Share

Siapa Dirimu

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-28 19:40:25

Matanya membulat tajam menyaksikan dua orang menyeret paksa orang yang sangat dicintainya. Dia berlari kencang untuk mencegahnya. Namun, kerumunan orang seakan menutupi keberadaannya.

Dia tak bisa mejangkau dengan cepat. Mereka begitu rapi dan menghilang begitu saja dari hadapannya.

"Apa yang harus aku lakukan? Argghhh!"

Dia berteriak menyalahkan dirinya.

Dalam kepanikan, dia mencoba tenang. Dia mencoba menguasi dirinya agar terlihat waras. Tangannya merogoh ponsel dengan keyakinan yang meragu dia menghubunginya.

"Ada apa? Apa kau belum cukup dengan kedatangan istriku sampai kau ingin pamer dan menyombongkan diri secara langsung denganku."

Jawaban yang sangat menusuk kalbu yang dia dapatkan. Mungkin dia tak bisa menyalahkan si penerima telpon karena hingga saat ini, dia secara langsung masih menjadi jarum kecil yang menusuk dan menganggu ketenangannya.

"Apa kau benar-benar memiliki musuh yang sangat banyak hingga--," belum sempat dia melanjutkan ucapannya dari seberang telpon di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Tempat Menyebalkan

    “Huhuhu, sa-sakit sekali!” dia menangis. Rasa nyeri begitu terasa di setiap kulitnya. “Di sini masih sakit, sayang?” dia meniup perlahan lengan istrinya yang sudah di berikan salep pereda nyeri.BrakkSuara bantingan kursi terhempas ke tembok. Membuat istri dan anak sambil memeluk. Kesadaran mereka kembali sepenuhnya.‘Di mana aku? Siapa orang itu?’ Berpacu dengan pikirannya. Mencoba menebak-nebak situasi yang sedang terjadi.“Bisakah kau jelaskan sekarang, siapa dia?” bagai bidikan busur panah yang sudah mematri titik sasaran lelaki itu menatapnya.“Dia, istriku, Pah. Hanya itu yang bisa aku katakan. Dan, dia sedang mengandung anakku!”Krak ceklak krek krekDor dor dorTiga peluru langsung bersarang di salah satu tubuh anak buah mereka. Membuatnya ambruk di lantai. Darah segar mengalir dengan sangat deras.Dominique menutup mata anaknya. Memeluknya erat dengan kondisi tubuhnya yang bergetar. Perutnya bahkan bergejolak dengan tak karuan, ingin rasanya dia muntahkan keluar semua. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Jangan Sentuh-sentuh Aku

    “Lepaskan aku, Will! Aku belum selesai berbicara!” hardiknya penuh penekanan.Dia mencoba meronta dalam pelukan suaminya. Tak ingin suaminya membawa pergi dari tempat yang membuatnya penuh dengan pertanyaan.Will tetap tak menggubris kemauan istrinya kali ini. Dia tak ingin istrinya terluka atau terkena masalah yang tak dia inginkan.“Kita bicarakan di rumah ya, sayang. Aku akan jelaskan semuannya padamu. Aku berjanji,” suarany melemah. Memohon pengertian istrinya.Dia menurunkan istrinya perlahan, “Tidak, aku tidak mau! Aku mau sekarang. Kau jelaskan sejelas-jelasnya atau aku akan masuk kembali ke dalam!” dengan suara setengah berteriak membuat Will serba salah.Dia merasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk istrinya tahu. Tahu apapun kebenaran yang telah dia sembunyikan selama ini. Apa saja yang sudah dia tutupi, dia tak ingin kebahagiaanya terenggut paksa lebih cepat dari semua yang sudah dia rencankan.“Aku mohon sayang, percayalah padaku. Aku mohon!” dia mengiba. Dia mengingink

