Share

22. Hanya Alasan

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-25 16:00:00

Yara sedang mondar-mandir di dapur sambil melihat setumpuk bahan makanan yang baru saja ia keluarkan dari kulkas. Namun, Yara tidak tahu ia harus memasak apa dan bagaimana caranya. Lisa sedang pergi ke pasar. Sementara ia tidak berani memasak sendiri. Ia bosan berada di rumah tanpa melakukan apapun. Karena itu, ia ingin mencoba belajar memasak.

Pada saat yang sama, Marshall datang. “Aku dengar kalian sudah pulang dari Bali, kebetulan aku lewat sini jadi mampir dulu,” katanya sambil meneliti ekspresi Yara yang tampak bingung dan gelisah.

“Iya, kami sudah pulang kemarin. Tapi sayang sekali kamu nggak bisa ketemu Oliver sekarang, dia sudah masuk kerja,” jelas Yara, ia berpikir bahwa Marshall datang kemari untuk bertemu Oliver.

"Aku tahu," timpal Marshall, “aku ke sini untuk ketemu keponakanku. Di mana dia sekarang?”

“Zio sedang tidur siang. Kamu bisa melihatnya di kamarny
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
gayamu ada berkas tertinggal bilang aja penasaran kan ngapain Yara sama Marshal di rumah
goodnovel comment avatar
Ami Lee
hahhahahha... bagus marshalll panas panas in aja truz si oliver itu biar gosong
goodnovel comment avatar
Ferraisya
Halahhh t*i kucing itu berkas bilang aja hati panas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   23. Dia Peduli Padamu

    “Kamu bisa menyuruh Lucas mengambilnya kalau itu tentang berkas, bukan?” timpal Marshall dengan mata terpicing. Seolah tengah menelisik perasaan Oliver di balik wajahnya yang kusut. “Ini berkas penting.” Oliver menuangkan air ke dalam gelas yang baru saja ia ambil dari rak. “Aku nggak bisa mempercayakannya pada siapapun.” Ia meneguk habis minumannya dalam sekali tegukan, menaruh kembali gelas kosong itu ke meja dengan kasar. “Lucas itu orang kepercayaanmu.” Marshall terkekeh-kekeh. “Berhenti mencoba mencari alasan, aku tahu apa alasanmu yang sebenarnya pulang ke rumah di siang bolong begini.” “Alasan apa?” tanya Yara dengan polos pada Marshall, ia masih enggan berhadapan dengan Oliver berlama-lama. Marshall menoleh ke arah Yara sambil tersenyum penuh arti. Lalu menaruh sepiring ayam goreng ke atas meja. “Sesuatu yang akan kamu tahu nanti,” tukas Marshall dengan misteri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   24. Sulit Konsentrasi

    Yara merasakan dirinya dengan Oliver semakin jauh, setelah apa yang terjadi di Bali, dan setelah kejadian kemarin saat Yara dan Marshall memasak bersama.Oliver semakin dingin dan sama sekali tidak menganggap kehadiran Yara di rumahnya. Yara tidak mengerti, kenapa Oliver sampai sedingin itu tanpa alasan yang jelas? Pria itu semakin sulit ia jangkau.Hari ini, Yara membawa Zio untuk berkunjung ke rumah ibunya. Rianti, wanita yang berusia 50 tahun itu tampak lebih tua sepuluh tahun dari usia sebenarnya, akibat kanker yang menggerogotinya dan pengobatan yang ia jalani. Rianti tinggal berdua dengan seorang wanita yang Oliver pekerjakan untuk menjaga dan merawatnya.Senyuman lebar terukir di bibir Rianti yang pucat kala Yara dan Zio datang. Sudah lama sekali Rianti merindukan putri dan cucunya.“Maafin aku, Bu, baru jenguk Ibu lagi sekarang,” ucap Yara dengan perasaan menyesal sambil memeluk Rianti. “Aku kangen Ibu.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   25. Skandal

