Aleeta duduk di halaman belakang seorang diri, sementara Mary tengah sibuk menyiapkan menu sarapannya pagi ini. Pikiran Aleeta melayang, memikirkan Nicholas yang semalam tidak pulang lagi ke rumahnya.
Padahal kemarin pria itu sudah pergi selama seminggu? Tapi sekarang dia kembali pergi lagi? Kemana sebenarnya pria itu pergi? Dan kenapa Nicholas tiba-tiba memutuskan untuk pergi dari rumahnya? Hal itu yang sampai sekarang masih terus membuat Aleeta bertanya-tanya.“Kak Aleeta!”Aleeta mengerjap ketika mendengar seseorang berteriak memanggil namanya. Siapa yang memanggilnya? Perasaan Mary tidak pernah berteriak seperti itu.“Astaga, ternyata kamu di sini, Kak.” Emily mendesah setelah berhasil menemukan keberadaan Kakak iparnya.“Emily?” Kedua alis Aleeta mengernyit. “Apa yang sedang kamu lakukan di sini sepagi ini?”Emily tersenyum. “Tentu saja untuk bertemu denganmu.”Sebelah alis Aleeta terangkat tinggi. “Ka“Apa Anda sudah siap, Nona?” Tanya Mary ketika membuka pintu kamar Aleeta.Aleeta yang baru saja meminum obatnya itu langsung mengerjap. Ia dengan cepat menutup laci tempat ia menaruh obat, sebelum Mary berjalan mendekatinya.“S-sudah,” jawab Aleeta pelan. “Oh iya, Mary. Apa kamu sudah memberi tahu Emily kalau hari ini adalah jadwal check-up ku?”“Sudah, Nona. Bahkan Nona Emily juga memberikan izin kalau besok Nona Aleeta masih ingin beristirahat di rumah.” Kata Mary.Hari ini adalah jadwal check-up Aleeta lagi. Jadi ia harus memberitahu Emily supaya adik iparnya itu tidak perlu datang dan menjemputnya. Sebenarnya Emily bisa meminta Mark ataupun Steven untuk mengantarnya ke butik Emily. Tapi Emily menolak dan bersikeras agar Aleeta tetap berangkat dan pulang bersamanya. Dan hal itu sudah berlangsung selama lima hari ini.“Em, baiklah. Tapi kalau kondisiku nggak apa-apa, aku boleh berangkat bekerja kan, Mary?”“Itu sem
Lukas berhenti di sebuah taman kompleks yang terletak cukup jauh dari rumah Nicholas. Tidak ada siapapun di sana selain Lukas dan Aleeta. “Perasaan kompleks rumahmu nggak sesepi ini,” ujar Lukas seraya menatap sekeliling.“Mungkin saja mereka lebih memilih berada di dalam rumah, daripada harus keluar di cuaca yang semakin mendung seperti ini,” sahut Aleeta sambil menatap awan mendung yang tampak semakin hitam.Lukas terkekeh. “Hanya mendung, kan? Bukan hujan.”“Ck! Terserah kamu saja,” gumam Aleeta pelan.Angin mulai berhembus sedikit kencang hingga berhasil menerbangkan rambut Aleeta yang belum sempat ia ikat. Lukas tersenyum ketika melihat Aleeta yang tengah sibuk merapikan rambutnya kembali.“Ngomong-ngomong, kapan kamu mulai boleh berjalan lagi?” Tanya Lukas.“Dokter bilang dua hari lagi.” “Dua hari?”Aleeta mengangguk. “Dua hari itu pasti akan menjadi waktu yang sangat lama untukku.”“Kenapa bisa begitu?” “Karena aku benar-benar sudah bosan duduk di atas kursi roda. Aku bahkan
“Kamu jadi pulang besok, Nich?” Tanya Victor ketika melihat Nicholas tengah mengemas barang-barangnya ke dalam koper.Dari awal Nicholas memang sengaja meminta Victor untuk menemaninya ke London. Nicholas tahu kalau saudaranya yang satu itu pasti bisa ia andalkan dalam mengurus masalah yang sedang terjadi di perusahaannya yang ada di London.Pria bernama Victor itu juga memiliki kemampuan yang sangat handal dalam hal melacak. Sama halnya dengan Lukas. Apalagi Victor dulu sempat bekerja di sebuah agensi mata-mata besar yang ada di London.“Ya. Masalah sudah selesai, kan. Jadi apa lagi yang ingin aku lakukan di sini,” jawab Nicholas datar.Victor tersenyum. “Apa jangan-jangan kamu sudah merindukan istrimu? Makanya kamu ingin cepat-cepat kembali pulang, heuh?”Nicholas memicing tajam. “Kamu ingin aku merobek mulut sialanmu itu, ya?”“Jangan emosi, Nich. Lagipula aneh saja, kamu jarang sekali langsung pulang setelah masalah selesai. Biasanya kamu suka mengadakan perayaan terlebih dahulu.”
