Nicholas memilih untuk keluar klub dan segera mencari keberadaan mobil yang di bawa Victor tadi. Begitu Nicholas menemukannya, pria itu segera bersandar dan memukul atap mobil Audi berwarna putih tersebut.“Sial. Apa yang sedang kamu pikirkan, Nich?!” Geram Nicholas kembali memukul atap mobilnya.Pria itu segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya, mencari nomor Victor lalu menghubunginya.Hal pertama yang Nicholas dengar saat Victor mengangkat panggilannya adalah suara pria itu yang sedang muntah.“Sialan!” Maki Nicholas.“Kamu sudah tahu aku sedang sibuk di sini. Kenapa kamu tetap menghubungiku?” Tanya Victor dari seberang telepon.Nicholas hanya mendengus. “Aku hanya ingin bilang kalau aku menunggumu di luar.”“Kenapa?”Nicholas menjauhkan ponsel dari telinganya ketika Victor kembali muntah di seberang sana.“Terlalu gerah di dalam,” jawab Nicholas asal. “Lebih baik sekarang jug
“Kamu bilang, kamu nggak akan menyentuh milikku!” Lukas dan Aleeta seketika menoleh, dan terkejut ketika mereka menyadari kalau yang berdiri di belakang mereka itu adalah .... “Nicholas!” Lukas segera berdiri dan melepas genggaman tangannya pada tangan Aleeta. “Ternyata kamu jauh lebih licik daripada yang aku bayangkan, Luke.” Nicholas memberi tatapan memicing ke arah Lukas. “Kamu salah paham, Nich. Aku bisa menjelaskannya.” Kata Lukas. Nicholas tersenyum miring. “Jadi kamu masih bisa mengelak setelah berhasil tertangkap basah olehku.” Lukas menggeleng. “Percayalah, Nich. Aku hanya berniat mengajak Aleeta berjalan-jalan saja. Nggak lebih.” “Kamu pikir aku butuh penjelasanmu.” “Ya. Kamu butuh supaya kamu nggak salah paham.” Lukas menyahut cepat. “Siapa yang kamu tuduh
“Kenapa kamu menyentuhnya?!” Nicholas menyudutkan Lukas ke dinding, sementara Aleeta tengah di periksa oleh dokter.“Aku nggak menyentuhnya.” Lukas bersedekap santai. “Lalu apa yang aku lihat tadi?” Nicholas mengeram dengan tangan terkepal.Wajah kedua pria itu terluka tapi tampaknya mereka tidak memedulikannya. Bahkan mungkin saja mereka masih ingin menambahnya.“Kamu terlalu berlebihan, Nich. Tapi aku memakluminya. Mungkin itu suatu reaksi alami dari seorang suami yang sudah lama nggak bertemu dengan istrinya.” Lukas menoleh, menatap Nicholas. “Hentikan omong kosongmu!” Ketus Nicholas.Lukas tersenyum miring. “Apa kamu cemburu?”“Cemburu? Hah?!” Nicholas memicing. “Aku hanya nggak suka apa yang menjadi milikku di sentuh oleh orang lain.”“Aku hanya mengajaknya berjalan-jalan dan mengobrol.” Lukas bersandar santai. “Kamu sudah seperti suami yang sedang cemburu buta,” cibirnya seraya tersenyum
Saat mobil Lukas berhenti di kediaman Nicholas, Mary sudah menunggu. Berdiri di depan teras. Wanita yang belum genap berusia empat puluh tahun itu terlihat begitu khawatir.“Nona Aleeta.” Mary segera berlari ketika Lukas membuka pintu mobilnya. “Anda tidak apa-apa kan, Nona?” Tanyanya khawatir.“Tenanglah, Mary. Aku nggak apa-apa. Percayalah, dua hari mendatang aku tetap akan bisa kembali berjalan,” jawab Aleeta yakin.Lukas yang mendengar hal itu seketika tersenyum tipis. “Semangat yang sangat patut di contoh,” ujarnya dengan membawa kursi roda Aleeta.“Tentu saja,” cetus Aleeta.“Biar aku saja, Mary. Lebih baik kamu menyiapkan saja makanan untuk Aleeta, karena aku yakin saat ini Aleeta sudah sangat lapar.” Kata Lukas ketika Mary hendak mendorong kursi roda Aleeta.“Baik, Tuan.” Pamit Mary lalu segera kembali masuk ke dalam rumah.Sementara itu, Aleeta diam seraya mengamati sekeliling rumah Nicholas. Ia me