    “Terima kasih sudah mengantar kami pulang,” ucap Yara sembari melepas sabuk pengaman.“It’s okay. Aku punya banyak waktu luang hari ini.” Marshall tersenyum, sebelum akhirnya turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Yara.Tadi, setelah dari supermarket, Marshall mengantar Yara dan Zio ke rumah Rianti untuk menyimpan semua barang belanjaan kebutuhan sehari-hari. Setelah itu Marshall pula yang mengantar Yara pulang ke rumah Oliver sampai ke depan rumah, sekarang.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Yara menginjakkan kaki di dalam rumah Oliver. Lampu ruang tengah sudah dipadamkan. Yara menggendong Zio yang sedang tertidur.“Dari mana saja kamu seharian ini?”Yara tersentak kala mendengar suara bariton Oliver yang menggema di seluruh ruangan. Ia melihat siluet pria itu sedang berdiri dekat sofa. Suaranya yang dingin membuat jantung Yara berdetak cepat.“Oliver...,” gumam Yara sambil menghampiri pria itu. “Kamu belum tidur?” Yara mencoba berbasa-basi demi mencairkan suas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   26. Kamu Cemburu?

    Yara tersentak saat Oliver menariknya menuju kamar Zara—sebuah ruangan yang jarang ia masuki. Ruangan itu selalu membuatnya merasa asing, seolah-olah ia bukan bagian dari rumah ini.Ketika Oliver membuka pintu dengan kasar, aroma parfum lembut yang familiar menyambutnya. Parfum Zara."Kamu tahu kenapa aku terus menyimpan kamar ini seperti dulu?" tanya Oliver dengan nada yang lebih tenang tapi tetap dingin. Ia membiarkan pintu terbuka, memperlihatkan seluruh kenangan Zara yang tertata rapi di dalam sana. Foto-foto, pakaian, dan barang-barang pribadi Zara seakan tidak pernah tersentuh waktu.Yara menelan ludah, tangannya gemetar. "Oliver, aku—"Oliver menoleh padanya dengan tatapan yang tajam. "Kamu menikah denganku karena Zara. Kamu ada di sini untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkannya. Tapi lihat dirimu! Kamu terus saja melakukan hal-hal yang seharusnya dia tidak pernah lakukan. Apa yang kamu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   27. Pembelaan Oliver

    Oliver mengerem mobilnya secara mendadak. Marshall menoleh ke belakang, ia bersyukur karena tak ada kendaraan di belakang mereka.“Oliver William, kamu mau membuat penyanyi terkenal ini mati mendadak?” protes Marshall, “ah, atau jangan-jangan dugaanku benar. Kamu cemburu.” Marshall terkekeh kecil.Oliver mendengus kasar, ia melajukan lagi kendaraannya dengan ekspresi yang semakin keruh.“Jangan bicara sembarangan, atau aku akan menurunkanmu di sini!” ancam Oliver dengan rahang mengeras.“Oke. Oke,” Marshall mengangkat tangan, tanda menyerah. Itu lebih baik daripada ia terluntang-lantung di jalan dan dikerubungi wartawan lagi seperti beberapa saat yang lalu.“Biar aku luruskan supaya kamu nggak salah paham,” ujar Oliver tiba-tiba. “Aku nggak mungkin cemburu pada kedekatanmu dengan Yara. Itu mustahil!” tegasnya.Marshall menatap Oliver dengan saksama dan mata dipicing

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   28. Perhatian?

    “Aku cuma belajar bermain piano, tapi kenapa rasanya lelah sekali?” keluh Yara sambil mengempaskan tubuhnya ke atas kasur, matanya menatap langit-langit kamar Zara.Tatapannya kemudian bergeser ke sudut ruangan, ke arah piano milik Zara yang baru saja ia mainkan dipandu oleh seorang guru les piano yang dikirimkan Oliver. Kini guru bernama Aster itu sudah pergi setelah satu jam membimbing Yara bermain piano.Yara menghela napas panjang. Ia masih dikurung di kamar Zara dan tidak diperbolehkan keluar, entah sampai kapan.Hatinya terasa sakit karena setiap sudut ruangan dan setiap benda di kamar ini mengingatkannya akan sosok Zara.Ia juga merindukan adik kembarnya itu, tapi ada satu hal yang masih mengganjal di hati Yara. Ia belum mendapatkan penjelasan dari Zara; kenapa adiknya itu tega merebut Oliver darinya di masa lalu?“Nona, boleh saya masuk?” Suara Wanda mengeluarkan Yara dari lamunannya.Kini ia bertanya-tanya untuk apa Wanda datang ke rumah ini?“Boleh. Masuk saja,” jawab Yara,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   29. Pulanglah

