Naya tersenyum melihat istrinya yang sedang ngobrol dengan adiknya tersebut."Mbak, aku beliin martabak loh tadi, mau nyoba gak, enak … banget," tawar Nurul dengan penuh ekspresi membuat Naya langsung terkekeh lalu mengangguk."Boleh,"Nurul langsung membuka kantong plastik berisi martabak tersebut lalu menghirup baunya ala-ala chef."Hum … enak banget, wanginya," ujarnya membuat Naya semakin tertawa, belum sempat Nurul mengambil martabak tersebut tiba-tiba ada tangan dari atas kepalanya nyomot begitu saja membuatnya langsung mendongak lalu menoleh ke belakang."Ih Kakak … kirain siapa," ucap Nurul lalu ia mengambil potongan martabak tersebut hendak menyuapi Naya."A …,"Nurul hanya bengong, pasalnya kan yang mau menyuapi Naya adalah dirinya, kenapa Reza malah duluan."Kenapa?" tanya Reza melihat ekspresi kesal adiknya tersebut, sedangkan Naya langsung menutup mulutnya dengan tangan karena tidak kuat menahan tawa."Gak apa-apa," jawab Nurul lalu memakan martabak di tangannya itu sendi
"I–ibu," panggil Silvi sambil terbata."Boleh saya masuk?" tunjuk Sonia membuat Silvi langsung lebarkan pintu lalu mengangguk."Silahkan Bu," jawab Silvi lalu Sonia masuk."Ayo Indri, masuk," ajak Sonia membuat Silvi kaget lalu kembali menoleh ke arah teras.Deg!"Iya Tante," jawab Indri yang baru saja selesai telponan."Saya masuk boleh kan, bolehlah masa gak boleh," ucap Indri membuat Silvi langsung tersadar lalu mengangguk."Silahkan," jawab Silvi lalu berjalan mendekati keduanya."Ibu sama Mbak Indri mau minum apa?" tanya Silvi dengan sopan."Em … saya ma–"Gak usah, gak minum, kamu duduk aja," potong Sonia saat Indri hendak mengutarakan keinginannya.'Yah gagal, padahal tadi mau ngerjain,' gumam Indri dalam hati.Silvi duduk di berseberangan dengan keduanya. Ntah kenapa jantungnya deg-degan tiba-tiba.'Ini kenapa ada Mbak Indri segala? Apa jangan-jangan dia mau akting lagi kayak waktu itu,' ucap Silvi dalam hati.'Gak-gak, gak boleh suudzon Silvi,'"Udah lama kesini?" tanya Sonia
"Pak, lima menit lagi acara dimulai," ucap Diana tiba-tiba membuat Alex langsung menoleh."Ok,"'Selesaiin dulu acara ini, abis ini langsung pulang,' ucap Alex dalam hati lalu ia kembali menyimpan ponselnya kemudian beranjak dari duduknya.Selama acara Alex benar-benar terjadi tidak bisa fokus, bahkan ia sempat beberapa kali di kagetkan oleh Diana."Pak, masih ada evaluasi setelah ini?" tanya Diana membuat Alex menoleh sekilas lalu mengangguk."Kalian aja tapi aja ya, saya buru-buru pulang ada urusan penting di rumah," ucap Alex membuat Diana bingung."Bapak yakin?""Hem, kalo gitu saya pamit duluan," lanjut Alex lalu ia beranjak dari kursi membuat Diana langsung menghela nafas panjang.'Pak Alex kenapa sih? Gak biasa-biasanya kayak gini, acara hampir saja berantakan gara-gara beliau salah ngomong, hadeuh …,' ucap Diana dalam hati lalu ia menyusun berkas di depannya.Disisi lain, Silvi benar-benar tidak menyangka mertuanya tega ngomong seperti itu padanya. Perlahan ia mengambil ponsel
Apa rencananya Mama sebenarnya?"Deg!"Mama masih nganggap aku anak atau gimana Ma? Aku tahu Mama sangat menginginkan aku dan Silvi pisah, tapi tidak denganku Ma, aku gak mau pisah sama istriku.Walaupun di mata Mama Silvi cuma buruh pabrik dan berada dari keluarga miskin, tapi aku sangat menghargainya, aku sayang sama dia Ma, cuma dia yang bisa buat aku jadi cerewet dan tertawa. Mama jangan hanya memikirkan tentang materi tapi kebahagiaan itu lebih penting dan aku bahagia sama Silvi, dia apa adanya gak pernah nuntut apa-apa,"Tes!Silvi yang mendengar itu langsung menutup mulutnya di balik pintu, sampai segitunya Alex membela dirinya, padahal Alex sudah melarangnya untuk turun dari mobil, tapi tetap saja Silvi turun karena ia benar-benar takut terjadi keributan.Perlahan ia mengintip sedikit melihat Alex yang sedang berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa pilihannya itu benar."Kamu tahu kenapa Mama tidak menyukai gadis itu karena Mama ngelihat dia sama kamu gak cocok ibarat langit da