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Perpisahan

    Haiden melirik wajah rivalnya yang terlihat frustasi. Menggandeng istrinya masuk ke dalam."Aku sudah menyiapkan sup hangat untukmu, kau coba dulu ya," ucap Haiden mengusap punggung lengan istrinya. Dia masih dapat merasakan tangan istrinya dingin karena udara malam dan entah apa yang terjadi padanya. Dia masih belum mau bertanya sebelum istinya sendiri yang berbicra."Biarkan aku membersihkan diri dulu, Iden!" dia melepaskan perlahan tangan suaminya dan masuk ke kamarnya. Matanya sedikit melirik kearah Will. Jelas masih tersimpan banyak kekesalan dari wajahnya."Apa yang terjadi?" Haiden membalikan tubuhnya. Menatap serius rivalnya, meminta penjelasan sejelas-jelasnya."Sepertinya rencana satu tahun-ku di percepat. Aku akan atur semuanya dengan sebaik mungkin. Aku akan usahakan tidak membuatnya terluka!"Srek Haiden menarik kedua kerah baju Will. Dia bahkan tak perduli dengan semua luka yang mengering di wajah rivalnya. Baginya ucapan Will barusan langusng mengusik hatinya."Apa mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kenyataan Pahit

    Dominique seperti tersambar petir di tengah malam yang tak hujan ketika mendengar pengakuan suaminya. Pengakuan yang masih membuatnya tak percaya. Atau mungkin suaminya sekarang sedang bermain-main dengannya.“Huh, ayolah, Will. Jangan bercanda, kau tahu kan aku paling tak suka bercanda apalagi menyangkut soal adik kembarku itu!” Dominique berkata sangat tegas. Wajahnya terlihat begitu serius. Haiden langsung bereaksi dengan tubuhnya, dia tak tenang saat Will mulai mengungakapkan kebenaran.“Aku tidak sedang bercanda, sayang. Kali ini aku serius, jadi-“PlekDominique seketika melepaskan gengaman tanganya. Dia beranjak duduk sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.“Maafkan aku, sayang. Aku akan jelaskan semuanya. Aku mohon, kau mau mendengarnya. Itu hanya sebuah kecelakaan!”Dominique langsung memicing tajam wajah suaminya. Dia bahkan dengan mudah dan berkata seolah tak merasa bersalah ketika membuat nyawa seseorang lenyap. Apa yang beberapa jam lalu dia lihat entah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Janda Serempak

    "Pergilah Will, aku mohon. Aku sungguh tak ingin membuat perhitungan denganmu. Aku hanya memintamu pergi dari sisiku dan aku berharap kau bisa melepaskanku!" ucapnya penuh penekanan. Dia pun merasa sakit. Sakitnya berlipat-lipat. "Kau tahu itu tidak mungkin sayang. Aku tidak akan bisa hidup tanpa dirimu. Apapun, apapun sayang akan aku lakukan asalkan kau tidak meminta itu!" Will bersikeras. Walaupun dia tahu kemungkinan seperti itu teramat kecil. "Ceraikan aku, Will! Setelah anak ini lahir. Aku akan menjaga dan merawat anak ini dengan penuh kasih sayang, percayalah aku tidak akan mungkin melukai anakku sendiri!" Segenap hati Dominique berkata. Dia sudah tak mampu lagi berpikir. Dia hanya ingin menebus rasa bersalah pada adiknya karena telah mencintai orang yang salah. "Aku tidak mungkin menceraikanmu, sayang. Aku tidak pernah sekali pun berbohong dengan hatiku. Aku sungguh-sungguh mencintaimu!" tegasnya. Namun, Dominique memalingkan wajahnya yang bercucuran air mata. Dia tak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Merindukanmu

    "Kau boleh menawan dan memerintahkan apapun padaku, Pah, tapi jangan kau sentuh istri dan anakku. Aku akan melakukan apapun demi mereka. Aku bahkan tak perduli jika harus menentangmu! Aku bersedia menyerahkan nyawaku untuk mereka!” Willy memberikan penekanan dengan tegas pada ayahnya. Dia tak ingin seorang pun menyentuh atau melukai istrinya.“Bedebah bodoh! Kau gila sampai berani memberontak denganku. Kau sudah tak mendengarkan apapun perintahku. Wanita itu sungguh telah membuatmu buta!” dia tak mau kalah berperang mulut dengan ayahnya.“Bukan dia yang merubahku, Pah. Namun, aku sendiri yang sudah jatuh cinta dengannya. Aku tak pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya kepada seorang wanita. Hanya melihatnya tersenyum sudah membuat seluruh hidup dan jiwaku bahagia. Aku mohon, Pah jangan usik apapun lagi. Sudah cukup aku menyakitinya!” pinta anaknya dengan wajah penuh permohonan kepada ayahnya."Ck, ck, kau memang benar-benar sudah diperdaya wanita itu. Dia sudah mencuci otakmu!

