"Cukup! Keluar kalian!" bentak Alex. "Alex ka–"Cukup Ma, ayo pulang Mama udah kelewatan tadi di rumah Mama udah janji bakal ngomong baik-baik," timpal Wisnu membuat Sonia kaget."Tapi Mas,""Udah Ma, ayo pulang gak bakalan selesai kalo Mama seperti ini," lanjut Wisnu yang dibalas gelengan oleh Sonia."Gak bisa! Mama bisa ngomong baik-baik asal perempuan itu jangan ikut campur dan jangan disini," jawab Sonia sambil menunjuk Silvi membuat Silvi langsung paham, saat ia hendak berdiri tangannya di tahan oleh Alex."Aku ke belakang dulu Kak," ucap Silvi yang tidak di hiraukan oleh Alex."Kenapa Silvi harus gak ada, hubungannya apa, Ma?" tanya Alex serius."Mama pengen emosi terus kalo lihat dia, kalo bisa Mama ingin menjambaknya juga supaya dia sadar dia itu siapa?" terang Sonia membuat Alex langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Apa bedanya Silvi disini atau gak? Yang punya rumah kan dia wajar dia kalo disini, Mama kalo gak mau liat dia ya silahkan keluar aja," tegas Alex."Alex bisa
"Gak! Ayah gak Sudi rumah Ayah di injak sama kaki perempuan murahan kayak Maura! Ayah gak sudi!" bentak Dodi membuat Nurul langsung mendongak melihat Reza."Udah ah Kak, aku ke mobil aja kasian Kak Rey di bentak-bentak," ucap Nurul membuat Reza menoleh lalu mengangguk."Ok, kamu ke mobil dulu ya, nanti Kakak samperin," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Nurul lalu ia pergi menjauh."Baik Om, adik saya sudah pergi, jika Om merasa tidak sudi dengan Nurul, saya aja gantinya," ucap Reza tiba-tiba membuat Rey langsung melihat ke samping Reza dan benar saja istrinya sudah pergi."Bang–" ucapan Rey terpotong saat Reza menaikkan tangannya mengisyaratkan Rey diam."Ya udah ayo masuk, tapi saya gak akan terima apapun terkait Maura!" ketus Doni lalu ia masuk terlebih dahulu."Ayo Rey,""Tapi Nurul, gimana Bang?""Udah masuk dulu," lanjut Rey lalu mereka berdua masuk ke dalam. Rey mengisyaratkan Reza dan Naya duduk saat Ayahnya sudah duduk terlebih dahulu."Jadi apa tujuan kalian kesini selain
"Maksudnya?""Ya gitu Tan, aku gak akan biarin rumah tangga mereka bertahan lama, karena semakin lama rumah tangga mereka maka semakin sakit hatiku," jawab Indri yang dibalas anggukan oleh Sonia."Iya iya paham, tapi gak semudah yang kamu bayangkan Indri, contohnya Tante aja deh yang jelas-jelas orang yang membesarkannya hingga seperti sekarang tetap aja dia ngelawan dan lebih memilih si Silvi itu, apalagi kamu," ujar Sonia membuat Indri refleks terkekeh."Aman Tante aku punya banyak cara, salah satunya melibatkan Reza,""Reza? Apa hubungannya?" tanya Sonia bingung."Itulah Tante gak kepikiran kesana kan? Banyak tahu Tante kan Silvi teman dekatnya Naya dan Alex teman dekatnya Reza banyak yang bisa kita manfaatin dari situ," lanjut Indri sambil mengedipkan matanya membuat Sonia berfikir sejenak."Jadi maksud kamu kita libatin Reza untuk i–" ucapan Sonia terpotong saat Indri mengangguk."Kamu yakin?""Sangat sangat yakin Tante," jawab Indri dengan semangat."Ok deh, kalo begitu Tante se
Deg!Wisnu langsung mematung mendengar itu, seketika pikirannya kemana-mana. Sonia yang melihat itu langsung mendekati Wisnu lalu menatap tajam suaminya itu."Kamu ketemu Alex, Mas? Aku lihat kamu ke arah pabrik tadi siang?""Iya," jawab Wisnu membuat Sonia mangut-mangut."Untuk?""Kok untuk sih, Alex kan anak kita, wajar dong aku nemuin anak sendiri," jawab Wisnu mulai kesal dengan Sonia yang menurutnya terlalu berlebihan."Iya sih wajar kalo kamu mau ketemu, tapi kalo sekarang wajar Mas aku curiga karena ini pasti ada sangkut pautnya dengan Mawar, kamu mulai aneh deh Mas tiba-tiba aja sekarang suka solat malam do'a sampai nangis-nangis, itu kenapa? Kamu kangen sama Mawar?"Jleb!"Jawab Mas? Kenapa kamu diam aja? Bener kan, kamu selalu mendo'akan Mawar?" cecar Sonia."Salahnya dimana sih?" jawab Wisnu spontan."Tuh kan bener, aku tuh ngelihat kamu benar-benar berbeda sejak Alex tahu tentang Mawar, kenapa kamu Mas? Kamu takut, Mas?""Sonia bisa gak jangan bahas itu sekarang, aku baru