Suara gedoran pintu yang sangat keras itu berhasil membuat seseorang yang masih tertidur lelap di dalam kamarnya terbangun.“Buka pintunya, aku tahu kamu ada di dalam. Cepat buka!”Untuk ke sekian kalinya pintu itu kembali di gedor secara kasar dan tidak sabaran.“Arrghh!” Sonya mengerang kesal.Wanita tua yang selalu berpenampilan modis itu menendang selimut dengan kasar “Sialan. Siapa yang berani mengganggu tidurku? Apa mereka tidak tahu kalau aku baru saja pulang dan tidur dua jam yang lalu?!” Jeritnya seraya beranjak turun dari tempat tidurnya.“Buka pintunya! Keluar kamu Sonya!”Sonya memicing ke arah pintu rumahnya. Sonya sangat kenal siapa pemilik suara itu.“Sonya! Keluarlah!”Sonya mengeram seraya mengacak rambutnya. Berani sekali orang-orang itu mengganggunya.“Sonya!”“Ada apa?!” Sonya langsung membuka pintu, berteriak seraya berkacak pinggang.
Akhirnya, setelah hampir satu jam lamanya Sonya mengobrak-abrik isi kamar Aleeta. Ia berhasil mendapatkan alamat Cafe tempat Aleeta bekerja. Alamat itu Sonya dapatkan dari sebuah paper bag makanan, yang Sonya yakini Aleeta bawa dari Cafe tempatnya bekerja.Selama ini kan Aleeta tidak memiliki uang. Jadi tidak mungkin jika anak itu membeli makanan di sebuah Cafe, selain atasannya yang memberikan makanan itu agar di bawa pulang oleh Aleeta.Wanita itu segera bergegas keluar rumah, dan mencari taksi agar ia bisa dengan cepat sampai ke alamat Cafe tersebut.“Ternyata ini Cafe tempat Aleeta bekerja. Ck! Pantas saja gaji yang di terima Aleeta selama ini sangat kecil, sama dengan kondisi Cafenya yang juga tak kalah kecil.” Komentar Sonya ketika baru pertama kali melihat Cafe milik Thomas.Wanita itu segera membayar ongkos taksi, dan beranjak keluar.Perlu kalian tahu, selama ini Sonya memang jarang sekali makan di sebuah Cafe-Cafe keci
Pagi ini, Nicholas ada jadwal meeting proyek pembangunan mall yang harus ia hadiri pukul delapan pagi. Dan sekarang sudah pukul tujuh. Masih ada waktu sekitar satu jam lagi bagi Nicholas untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke lokasi meeting.Pria itu tampak tergesa menuruni rangkaian anak tangga. Sementara tangannya sibuk memasang jam tangan mahal di pergelangan tangan kirinya. Ia lalu melangkah menuju ruang makan. Setidaknya Nicholas harus mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.Baru saja langkah Nicholas menginjak pintu ruang makan. Ia langsung tertegun di tempatnya.“Pagi.”Tubuh Nicholas terasa seperti tersengat aliran listrik ketika mendengar suara bernada lembut itu menyapanya. Biasanya, di jam tujuh pagi seperti ini hanya ia yang makan seorang diri di ruang makan. Tapi entah kenapa pagi ini Aleeta sudah ada di sana? Duduk di sebelah kursi yang biasanya Nicholas tempati.Apa yang wanita itu