Nicholas memilih untuk keluar klub dan segera mencari keberadaan mobil yang di bawa Victor tadi. Begitu Nicholas menemukannya, pria itu segera bersandar dan memukul atap mobil Audi berwarna putih tersebut.“Sial. Apa yang sedang kamu pikirkan, Nich?!” Geram Nicholas kembali memukul atap mobilnya.Pria itu segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya, mencari nomor Victor lalu menghubunginya.Hal pertama yang Nicholas dengar saat Victor mengangkat panggilannya adalah suara pria itu yang sedang muntah.“Sialan!” Maki Nicholas.“Kamu sudah tahu aku sedang sibuk di sini. Kenapa kamu tetap menghubungiku?” Tanya Victor dari seberang telepon.Nicholas hanya mendengus. “Aku hanya ingin bilang kalau aku menunggumu di luar.”“Kenapa?”Nicholas menjauhkan ponsel dari telinganya ketika Victor kembali muntah di seberang sana.“Terlalu gerah di dalam,” jawab Nicholas asal. “Lebih baik sekarang jug
“Kamu bilang, kamu nggak akan menyentuh milikku!” Lukas dan Aleeta seketika menoleh, dan terkejut ketika mereka menyadari kalau yang berdiri di belakang mereka itu adalah .... “Nicholas!” Lukas segera berdiri dan melepas genggaman tangannya pada tangan Aleeta. “Ternyata kamu jauh lebih licik daripada yang aku bayangkan, Luke.” Nicholas memberi tatapan memicing ke arah Lukas. “Kamu salah paham, Nich. Aku bisa menjelaskannya.” Kata Lukas. Nicholas tersenyum miring. “Jadi kamu masih bisa mengelak setelah berhasil tertangkap basah olehku.” Lukas menggeleng. “Percayalah, Nich. Aku hanya berniat mengajak Aleeta berjalan-jalan saja. Nggak lebih.” “Kamu pikir aku butuh penjelasanmu.” “Ya. Kamu butuh supaya kamu nggak salah paham.” Lukas menyahut cepat. “Siapa yang kamu tuduh
“Kenapa kamu menyentuhnya?!” Nicholas menyudutkan Lukas ke dinding, sementara Aleeta tengah di periksa oleh dokter.“Aku nggak menyentuhnya.” Lukas bersedekap santai. “Lalu apa yang aku lihat tadi?” Nicholas mengeram dengan tangan terkepal.Wajah kedua pria itu terluka tapi tampaknya mereka tidak memedulikannya. Bahkan mungkin saja mereka masih ingin menambahnya.“Kamu terlalu berlebihan, Nich. Tapi aku memakluminya. Mungkin itu suatu reaksi alami dari seorang suami yang sudah lama nggak bertemu dengan istrinya.” Lukas menoleh, menatap Nicholas. “Hentikan omong kosongmu!” Ketus Nicholas.Lukas tersenyum miring. “Apa kamu cemburu?”“Cemburu? Hah?!” Nicholas memicing. “Aku hanya nggak suka apa yang menjadi milikku di sentuh oleh orang lain.”“Aku hanya mengajaknya berjalan-jalan dan mengobrol.” Lukas bersandar santai. “Kamu sudah seperti suami yang sedang cemburu buta,” cibirnya seraya tersenyum
Saat mobil Lukas berhenti di kediaman Nicholas, Mary sudah menunggu. Berdiri di depan teras. Wanita yang belum genap berusia empat puluh tahun itu terlihat begitu khawatir.“Nona Aleeta.” Mary segera berlari ketika Lukas membuka pintu mobilnya. “Anda tidak apa-apa kan, Nona?” Tanyanya khawatir.“Tenanglah, Mary. Aku nggak apa-apa. Percayalah, dua hari mendatang aku tetap akan bisa kembali berjalan,” jawab Aleeta yakin.Lukas yang mendengar hal itu seketika tersenyum tipis. “Semangat yang sangat patut di contoh,” ujarnya dengan membawa kursi roda Aleeta.“Tentu saja,” cetus Aleeta.“Biar aku saja, Mary. Lebih baik kamu menyiapkan saja makanan untuk Aleeta, karena aku yakin saat ini Aleeta sudah sangat lapar.” Kata Lukas ketika Mary hendak mendorong kursi roda Aleeta.“Baik, Tuan.” Pamit Mary lalu segera kembali masuk ke dalam rumah.Sementara itu, Aleeta diam seraya mengamati sekeliling rumah Nicholas. Ia me