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Periksa Ke Dokter

    “Jadi apa rencana kalian sebenarnya?” John berkata serius saat dia sedang di beranda kamar mereka.“Tuan Baron sedang merencankan sesuatu untuk nyonya Dominique. Namun, kami belum tahu apa rancananya. Kami datang hanya untuk memberitahu agar kalian lebih waspada!”“Huh, aku rasa masalah ini pasti tuan Haiden sudah tahu. Dia pasti akan segera mengambil tindakan. Apalagi ini menyangkut keselamatan nyonya Dominique!”“Aku tahu, masalahnya sekarang adalah kehamilan istri kita, nyonya dan Diana tak berbeda jauh. Aku hanya takut pikiran kalian terpecah saja!” Ramon mengungkapkan pemikiran daruratnya.“Kau benar.” John tampak berfikir dengan apa yang teman seperjuangannya katakan.“Lalu, apa kau akan tetap meninggalkan istrimu hanya karena alasan seperti itu. Jika kau memang ingin meninggalkannya. Resmikan saja, ceraikan dia!” kini John bersuara kembali. Dia pun ingin kepastian agar istrinya tak lagi berharap.“Sial! Kau bahkan terang-terangan membahas ini denganku. Aku tidak akan mungkin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Peristiwa Memilukan

    “John!” teriak Haiden. Dia baru saja memapah istrinya turun dari mobil. Konsentrasinya sedikit terpecah. Dia fokus terhadap istri dan istri temannya.Sophie dan Diana saling menatap saat Haiden mengerahkan seluruh pengawalnya.“Cari mereka, sekarang!” Haiden meradang dengan segala kemarahannya. Dia gagal melindungi istrinya.“Ada apa, Tuan?” John menghampiri tuannya yang terlihat kacau.“Hubungi Ramon, katakan padanya, aku gagal melindungi istriku!” perintahnya. Tanpa ragu John segera menghubungi Ramon. John memberi kode pada beberapa pengawal untuk membawa Sophie dan Diana masuk ke dalam rumah sakit.“Kawal mereka!” perintah John.“Ada apa sayang? Apa yang terjadi? Dimana Dominique?” Sophie bertanya dengan penuh khawatir."Kalian masuk lebih dahulu, nanti aku akan menyusul!" dia memberi kode keras agar pengawal segera membawa masuk wanita-wanita itu. "Tapi sayang," Sophie menolak masuk. Bersikeras memegang tangan suaminya. Cuuppp"Aku tidak akan lama, masuklah dulu, sayang. Aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28

Bab terbaru

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Sebuah Pengampun

    Will menyadari kedatangan istri dan rivalnya. Dia hanya duduk menunggu di samping ruang operasi. Dominique menghampirinya. "Kau berbohong lagi!" cetusnya. Dia masih mode on merajuk. Will menarik tangan istrinya agar duduk disebelah dirinya. Tangan satunya melingkar di pinggang istrinya dan merengkuhnya ke dalam pelukan.Haiden duduk di sebelah istrinya. Hanya bisa menatap setiap perlakuan manis yang diberikan rivalnya. Dia kini sudah tidak pernah cemburu seperti dulu. Mereka berdua, sesama rival sudah sangat mengetahui kondisi masing-masing. Sesekali bertengkar. Namun, bukan pertengkaran yang besar selain berebut lebih dulu siapa yang mendapatkan jatah dari istrinya, selain itu. Mereka tidak pernah bertengkar. Sudah saling mengisi dan memahami. "Maafkan aku, sayang. Kau boleh menghukumku nanti. Aku akan menerima semua hukumannya!" dia mengecup kening istrinya. Mencoba menenangkan kemarahannya. "Iya, aku pastikan akan menghukummu secara berat. Kali ini aku tidak akan melepaskan beg

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Perang Di Siang Hari

    “Jangan sentuh? Kau yakin dengan ucapanmu itu?” goda Willy.“Iya, memangnya aku takut. Aku kan memiliki satu suami lagi, kau pikir, hah!” Dominique tak mau kalah melawan godaan suaminya.“Tidak ada apa-apa sayang, aku memang menginginkannya. Sudah lama sejak kau melahirkan dan mengurus anak-anak kita. Aku kangen!” Willy tetap menutupi hatinya. Mengusap kembali rambut istrinya sambil memandangi wajahnya dengan lembut."Sudah kalau tidak mau bicara, aku akan keluar!" ucap Dominique. Baru saja dia menarik selimutnya akan turun dari ranjang. Entah mereka memang tak mendengarnya atau terlalu fokus saat berbicara. Haiden sudah berdiri dihadapannya sambil melihat kedua tangannya. "Oh, jadi begini cara kalian? Melakukan hal yang enak tanpa mengajakku!" dengusnya kesal. Dominique menarik wajahnya sambil menghela nafas panjang. "Aku sudah selesai, jika kau memang menginginkan bilang saja sendiri!" Willy berjalan turun melenggang tanpa sehelai benang pun masuk ke kamar mandi. "Ah, tidak. Sud