    Lisa baru pertama kali melihat Oliver semarah itu. Tangannya gemetar, tapi ia berusaha membawa makanan dengan hati-hati. Lisa menaruh makanan itu di atas nakas sebelum ia kembali keluar.“Makan!” perintah Oliver pada Yara sambil berdiri menjulang tinggi di sisi ranjang.Hati Yara bergetar begitu mendengar Oliver menyuruhnya makan. Jadi... pria itu datang di tengah kesibukannya lalu marah-marah hanya untuk menyuruh Yara makan setelah dua hari tanpa asupan apapun?Tak bisa dipungkiri, ada satu bagian dari dalam diri Yara yang merasa senang dengan perhatian itu. Namun, satu bagian diri yang lain mengingatkan Yara bahwa saat ini Oliver masih memandangnya sebagai Zara.“Tunggu apa lagi, Yara?!” Oliver nyaris hilang kesabaran. Rahangnya mengeras. “Makan! Atau aku akan menghubungi rumah sakit untuk menghentikan pengobatan ibumu!”Oliver mengeluarkan ponsel dari saku. Yara terkejut. Cepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   30. Wanda Atau Yara?

    Yara terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tenggorokannya kering dan memutuskan pergi ke dapur. Malam ini ia sudah tidur di kamarnya kembali, bukan di kamar Zara.‘Sepertinya Oliver nggak pulang lagi malam ini,’ batin Yara ketika ia melihat kamar Oliver tampak kosong.Ada perasaan sedih di hatinya, karena ternyata Oliver tidak mendengarkan permintaannya tadi siang untuk pulang dan tidur di rumah.‘Lagi pula siapa aku bagi dia?’ Yara tersenyum miris, tak mungkin Oliver mau mendengarkan kata-katanya, bukan?Namun, saat Yara melewati ruangan tengah, tanpa sengaja ia melihat Oliver sedang tertidur di sofa panjang. Terdengar dengkuran halus darinya. Yara tidak bisa mencegah bibirnya untuk tidak tersenyum.Yara memutuskan kembali ke atas, mengambil selimut dari kamar Oliver, lalu kembali ke bawah dan menyelimuti pria itu dengan gerakan hati-hati.Di bawah cahaya remang-remang, Yara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   207. Obsesi

    Yara mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, tapi bunyi gagang pintu yang terus digoyang semakin membuatnya panik. Tiba-tiba, suara itu berhenti, membuat keheningan terasa lebih mencekam.Kemudian, suara berderit pelan terdengar. Sesuatu tampaknya sedang dilakukan di luar pintu, seperti seseorang sedang mengutak-atik kunci dengan alat. Yara menahan napas, telinganya fokus pada setiap suara yang masuk.Dengan tangan gemetar, Yara mencoba menelepon satpam dan sopir—yang seharusnya mereka ada di depan rumah sekarang. Namun, panggilan Yara tidak terangkat.“Yara, ini aku.” Suara yang terdengar familiar—yang sekaligus memicu ketakutan, menyapanya dari luar pintu. “Buka pintunya, aku hanya ingin bicara.”Yara membelalak. Itu suara Leonard. Leonard yang selama ini ia hindari karena obsesi gilanya.“Leonard?!” Suara Yara bergetar. “Apa yang kamu lakukan di sini?”“Yara, aku tidak akan menyakitimu,” jawab Leonard dengan nada lembut tapi terdengar menyeramkan. “Aku hanya ingin

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   206. Orang Mencurigakan

    Selepas kepergian Zara beberapa saat kemudian, Davin dan Jingga menjemput Zio, Arthur dan Airell untuk diajak pergi jalan-jalan. Jadilah saat ini Yara ditinggal sendirian di rumah bersama Lisa.Yara menghabiskan waktunya di kamar dengan menonton televisi. Sejujurnya ia merasa bosan terus menerus diam di kamar, tapi ia berusaha patuh pada apa yang dikatakan suaminya. Yara tidak mau mengambil risiko terjadi sesuatu pada kehamilannya akibat ia yang tidak mendengarkan apa kata Oliver.Pada saat yang sama, ketukan di pintu terdengar. Yara mengalihkan tatapannya dari layar televisi ke arah pintu.“Masuk!”Detik berikutnya Lisa muncul di sana dengan senyuman ramah. “Nona, orang yang akan memasang AC di kamar Non Airell sudah datang.”“Oh? Oke. Tolong awasi ya, Bik,” pinta Yara dengan sopan.“Baik, Non.”Lisa mengangguk dan bergegas meninggalkan kamar Yara. Namun, sebagai orang yang sudah lama bekerja di keluarga itu, instingnya tidak bisa diabaikan. Ada sesuatu yang terasa janggal dengan tuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   205. Mommy Yang Hebat