Suara gedoran pintu yang sangat keras itu berhasil membuat seseorang yang masih tertidur lelap di dalam kamarnya terbangun.“Buka pintunya, aku tahu kamu ada di dalam. Cepat buka!”Untuk ke sekian kalinya pintu itu kembali di gedor secara kasar dan tidak sabaran.“Arrghh!” Sonya mengerang kesal.Wanita tua yang selalu berpenampilan modis itu menendang selimut dengan kasar “Sialan. Siapa yang berani mengganggu tidurku? Apa mereka tidak tahu kalau aku baru saja pulang dan tidur dua jam yang lalu?!” Jeritnya seraya beranjak turun dari tempat tidurnya.“Buka pintunya! Keluar kamu Sonya!”Sonya memicing ke arah pintu rumahnya. Sonya sangat kenal siapa pemilik suara itu.“Sonya! Keluarlah!”Sonya mengeram seraya mengacak rambutnya. Berani sekali orang-orang itu mengganggunya.“Sonya!”“Ada apa?!” Sonya langsung membuka pintu, berteriak seraya berkacak pinggang.
“Bersikap dingin belum tentu nggak normal. Buktinya selama ini sikap Nicholas juga dingin. Tapi dia pria yang normal, kan?” Lukas menyeringai ke arah Aleeta.Seketika Aleeta menjadi gugup. “K-kenapa kamu jadi membawa nama Nicholas?!” “Aku hanya membuat perbandingan saja,” sahut Lukas santai. “Selama ini Nicholas juga bersikap dingin tapi dia normal. Begitu juga denganku.”“Terserah. Sebaiknya jangan membahas itu lagi!” Ketus Aleeta.“Kenapa? Kamu yang memulainya?”“Ya, kalau begitu jangan di lanjutkan. Bukanya barusan aku sudah bilang jangan bahas itu lagi.”“Ck! Aneh!” Decak Lukas.“Siapa yang aneh?” Aleeta memicing ke arah pria yang berdiri di hadapannya.“Siapa lagi kalau bukan kamu?” Jawab Lukas datar.Aleeta mendengus. “Kamu ini benar-benar menyebalkan. Pergilah. Jangan menggangguku!”“Nggak bisa. Bukankah Mama tadi sudah berpesan supaya aku menemanimu?”“Ta
Tepat pukul delapan malam. Emily mengetuk pintu kamar Aleeta dengan tujuan untuk mengajak kakak iparnya itu bergabung dengan para keluarganya yang sudah lebih dulu berkumpul di halaman belakang. Karena kebetulan acara pertunangan Ander juga sudah di mulai sekitar beberapa menit yang lalu. “Kak ...,” Emily kembali mengetuk pintu kamar Aleeta, karena sang pemilik kamar tak kunjung membuka pintunya. “Ya, Emily. Aku sedang memakai sepatu tadi,” sahut Aleeta seraya membuka pintu kamarnya. Seketika Emily bersiul ketika melihat penampilan kakak iparnya. “Emily, kenapa kamu bersiul seperti itu?” Aleeta terlihat kaget ketika mendengar Emily bersiul tadi. Ia tidak menyangka seorang putri dari keluarga Frederick ternyata bisa bersiul seperti itu. Astaga, Aleeta benar-benar tidak habis pikir. Emily terkekeh. “Wow, kamu terlihat luar biasa sekali, Kak.” “Luar biasa seperti apa maksudmu