"Kasih aja Kak uangnya, siapa tau Ibu tersebut butuh uang," ucap Silvi menyadarkan Alex."Eh iya," ujar Alex lalu ia kembali mengejar Ibu tersebut."Ibu maaf," panggil Alex setelah di depan perempuan tersebut."Iya ada apa lagi?""Em … kalo Ibu gak Nerima uang ini, izinkan saya nganterin Ibu ke tempat yang Ibu tuju" ujar Alex."Boleh-boleh aja sih, tapi masalahnya saya mau ke situ, tinggal berapa langkah lagi," jawab Ibu tersebut sambil menunjuk panti asuhan yang tinggal beberapa langkah lagi."Panti asuhan?""Iya panti asuhan, tempat anak-anak di buang dan sebagian besar tidak mengetahui asal usul mereka," terang Ibu tersebut membuat Alex diam sejenak sambil memperhatikan panti asuhan yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang." Ya sudah kalo begitu saya pamit dulu ya,""Eh … Bu, maaf kalo begitu ini ada sedikit sumbangan untuk anak-anak yang di panti asuhan ya Bu, sekalian buat Ibu juga," cegah Alex yang dibalas anggukan oleh Ibu tersebut."Baiklah, terima kasih banyak ya, semoga
"Lepasin!" bentak seseorang membuat Indri dan Alex menoleh. "Silvi," ucap Alex."Ngapain kamu?" tanya Indri membuat Silvi langsung melotot."Ngapain? Kamu nanya ngapain?!" tanya Silvi balik dengan nada tinggi membuat Alex langsung kaget."Sil–"Punya muka gak sih kamu!" lanjut Silvi, tapi kali ini tangannya dengan cepat meraih rambut Indri yang terlepas gara-gara Alex menarik hoodienya tadi."Akh … aduh," ringis Indri karena Silvi menjambaknya dengan sekuat tenaga, sedangkan Alex kaget sekaligus panik."Kamu masih nanya aku kenapa?!""Silvi udah," ucap Alex sambil menahan Silvi, tapi Silvi tidak menghiraukannya."Lepasin Kak, aku mau ngasih perempuan ini pelajaran dulu, biar dia tahu aku ini siapa!""Akh … lepasin perempuan gila!""Oh iya aku gila, ok lihatlah kegilaanku,""A …," teriak Indri sedangkan Alex sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan Silvi dari Indri, tapi Silvi malah semakin menarik rambut Indri mambuat Alex bingung harus gimana."Sayang udah," bujuk Alex sambil me
Deg!"Kok malah minta maaf sih, harusnya saya dong yang bilang makasih," ujar Alex membuat Silvi heran."Maksudnya?""Ya itu … tadi karena kamu datang si Indri jadi dapat pelajaran," jawab Alex."Kakak gak marah? Katanya itu sahabat Kakak, yakin gak marah?" cecar Silvi membuat Alex terkekeh."Iya Silvi, nggak marah, saya kan sekarang milih kamu," ucap Alex pelan di akhir tapi mampu membuat Silvi kaget."Hah?""Gak, gak ada," jawab Alex lalu memalingkan wajahnya."Bohong, tadi Kakak ngomong apa?" tanya Silvi memperjelas pendengarannya tadi."Kamu gak budeg kan?""Ish …," kesal Silvi sambil memukul lengan Alex."Serius,""Iya saya serius, sejak kapan saya bercanda," jawab Alex dengan santainya, tiba-tiba Silvi menariknya kuat hingga terlentang di ranjang."Buset … tenaga kamu ngeri juga ya padahal baru aja sadar,""Gak usah alihin pembicaraan, jawab aja kakak tadi ngomong apa?" tegas Silvi membuat Alex langsung terkekeh."Kenapa cewek harus gini sih?""Apanya?" tanya Silvi bingung."Gin
"Ayah pusing Nak," Deg! Alex dan Silvi saling melempar pandangan bingung dengan keadaan Wisnu."Makan dulu Yah, Silvi masak enak itu," ajak Alex sambil menuntun Wisnu ke meja makan. Selama Wisnu makan Alex dan Silvi hanya bisa diam sesekali colek-colekan lengan."Kok berhenti Yah, gak enak kah?" tanya Silvi yang dibalas gelengan oleh Wisnu."Ayah minta maaf ya, tapi Ayah kenyang," jawab Wisnu membuat Silvi semakin heran perasaan Wisnu baru makan tiga sendok."Em … Ayah mau istirahat dulu di kamar?" tanya Alex yang dibalas anggukan oleh Wisnu.Tanpa membuang waktu Alex langsung membawa Wisnu ke dalam kamar."Ayah minta maaf ya ngerepotin kamu," ucap Wisnu begitu ia merebahkan dirinya, ntah kenapa Alex malah merasa kasihan."Ayah kenapa seperti ini?" tanya Alex, Wisnu yang mendengar pertanyaan itu hanya diam membuat Alex semakin penasaran."Ya udah kalo gitu, Ayah istirahat dulu aja ya," lanjut Alex yang dibalas anggukan oleh Wisnu.Alex bangkit dari ranjang lalu ia menarik selimut hing
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b