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Bertemu Martha

    Martha masih belum sanggup menatap wajah Will, dia hanya terus tertunduk ketika suaminya berkata seolah ada satu pedang yang langung menancap di dadanya. Will dengan perasaan yang tak bisa dia gambarkan hanya bisa menghela nafasnya. Bingung.“Kau tidak sedang bergurau denganku kan, Pah?” Will masih setengah tak percaya. Tubuhnya bahkan terasa bergetar, masih belum mempercayai semua ucapan ayahnya“Kau bisa bertanya langsung dengannya, apa aku sekarang sedang berbohong padamu atau tidak?” tanpa banyak berkata apapun Baron membalikkan tubuhnya. Jantung Martha benar-benar akan copot di tatap putranya. Meminta penjelasan tentang kehadirannya.“Huh, baiklah, ayo kita masuk, Nyonya. Sepertinya akan banyak hal yang akan kita bicarakan!” kali ini Martha terkejut saat mendengar ucapannya. Datar dan dingin. Berbeda saat pertama kali mereka tak sengaja bertemu.Langkah kakinya mengekori Will masuk ke ruang bacanya. Dia sudah duduk di sofa sambil terus memperhatikan wanita yang bernama Martha

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Penjara Cinta

    “Bersiaplah hari ini kita akan menemuinya!” Baron berkata dengan sangat tegas. Menatap wanita yang duduk dihadapannya. Dia sedang menikmati sarapan paginya.Wanita yang beberapa hari ini telah resmi menjadi istrinya kembali. Dia yang dipaksa olehnya. Martha mau tidak mau menuruti semua kemauan Baron, daripada ada nyawa yang tidak bersalah berkorban untuk dirinya.Martha masih menatap wajah Baron. Bingung dengan ucapannya. Bertanya dalam hati apa yang akan ditemuinya nanti. “Aku hanya memintamu, menemaniku dan menemuinya. Apakah ada masalah? Mengapa kau menatapku seperti itu?” kembali Baron berbicara dengan suara sakrasnya. Membuat Martha tetap diam. Dia tak perduli dengan ucapannya. Dia tahu saat dia mencoba menjawab setiap perkataannya akan timbul hal yang tidak diinginkan.“Baiklah, aku akan bersiap-siap!” ucapnya setengah terpaksa.“Apa kau sebegitu tak sukanya pergi bersamaku?” Baron menaikkan rahangnya dengan kasar menatap Martha yang baru beberapa hari ini resmi menjadi istr

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Ramon Merayu Sophie

    "Jangan mendekat!" Sophie terus bergeser dari ranjangnya, saat Ramon mencoba mendekatinya. Sedangkan, John sibuk dengan dunianya sendiri. Dia seperti mendapatkan mainan baru. Saat pulang kerja dan setelah makan juga mandi hal yang dilakukan pertama kali adalah mengendong anaknya. Dia menjadi bapak siaga saat berada di rumah. "Inikan sudah empat puluh hari lebih, sayang. Masa aku nggak boleh dekat-dekat kamu sih!" Ramon merajuk. Namun, tak menghentikan aktifitasnya saat berusaha menggulingkan pertahanan istrinya. "Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya. Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya."Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya! Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya.John hanya meliriknya tanpa mengindahkan semua ucapan yang kelur dari mulut Ramon. Dia bahkan tak perduli dengan cibiran atau umpatan yan