Arrggh!” Nicholas memukul stir kemudinya penuh emosi. Saat ini jam sudah menunjuk di angka delapan kurang dua puluh menit. Itu berarti Nicholas tadi menghabiskan waktu hampir setengah jam lebih untuk meladeni Aleeta.“Sialan!” Pria itu kembali mengumpat.Padahal tadi ia sudah berniat untuk tidak ingin memedulikan Aleeta. Tapi kenyataannya, Nicholas tidak bisa melakukannya. Ia tetap peduli. Bahkan ketika Aleeta hampir terjatuh dari teras tadi. Nicholas langsung bergerak cepat agar bisa menangkap tubuh wanita itu.“Ada apa dengan dirimu, Nich? Ada apa, berengsek?!” Nicholas memaki dirinya seraya terus melajukan mobil menyusuri jalan raya.Satu-satunya hal yng Nicholas pikirkan tadi hanyalah ia ingin segera pergi dari rumahnya. Agar ia tidak perlu berhadapan dengan Aleeta lebih lama lagi. Bahkan Nicholas juga sampai mengabaikan sarapannya juga agar ia bisa cepat-cepat menghindar dari Aleeta.Entah apa yang akan terjadi
“Apa kamu sudah paham?” Tanya Nicholas.Sudah hampir satu jam lamanya, Nicholas mengajari Aleeta tentang bagaimana cara menggunakan smartphone-nya. Pria itu mengajari dengan sangat sabar dan detail, tidak ada yang terlewat satupun. Hanya saja mungkin karena Aleeta baru pertama kali menggunakan smartphone jadinya wanita itu masih terlihat sedikit bingung.Sementara itu, Aleeta yang duduk di sebelah Nicholas hanya diam, tidak menggubris sedikitpun ucapan pria itu. Aleeta hanya terus mengamati layar ponsel yang di pegang Nicholas itu dengan serius. Lalu tiba-tiba Aleeta menunduk, menjatuhkan kepalanya ke bahu Nicholas.“Aleeta ...,” Nicholas menoleh. “Kamu tidur?” Aleeta menggeleng pelan. “Aku nggak tidur. Tenang saja.”“Aku kira kamu ketiduran,” sahut Nicholas.Aleeta lalu mengangkat kepalanya. Memutar posisi kemudian duduk bersila menghadap Nicholas. Dan karena malam ini ia hanya mengenakan gaun tidur pendek, jadi ia harus menarik selimut agar bisa menutupi bagian kaki dan pahanya yan
“Akhirnya kamu pulang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi.” Nicholas yang melihat keberadaan Aleeta langsung cepat-cepat menyembunyikan tangannya di balik punggung. Aleeta tadi belum sempat melihat tangannya, kan? Kalau pun sudah terlanjur melihat semoga saja Aleeta tidak menyadari apa yang saat ini sedang ia bawa. “Nicho, kenapa diam? Bukanya tadi kamu mencariku. Tapi kenapa sekarang hanya diam?” Gerutu Aleeta dengan bibir mengerucut. Nicholas tersenyum. “Kemarilah. Aku punya sesuatu untukmu,” perintahnya pada Aleeta. “Apa?” “Mendekatlah kalau ingin tahu,” ujar Nicholas yang mau tidak mau langsung membuat Aleeta mendekatinya. Nicholas segera merengkuh pinggang Aleeta ketika istrinya itu berdiri di hadapannya. “Nicho, apa yang kamu lakukan? Katanya kamu punya sesuatu untukku. Kenapa jadi memelukku seperti ini?” “Ini ...,” kata Nicholas seraya mengangkat paper bag ponsel yang di bawanya ke hadapan Aleeta. “Aku membelikanmu ponsel.” “P-ponsel?” Aleeta menatap Nichola