    Yara tengah berjemur di balkon lantai dua sambil memperhatikan Zio, Arthur dan Airell yang sedang berenang ketika Zara datang.Yara cukup terkejut mendapati kedatangan saudari kembarnya itu. Lisa membawa Zara mendekati Yara.“Hai,” sapa Zara dengan canggung. “Boleh aku menemui Zio?”Yara berusaha menyunggingkan senyuman kecil, lalu mengangguk. “Tentu saja,” jawabnya, ia menunjuk kolam renang yang ada di bawah mereka. “Zio lagi berenang sama anak-anakku.”Anak-anakku.Zara tertegun. Ia mengalihkan tatapannya dari Yara ke arah dua bocah kecil yang tampak seumuran di bawah sana. “Anak-anakmu... kembar?”“Mm-hm. Mereka kembar. Namanya Arthur dan Airell. mereka keponakanmu, Zara.”Zara kembali tampak tertegun.Yara menepuk kursi kosong di sebelahnya. “Duduklah.” Lalu menatap Lisa dan berkata, “Bik, tolong siapkan minuman untuk Zara. Zara, kamu mau minum apa?”Zara menggelengkan kepala. “Apa saja, asal nggak terlalu manis,” jawabnya singkat.Lisa mengangguk sebelum meninggalkan balkon untuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   204. Tempat Berlabuh

    Yara merasa gelisah. Pasalnya, sampai saat ini Oliver tak kunjung pulang, padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari. Ia berguling ke kiri dan kanan, mencari kenyamanan dalam tidurnya. Namun Yara merasa tak ada posisi yang membuatnya nyaman. Hingga tak lama kemudian, Yara mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Seketika itu juga Yara terlonjak dari tidurnya, merasa lega. Tidak perlu melihat siapa yang datang, karena Yara sudah mengenali bagaimana halusnya deru mobil suaminya itu. Yara duduk bersandar di headboard, menanti Oliver tiba di kamar. Sampai akhirnya tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan muncul sosok Oliver dengan wajah kusut di sana. “Oliver, kenapa kamu baru pulang? Apa masalahnya benar-benar serius?” tanya Yara dengan nada khawatir. Oliver mendekati Yara seraya memandangnya dengan tatapan dalam. “Kenapa kamu bangun, Sayang? Atau kamu nggak tidur karena nungguin aku?” tanyanya sebelum merundukan badan dan mengecup kening Yara deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   203. Serangan

    Oliver menatap mata Yara yang terpejam dan bibirnya bergantian. Tangannya terulur, menangkup pipi Yara dengan hangat. Melihat wajah istrinya dari jarak sedekat ini membuat jantung Oliver berdetak kencang. Wanita itu terlalu menggoda, bahkan dalam tidurnya sekalipun, seperti sekarang.Wajah Oliver semakin mendekat ke wajah Yara. Mengikis jarak di antara mereka. Bibir mereka bertemu, Oliver bisa merasakan sesuatu yang lembut dan dingin menempel di bibirnya.“Mommy...! Daddy...! Boleh aku masuk?!”Seruan Airell dari luar sana membuat Oliver secara spontan menjauhkan wajahnya dari Yara. Ia memejamkan matanya sejenak. Lalu mengembuskan napas panjang.Dengan perlahan ia menarik tangannya yang dijadikan bantal kepala Yara. Membuat Yara akhirnya terbangun.Yara mengerjap pelan, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya lampu kamar yang temaram. Wajah Oliver yang begitu dekat membuatnya terkejut.“Kamu kenapa? Kok bengong begitu?” tanya Yara dengan suara serak, masih setengah mengantuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   202. Sumpah Oliver

    [Marshall, bisa datang ke rumahku sekarang juga? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.]Oliver menunjukkan pesan itu kepada Yara, yang membuat senyuman Yara mengembang lebar. Dan melihat istrinya tersenyum selebar itu, hati Oliver terasa menghangat, meski jauh di dalam hatinya ia mulai merasa waswas akan pertemuan Yara dengan Marshall nanti.“Sayang, lihat, ‘kan? Aku sudah kirim pesan ke Marshall,” ujar Oliver, “sekarang kamu boleh merasa sedikit lebih tenang.”Yara mengangguk kecil. Lalu ia mengulurkan kedua tangannya, memeluk pinggang Oliver dan menyandarkan kepala di dada bidangnya. “Terima kasih. Kamu memang suami terbaik. Aku beruntung punya kamu dan aku sangat mencintai kamu.”Mendengar kata-kata Yara tersebut, Oliver merasakan jantungnya berdebar-debar. Ia berusaha mengatur napasnya dan berbisik di telinga Yara, “Jangan menggombaliku terus menerus, Sayang. Aku jadi ingin memakanmu.”Yara terkekeh pelan. Ia mendorong dada Oliver dengan jari telunjuknya. “Ingat kata dokter? Kita