Tepat sore hari, Aleeta memasuki kamar yang Karina tunjukkan sebagai kamarnya. Ia melihat kopernya dan juga koper Nicholas berada disana. Matanya kemudian memelotot. Terkejut.Apa ia dan Nicholas akan tidur dalam satu kamar?Mengingat mereka telah menikah, tidak mungkin Mama Nicholas memberikan kamar yang terpisah untuk mereka, bukan? Meski orang tua Nicholas tahu tujuan di balik pernikahan anaknya sekalipun. Tidak mungkin juga mereka akan dengan gamblang mengatakan hal itu kepada keluarganya. Mereka pasti akan mencari cara untuk menutupi itu. Apapun masalah internal yang terjadi di dalam pernikahan Aleeta dan Nicholas. Di mata keluarga Nicholas pernikahan itu tetaplah pernikahan sungguhan. Tidak ada sepasang suami istri yang tidur dalam kamar yang terpisah. Meskipun kenyataannya Nicholas dan Aleeta memang selalu tidur di kamar yang terpisah setiap malamnya. Tidak memiliki pilihan lain, Aleeta meraih kopernya, lalu membuka da
“Aleeta ...,”“Hai ... Ander?” Aleeta meringis ketika menyebut nama Ander.Ander tertawa. “Iya. Namaku Ander. Tenang saja kamu nggak salah orang.”Lagi-lagi Aleeta hanya bisa kembali meringis. Bukan takut salah orang. Hanya saja Aleeta merasa canggung. Ini pertama kalinya Aleeta bertemu dengan semua sepupu Nicholas. Sebab di hari pernikahannya dengan Nicholas waktu itu, mereka tidak ada yang hadir atau lebih tepatnya tidak di undang. Karena memang Nicholas hanya sengaja mengundang para orang tua saja. Itu pun juga tidak semuanya. “Terima kasih sudah mengundangku hari ini,” ujar Aleeta.“Nggak masalah. Sudah sewajarnya aku mengundangmu. Karena aku nggak ingin jadi seperti Nicholas,” ucap Ander yang berhasil membuat Aleeta mengernyit.“Maksudmu?”“Ya, kamu tahu, kan. Kalau waktu kalian menikah kemarin kalian nggak mengundangku.”“O-oh itu ...,” Aleeta meringis lalu menunduk. “Maaf, waktu itu kami—““Aku hanya bercanda, Aleeta. Kamu nggak perlu panik seperti itu,” sahut Ander kemudian.
Aleeta bernapas lega ketika penerbangan itu akhirnya berakhir setelah ia mencoba bertahan selama hampir dua jam lamanya. Kali ini Aleeta memutuskan untuk melangkah keluar terlebih dahulu. Mendahului Nicholas yang masih sibuk menyimpan Ipad-nya.Perjalanan tadi bisa di katakan sebagai perjalanan termewah yang pernah Aleeta rasakan selama ini. Namun, juga merupakan perjalanan paling menyesakkan yang pernah di rasakan oleh Aleeta.“Tampaknya kamu terlihat bersemangat sekali,” cibir Nicholas saat melihat Aleeta berjalan tergesa menuruni tangga jet.Aleeta tidak menjawab. Ia mengabaikan ucapan Nicholas dan memilih berdiri agak jauh ketika mereka sudah sama-sama turun ke bawah.“Mobil jemputannya ada di sebelah sana,” ujar Nicholas seraya menunjuk sebuah mobil hitam yang sudah menjemputnya.Aleeta hanya berdehem lalu segera melangkah ke arah mobil yang di tunjuk oleh Nicholas.Nicholas mengernyit. Kenapa wanita itu? Perasaa
“Kita akan berangkat satu jam lagi. Sebaiknya kamu segera bersiap-siap.” Nicholas berujar ketika pria itu sudah menghabiskan sarapannya.Aleeta ingin membuka mulutnya. Namun, kemudian ia kembali menutupnya rapat-rapat. Saat ini memang bukanlah saat yang tepat untuk menolak ajakkan Nicholas. Lebih baik ia mengalah saja. “Ya,” jawab Aleeta pelan.Nicholas kemudian berdiri. Ia menatap Aleeta yang masih menunduk seraya mengaduk-aduk piring makanannya. Dan tanpa mengatakan apapun lagi, Nicholas langsung memilih pergi meninggalkan ruang makan.Aleeta mendesah ketika Nicholas sudah menghilang dari balik pintu. “Menyebalkan sekali,” gumamnya seraya membanting sendok.“Ada apa, Nona?” Mary bertanya ketika baru saja keluar dari dapur.“Mary, aku benar-benar nggak ingin pergi dengan Nicholas. Aku merasa belum siap bertemu dengan keluarganya. Apa yang harus aku lakukan di sana nanti?” Aleeta bertanya panik.Aleeta yakin. Pesta pertunangan itu pasti tidak hanya akan di hadiri oleh beberapa orang