“Nona Aleeta, sedang apa Anda di sini?” Aleeta terkejut dan seketika menoleh saat mendengar suara Mary. Ia hanya menggaruk tengkuk, kemudian meringis. Menatap Mary yang berdiri di depan pintu.“Sejak tadi saya mencari-cari, Anda. Ternyata Anda berada di sini,” imbuh Mary.Aleeta langsung berdehem. “Memangnya ada perlu apa kamu mencariku, Mary? Apa Nicho sudah kembali?” Tanyanya.“Tuan belum kembali, Nona. Saya mencari Anda hanya untuk mengatakan kalau sepertinya semur dagingnya sudah matang. Apa saya harus memindahkannya ke wadah, atau di biarkan dulu di atas kompor?”“Ah, itu ... Biarkan di atas kompor saja, Mary. Supaya bumbunya bisa meresap sampai ke dalam dagingnya,” jawab Aleeta. Setelah itu ia kembali sibuk mencari sesuatu di dalam kamar lamanya.Saat Aleeta tengah memasak tadi entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan pil kontrasepsinya. Aleeta baru ingat kalau sejak kembali dari Paris kemarin, ia belum meminu
Begitu sampai di rumah, Nicholas segera menyerahkan kunci mobilnya kepada Steven agar pria itu memindahkan mobilnya ke carport. Sementara Nicholas memasuki rumah bersama Aleeta. “Selamat datang, Tuan dan ... Nona.” Mary yang kebetulan sedang membersihkan ruang tamu terlihat kaget. Hari ini untuk pertama kalinya ia melihat Nicholas dan Aleeta pulang secara bersamaan. Meski Mary ingin sekali bertanya kenapa mereka bisa pulang bersama? Atau mungkin, apakah Nicholas tadi yang menjemput Aleeta? Tapi kemudian Mary sadar. Ia tidak punya hak atas pertanyaan itu. Lagipula, Mary sudah sangat senang bisa melihat Tuan dan Nonanya akur seperti itu. Tanpa harus ia ikut campur ke dalam urusan mereka. “Oh iya, Mary. Apa kamu sudah menyiapkan makan malam untuk kami?” Tanya Nicholas. “Belum, Tuan. Saya tidak tahu kalau Anda dan Nona Aleeta pulang lebih awal hari ini. Kalau begitu saya akan segera menyiapkan makan malam terlebih dahulu.”
“Baiklah kalau begitu,” ujar Nicholas lalu mengeluarkan ponsel.Sonya yang melihat Nicholas mengeluarkan ponselnya pun langsung tersenyum senang. Ia berpikir kalau Nicholas pasti akan mengiriminya uang sekarang. Maka dari itu, Sonya pun juga langsung mengeluarkan ponselnya.“Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu, menantu,” ucap Sonya tanpa malu. Padahal Aleeta yang mendengarnya pun langsung merasa malu. Kenapa ibunya itu selalu mendewakan yang namanya uang? Sejak dulu sampai sekarang yang ibunya pikirkan hanya uang, uang dan uang. Apa tidak ada yang lain?Nicholas menaikkan kedua alisnya. “Apa kamu bilang? Nomor rekening?”Sonya mengangguk. “Ya. Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu.”Nicholas langsung tertawa. “Memangnya siapa yang butuh nomor rekeningmu?”“Bukankah kamu akan mengirimiku uang.” Sonya menatap Nicholas yang masih terus tertawa.“Uang? Ck! Untuk apa aku mengirimu uan
Sonya mengerjap. Merasa kaget dengan kemunculan seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya, menahan tangannya dan juga ... Melindungi Aleeta dari jangkauannya.Sonya kemudian memicing, menatap sosok pria yang sudah sangat ia kenal tersebut.“Jangan pernah berani kamu sentuh istriku dengan tangan kotormu.” Pria itu mendesis seraya menyentak tangan Sonya dengan kasar.Sonya langsung mengumpat atas perlakuan kasar tersebut. “Sialan! Beraninya kamu!” Teriaknya kesal.Aleeta menatap ibunya yang tampak marah, lalu beralih menatap seseorang yang berdiri di hadapannya. “Nicho.”Nicholas segera menoleh saat Aleeta menyentuh lengannya. “Kamu nggak apa-apa?” Tanyanya lembut.“Aku nggak apa-apa,” jawab Aleeta seraya menggeleng.Nicholas langsung menangkup wajah Aleeta dengan kedua tangannya. Mengamati setiap inci wajah istrinya dengan lekat. Seolah takut jika ada bagian wajah Aleeta yang telah tersentuh oleh t