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   201. Keinginan Konyol Yara

    Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, dokter akhirnya mengizinkan Yara pulang. Namun meski begitu, dokter mengharuskan Yara agar bedrest selama beberapa waktu. Dan hal itu membuat Oliver memutuskan untuk bekerja dari rumah demi menemani Yara di masa awal-awal kehamilannya.Dulu, ia sudah membuang banyak waktu di masa kehamilan Yara. Sehingga sekarang Oliver tidak ingin melewatkannya lagi dan ingin menjadi suami yang benar-benar selalu ada untuk istrinya kapanpun dibutuhkan.Kini Oliver baru keluar dari kamar mandi ketika melihat Yara tengah menatapnya dengan tatapan penuh permohonan, di atas kasur. Meski Yara tidak berkata apa-apa, tapi Oliver tahu bahwa wanitanya itu tengah menginginkan sesuatu.“Sayang, ada yang kamu inginkan, ya?” tanya Oliver sambil menghampiri ranjang. Lalu duduk di tepian, tepat di samping Yara yang sedang terbaring setengah duduk.Yara menghela napas panjang. Menatap Oliver dengan ragu-ragu, sebelum akhirnya ia mengangguk dan berkata, “Iya, aku menginginkan

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   200. Lebih Indah Dari Bunga

    Oliver akhirnya memutuskan membawa Yara keluar untuk menikmati udara segar. Dengan izin dokter, Oliver mendorong kursi roda yang diduduki Yara menuju taman rumah sakit yang dipenuhi bunga-bunga bermekaran.“Sayang...,” panggil Oliver, yang membuat Yara mendongak ke belakang untuk menatapnya. “Kamu tahu nggak?”“Nggak.” Yara menggeleng polos, membuat Oliver tertawa.“Astaga... aku belum selesai.” Oliver mengusap wajah Yara dengan mesra sambil tertawa kecil. “Kamu tahu nggak? Bunga mawar itu memang indah, tapi kalah indah sama senyuman kamu.”Ya Tuhan... Yara merasakan pipinya memanas seketika saat mendengar gombalan Oliver yang terdengar cringe itu.Yara tertawa kecil, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Astaga, Oliver. Kalau orang lain dengar, mereka pasti bakal muntah karena dengar gombalan kamu.”“Biarin aja,” balas Oliver santai sambil terus mendorong kursi roda Yara. “Yang penting istriku tersenyum.”Yara kembali tertawa.Mereka berhenti di bawah pohon besar yang rindang. Caha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   199. Kabar Bahagia

    “Sayang, kamu mau ke mana?!” Oliver terlonjak dari tidurnya kala ia melihat Yara bangkit dari kasur.Yara yang tak menyadari bahwa suaminya sudah bangun, terkejut dan menoleh ke arah pria itu. “Aku cuma mau ke kamar mandi,” jawab Yara sambil meringis kecil.Oliver buru-buru beranjak dari sofa dan menghampiri ranjang pasien sambil mengomel, “Seharusnya kamu bangunin aku, Sayang. Bukannya malah melakukannya sendiri.”Yara terkekeh kecil melihat raut muka suaminya yang masih setengah mengantuk itu tapi dipaksakan untuk menunjukkan ekspresi tegas.“Kamu lagi tidur. Mana bisa aku ganggu tidur kamu,” gerutu Yara. Selama dalam penerbangan dari Maldives Oliver tidak tidur karena menemani Yara yang terus muntah-muntah. Jadilah sore ini Oliver ketiduran di sofa. Dan Yara tidak tega untuk mengganggu tidurnya.Oliver melepas infusan dari tiangnya. Lalu mengangkat Yara ke pangkuan. Secara spontan Yara mengalungkan lengannya di leher Oliver.“Kamu nggak boleh melakukan aktifitas berat dulu, walaupu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status