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kepergian Terry

    "Sungguh, aku tidak apa-apa. Jangan bawa aku kesana!" Martha memohon dengan penuh penekanan. Dia tak ingin seorang pun tahu tentang penyakit yang sedang dideritanya. Baron tak mengindahkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Dia tahu wanita itu sedang membohonginya. Dia melemparkan tubuh yang tidak muda lagi itu dengan kasar ke kursi penumpang. Setelah penyeretan yang dramatis. Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatap mereka. Seperti seorang istri yang sedang kepergok suaminya berselingkuh. "Jangan membantah lagi, jika kau terus terusan menolakku, jangan salahkan jika senjata ini akan langsung bersarang ke perutmu!" ancamnya. Kini Baron sedang tidak bermain-main. Dia menodongkan senjata tepat disamping perutnya. Martha sudah kehilangan akal menghadapi lelaki yang sudah berumur itu. Yang memiliki sikap dan temperamen seperti anak remaja. Merajuk kalau keinginannya tak dituruti. Dia tak bersuara. Pasrah. Hingga Baron memasukkan senjatanya kembali ke jasnya. Dia bertanya

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kau Tidak Berhak

    Baron masih saja mondar mandir di kamarnya. Menunggu wanita itu benar-benar bisa menenangkan hati, agar mereka bisa kembali pembicaraannya. Sebenarnya bukan berbicara, tapi Baron masih ingin meneruskan rasa penasarannya. Martha menghela nafasnya. Isak tangis terakhirnya sebelum dia benar-benar berhenti.“Apa kita sudah bisa berbicara sekarang?” dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Daripada dia menemani wanita yang sedang menangis. Dia lebih baik memukuli seluruh pengawalnya hingga babak belur.‘Huh, apa kata dunia, jika ada orang yang tahu aku mendengarkan seorang wanita menangis!’Baron meraup wajahnya dengan kasar. Sungguh dia pun tak menyangka bisa menemani wanita itu merajuk. Menangis terseduk selama satu jam.Martha menganggukkan kepalanya. Memberikan tanda, dia siap menerima introgasi dari laki-laki dihadapannya itu.“Jadi, penjelasan apa yang ingin kau berikan padaku?” Baron masih menatapnya tajam.‘Huh, dari dulu dia memang tak pernah mau mengalah. Padahal dia yang salah.

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Keluar Rumah Sakit

    ‘Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa menjadi seperti ini? Apa sungguh aku telah salah mengira dirinya?’Pikiran Baron bergemuruh. Hatinya tiba-tiba saja menjadi tak menentu. Dia bahkan tak tega melihat wanita itu berbaring lemah tak berdaya. Bagaimanapun, dia pernah menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam hidupnya.Dia berjalan perlahan menghampiri ranjangnya. Duduk tanpa bersuara, menatap wanita itu yang terlihat tidur dengan nyaman oleh obat yang habis dia minum. Rasa lelah yang dia rasakan seakan menghilang. Padahal tadi dia berencana akan pulang ke hotelnya untuk beristirahat.‘Ah, hotel!’ Baron keluar dari kamar wanita itu. Mencari keberadaan Markus yang tengah memberikan perintah kepada anak buahnya untuk membersihkan kekacauan yang baru saja mereka buat.“Carikan selimut yang tebal untukku dan segera bawakan untukku!” setengah tak percaya Markus mendengar permintaan Tuannya. Dia sedikit menaikan kedua alisnya saat mendengar tuannya berkata seperti itu.“Cepat!

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Pertemuan Tak Terduga

    Baron memicingkan matanya di kursi penumpang. Matanya ke luar jendela mobilnya. Menatap mantap orang yang dia kenali. 'Aku yakin dia.' Baron tak melepaskan tatapannya sedikitpun. Dia melihat orang itu tengah memegangi dadanya saat berjalan. Sesekali kakinya berhenti dan tangannya menempel pada tembok jalanan. Beberapa detik kemudian dia melihat orang itu ditabrak seseorang hingga membuatnya tersungkur di jalanan. 'Cih, apa dia benar-benar orang itu? Aku rasa mataku salah lihat lagi.' hatinya berkata demikian. Namun, dia menyuruh Markus menghentikan mobilnya. Rasa penasaran dan dia sangat ingin membuktikan sesuatu membuat tekadnya bulat.Menghampiri orang itu yang tengah berusaha bangkit dari orang yang sudah menabraknya tadi. "Ck, ck, ck, apa sungguh kau masih seorang Nona dari keluarga Belvina?" Orang tadi melirik kearah suara. Melihat Baron sudah tepat dihadapannya menaikan rahangnya dengan kasar.Orang tadi berusaha menutupi getaran dalam tubuhnya. Menatap datar wajah orang yan

DMCA.com Protection Status