Sonya terus mengumpat sepanjang perjalanan. Merasakan perutnya yang begitu begah karena ia sudah langsung harus berjalan setelah makan. Sonya menghentikan langkah saat ia melewati minimarket. “Sepertinya akan lebih baik jika aku duduk di sana terlebih dahulu,” ujar Sonya seraya menatap kursi kosong yang ada di depan minimarket.Namun, saat ia hendak melangkahkan kakinya, tanpa sengaja ekor matanya menangkap sekelebatan bayangan sosok Aleeta di depan sana. Sonya bahkan sampai terdiam. Antara percaya dan tidak percaya dengan bayangan tersebut. Apakah itu benar-benar hanya bayangan atau ... Memang Aleeta yang ia lihat?Sonya lalu meluruskan pandangannya ke arah depan. “Apa itu benar-benar Aleeta?” Gumam Sonya dengan mata menyipit. Namun, beberapa detik kemudian mata yang menyipit itu berubah menjadi memelotot. “Benar. Sepertinya itu memang Aleeta,” ujar Sonya seraya terus menatap Aleeta yang tengah memasukkan minumannya ke dalam
“Bagaimana? Kamu sudah menemukannya sekarang?” Sonya memicing pada seorang pria yang baru saja memasuki klub yang biasa ia gunakan sebagai tempat berjudi bersama dengan para geng sosialitanya. Pria berpotongan botak itu hanya tersenyum seraya duduk di sebelah Sonya. “Aku belum—““Apa kamu bilang? Belum?! Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau waktu itu pernah melihat keberadaannya di dekat jalan green hill?!” Sonya semakin menatap marah pada pria botak tersebut.Pria botak bernama Roi itu mendesah. “Santailah sedikit, Sayang. Kamu sudah terlalu banyak marah akhir-akhir ini.”“Bagaimana aku tidak marah? Sia-sia aku mengeluarkan uang untukmu dan juga anak buahmu yang tidak berguna itu!” Ketus Sonya.Sejak Sonya memutuskan untuk mencari keberadaan Aleeta. Sejak saat itu juga Sonya rela mengeluarkan uang untuk membayar orang-orang suruhannya agar ia bisa segera menemukan keberadaan Aleeta di pusat kota ini. Sonya sadar
“Sekarang aku tahu bagaimana wajah orang bodoh yang sesungguhnya.” Seharusnya Nicholas marah oleh kalimat yang Lukas katakan. Tapi kali ini, ia tidak marah sama sekali. Nicholas menutup pintu mobilnya dengan santai, lalu berjalan memasuki kantornya.“Sudah kuduga, kamu benar-benar terlihat seperti orang bodoh,” sambung Lukas.“Apa masalahmu sebenarnya? Kenapa kamu bisa ada di sini sepagi ini?” Nicholas mengangkat wajah dan menatap saudara angkatnya.“Aku menunggumu.” “Wah, selama aku nggak ada di sini ternyata kamu sudah berubah menjadi orang yang perhatian, ya,” cibir Nicholas seraya tersenyum di buat-buat.Lukas mendengus. “Kamu terlihat semakin bodoh saat tersenyum seperti itu.”Nicholas langsung terkekeh. “Terima kasih atas pujiannya, Luke.”Mereka lalu masuk ke dalam lift. Dan keluar ketika lift sudah terbuka di lantai tujuan mereka, yaitu ruangan Nicholas.“Apa kamu nggak meras