya itu. Yara sudah bergantung padanya. Menjadikan lelaki itu pusat dunianya.Beranjak dari depan cermin, Yara menghampiri meja kerjanya. Di atas meja teronggok sebuah bucket bunga matahari, yang membuat Yara seketika tersenyum cerah. Ia meraih secarik kertas dari sana, dan menemukan tulisan tangan Oliver dalam kertas tersebut.‘Honey, kamu tahu perbedaan mata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status