"Maafin aku,""Kita pulang ya," bisik Alex yang dibalas anggukan oleh Silvi lalu ia melonggarkan pelukannya kemudian kedua tangannya beralih menangkup wajah Alex."Kakak bisa nyetir dengan kondisi seperti ini?" tanya Silvi membuat Alex langsung menyatukan kedua tangan Silvi lalu mencium punggung tangan istrinya tersebut kemudian ia mengangguk."Kalo saya gak bisa, kamu bisa nyetir emangnya?" tanya Alex berusaha mencairkan suasana membuat Silvi langsung cengengesan lalu menggeleng."Naik sepeda aja aku masih sering jatuh," jawabnya membuat Alex geleng-geleng."Dasar," gumam Alex lalu ia membawa Silvi ke dalam mobil. Sebenarnya banyak pertanyaan di otak Silvi sekarang ini, tapi ia memilih diam dulu sampai ke rumah.***Disisi lain Wisnu duduk di sofa, ia tidak menyangka hal yang harusnya tidak boleh di ketahui Alex sekarang sudah terbongkar semuanya."Sonia kamu sadar gak sih tadi kamu ngomong apa?" tanya Wisnu memecahkan keheningan membuat Sonia langsung menoleh."Iya, kamu jangan hany
Bugh!"Hah?!"Silvi yang kaget melihat itu langsung berlari mendekati Alex kemudian ia memegang tangan Alex berusaha menenangkan suaminya itu."Kak udah jangan pukul, Ayah," lerai Silvi membuat Sonia yang melihat itu tiba-tiba langsung mengepalkan tangannya."Heh … dengar ini semua karena kamu! Kamu dalang dibalik kejadian ini!" bentak Sonia hendak menjambak Silvi, namun seketika tangan Sonia langsung di tahan oleh Alex lalu di hempaskan begitu saja."Jangan sekali-kali mencoba menyakiti istriku cukup Ibuku yang kamu buat seperti itu!" ucap Alex dengan tatapan tajamnya, seketika Sonia menggeleng sambil tersenyum meledek."Dia ngasih kamu makan apa sih, Alex? Seketika kamu berubah seketika yang dulunya kamu penurut sekarang kamu malah durhaka sama orang tua kamu cuma gara-gara ngebelain dia!" tegas Sonia, Alex yang mendengar itu seketika mengernyitkan dahinya."Gak usah alihkan pembicaraan, Silvi gak ada sangkut pautnya dalam hal ini. Aku aja shock mendengar ternyata aku bukan anak kan
"Aku gak tau Ibu beneran meninggal atau tidak, karena Ayah dan Mama meninggalkan Ibu di rumah sakit setelah operasi kelahiranku, saat itu posisinya Ibu koma,"Jleb!Silvi langsung serba salah, ia tau jika suaminya itu sedang sedih dan terpukul mendengar ucapan Alex barusan."Kita do'ain yang terbaik ya buat Ibu," ucap Silvi sambil mengusap lengan Alex membuat Alex langsung tersenyum lalu mengangguk."Kak,""Hem,""Kita beli makan dulu yuk," ajak Silvi membuat Alex kembali menoleh."Kamu belum makan dari pagi?" tanya Alex membuat Silvi memanyunkan bibirnya sedikit lalu mengangguk."Kok kamu gak makan?" tanya Alex balik."Kan niatnya tadi pagi setelah beberes aku mau masak eh mau masak, tapi masih malas jadinya aku tiduran di sofa sambil chatan sama Kakak eh taunya ada tamu," jawab Silvi."Ya udah mau makan dimana?""Terserah Kakak deh, aku ngikut aja," jawab Silvi yang dibalas anggukan oleh Alex lalu ia membawa Silvi ke rumah makan karena Silvi menolak di restoran.***Pagi hari, Nurul
"Kamu denger obrolan aku barusan di telpon?" tanya Rey membuat Nurul kaget."Ng–"Obrolan apaan?" tanya Reza tiba-tiba dari belakang membuat keduanya langsung berbalik.'Apa sebaiknya aku kasih tau bang Reza aja ya siapa tau dia mau bantu,'"Obrolan apa, aku nanya loh? Obrolan apa Nurul?" tanya Reza sambil mendekati Nurul lalu ia mencomot bakwan buatan Nurul."Itu Bang, ada sedikit masalah sebenarnya," ucap Rey membuat Reza langsung mengerutkan keningnya."Apa?""Um … itu Bang, tentang keluargaku sih,""Iya apa? Obrolin aja kalo semisalnya lebih baik, kalo berumah tangga itu sebaiknya banyak ngobrol jangan rahasia-rahasiaan," nasehat Reza membuat Rey langsung menarik nafas dalam-dalam."Orang tuaku nyuruh aku pulang Bang," ucap Rey membuat Reza langsung berhenti mencomot masakan Nurul."Untuk?""Em … kurang tau Kak, cuma kayaknya berita aku sudah menikah udah sampai kesana dan dari dulu orang tuaku gak pernah suka sama Nurul," terang Rey membuat Reza mangut-mangut, sedangkan Nurul mem
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b