“Pagi, Nicho.”Nicholas menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Aleeta datar ketika wanita itu tersenyum ke arahnya.Sial. Apa yang wanita itu lakukan?“Nicho, kamu ingin kemana? Apa kamu nggak ingin sarapan terlebih dahulu?” Aleeta kembali bersuara. Dan Nicholas tetap saja diam.“Aku akan menunggumu jika kamu ingin sarapan terlebih dahulu. Aku akan menunggumu di halaman samping,” imbuh Aleeta.“Mau pergi kemana?” Suara dingin Nicholas terdengar.Membuat Aleeta yang sudah hendak melangkah itu seketika berhenti. Aleeta menoleh ke arah Nicholas yang sama sekali tidak menatap ke arahnya. Wajah pria itu hanya datar dan lurus memandang ke depan.“A-aku ingin menunggumu di halaman samping selama kamu menikmati sarapanmu.”Nicholas akhirnya menoleh, menatap Aleeta tanpa ekspresi. “Kita akan makan bersama,” ujarnya datar.Aleeta tampak terkejut. “M-makan bersama?! Bukanya kamu bilang kalau kamu
Nicholas terbangun ketika jarum jam tepat menunjuk di angka setengah enam pagi. Nicholas mendesah. Lalu segera beranjak bangun dari tempat tidur Aleeta. Ia melirik ke arah Aleeta yang masih tertidur. Tubuh wanita itu polos, hanya berbalut selimut sebatas dadanya. Begitu juga dengan tubuhnya. Nicholas segera turun dari tempat tidur, dan mengambil pakaiannya yang bercecer di atas lantai. Kemeja dan celana Nicholas yang kemarin basah hari ini sudah kembali kering. Meski rasanya masih sedikit dingin tapi Nicholas tetap memakainya. Ketika Nicholas sudah selesai mengancingkan kancing kemeja terakhirnya. Ia berniat untuk langsung keluar kamar Aleeta sebelum wanita itu terbangun.Namun, langkahnya terhenti sebelum ia mencapai pintu. Ia kembali menoleh ke belakang. Dimana Aleeta masih tertidur pulas di tempatnya. Nicholas kembali mendekati wanita itu, lalu menarik selimut dan menyelimuti tubuh Aleeta hingga mencapai leher.Nicholas terdiam seraya terus mengamati wajah Aleeta. Ia ingat sekasa
“Nicho, kamu ingin membawaku kemana?” Aleeta bertanya ketika Nicholas terus menyeretnya masuk ke dalam rumah.Pria itu terus melangkah tanpa memedulikan sedikitpun pertanyaan dari Aleeta. Ia terus menyeret Aleeta, seakan lupa kalau kaki Aleeta baru saja sembuh hari ini. Nicholas tidak memikirkan kalau apa yang ia lakukan bisa saja membuat kaki wanita itu kembali terluka lagi.Saat tiba di depan pintu kamar Aleeta. Nicholas langsung membuka pintunya, dan terus menyeret Aleeta hingga masuk ke dalam kamarnya. Pria itu kembali menutup pintu dan menguncinya dari dalam.“Nicho, apa yang ingin kamu lakukan?” Aleeta mulai bertanya takut saat mereka sudah berada di dalam kamarnya.Nicholas tidak menjawab, dan kembali menarik tubuh Aleeta. Saat Aleeta pikir, pria itu akan menghempaskannya ke atas tempat tidur. Ternyata ia salah. Nicholas justru terus menariknya hingga menuju ke pintu kamar mandi.Aleeta mulai ketakutan ketika Nicholas mem