Share

Peristiwa Memilukan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-28 19:44:26

“John!” teriak Haiden. Dia baru saja memapah istrinya turun dari mobil. Konsentrasinya sedikit terpecah. Dia fokus terhadap istri dan istri temannya.

Sophie dan Diana saling menatap saat Haiden mengerahkan seluruh pengawalnya.

“Cari mereka, sekarang!” Haiden meradang dengan segala kemarahannya. Dia gagal melindungi istrinya.

“Ada apa, Tuan?” John menghampiri tuannya yang terlihat kacau.

“Hubungi Ramon, katakan padanya, aku gagal melindungi istriku!” perintahnya. Tanpa ragu John segera menghubungi Ramon.

John memberi kode pada beberapa pengawal untuk membawa Sophie dan Diana masuk ke dalam rumah sakit.

“Kawal mereka!” perintah John.

“Ada apa sayang? Apa yang terjadi? Dimana Dominique?” Sophie bertanya dengan penuh khawatir.

"Kalian masuk lebih dahulu, nanti aku akan menyusul!" dia memberi kode keras agar pengawal segera membawa masuk wanita-wanita itu.

"Tapi sayang," Sophie menolak masuk. Bersikeras memegang tangan suaminya.

Cuuppp

"Aku tidak akan lama, masuklah dulu, sayang. Aku ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kompak Melahirkan

    Evakuasi berlangsung secara dramatis. Will berhasil menarik tubuh istrinya keluar dengan selamat. Mereka pun berpelukan sambil menangis.Dominique membuang semua rasa ego. Rasa bencinya pada Will. Yang dia pikirkan tadi hanyalah dia sangat takut apabila dia tak bisa melihat suaminya itu. "Huhuhu, aku takut sekali, Will. Aku takut!" tangisannya pecah. Meraung sangat keras. "Sudah, sudah, kau sudah tidak apa-apa. Aku ada disini!" Will berusaha menenangkan istrinya. "Jangan tinggalkan aku lagi, Will. Aku mohon, jangan tinggalkan aku! Huhuhu!" dia masih saja menangis tersedu, tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh suaminya itu.Suara bantingan keras terdengar saat para pengawal melepaskan pegangan mereka pada mobil yang terjungkal terbalik itu.“Will, tolong, masih ada orang di dalam. Tolong dia!” pinta istrinya terus memegangi perutnya yang makin menjadi. Mulas tak tertahankan.“Biarkan dia mati. Dia pantas menerima hukuman itu!” suara Will berang. Dia bahkan tak sudi memalingkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Setelah Melahirkan

    "Keluarga Nyonya Dominique!" sapa suster saat Haiden dan Willy menghampirinya. "Iya!" keduanya menyahut. Suster menatap secara bergantian Haiden dan Willy. Mereka tersenyum kecut karena tahu apa yang di pikiran suster itu. "Kami, ayah biologis-nya!" sahut mereka kompak. Membuat suster tadi mengecutkan bibirnya. "Ada apa, Sus? Apa istri kami baik-baik saja?" Haiden yang sudah masa bodo dengan pikiran suster itu tentang mereka. Dia memberikan delikan pada suster tadi sebagai peringatan. "Ba-baik, ah, bayinya lahir kembar couple, Tuan!" suster tadi segera tersadar akan posisinya. Dia sedang dalam waktu bekerja bukan cemburu karena memiliki dua suami yang sangat tampan. Keduanya kembali saling memandang. Kembar Couple? Berarti ada kemungkinan? "Tolong lakukan test DNA pada mereka dan ambil darah kami juga untuk berkas laporannya!" Suster tadi menaikan kedua alisnya. "Kami hanya ingin tahu, mana dari mereka yang anak kami!" Willy menjawab kebingungan dari suster tadi. Sepertinya di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Permohonan Maaf

    “Apa aku perduli. Lupakan semuanya. Aku sudah mengurus surat perceraian kita dan aku sudah keluar dari keluarga Abraham jadi kau tak perlu beralasan apapun atas apa yang kau lakukan adalah kesalahanku. Dan, aku peringatkan, sekali lagi kau menyentuhnya. Aku pastikan akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!” Justin meradang setelah tahu istrinya melakukan penculikan terhadap Dominique. Wanita yang masih sangat dia cintai sampai saat ini.Haiden membanting pintu dengan keras. Menerobos masuk pada pertengkaran mereka. Justin baru saja menolehkan wajahnya saat Haiden dengan sangat cepat melayangkan tinjunya berkali-kali. Willy yang mengekori dan juga sempat mencuri dengar sedikit pertengkaran mereka akan melakukan hal yang sama. Namun, yang dia lakukan sekarang adalah melerai Haiden saat memukuli Justin mati-matian.“Brengsek! Rupaya kau pelakunya!” emosinya masih belum mereda. Dia mengumpat kasar Justin. Monica terkejut dengan kedatangan dua orang yang memasuki ruang perawatannya.Justin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kumpul Keluarga

    “Hah, sudahlah. Aku malas. Bantu aku,” dia meraih lengan suaminya agar bisa membenarkan posisinya. Menjadi tiduran.“Kapan aku bisa melihat anakku?” baru saja Dominique berbicara, dua suster masuk ke ruangan mereka. Di ekori oleh Haiden. Dia pun penasaran melihat anaknya.“Maaf, Nyonya Dominique, putra dan putri anda sepertinya haus,” ucap mereka yang sudah berada di dekat ranjangnya.“Ah, baiklah, kemarikan, Sus!” Dominique meminta salah satu dari mereka. Dia belum bisa kalau harus menyusui kedua bayi tersebut.Saat bersamaan Baron dan Markus masuk. Mereka masuk dengan membawa banyak paper bag. Dominique meliriknya saat dia menyerahkan satu bayinya agar bergantian pada suster tadi.Tak lama Marina dan Simon pun masuk membawa Terry yang tadi meminta di jemput. Dia ingin melihat ibu dan adiknya yang baru lahir. Ruangan pun menjadi ramai.“Ck, ck, ck, apa yang kau lakukan, Pah?” Will sepertinya masih belum bisa memaafkan sikap ayahnya.“Dasar anak kurang ajar! Aku datang membawakan had

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Obrolan

    “Sayang, ah,” John mulai merajuk. Dia terpaksa memberikan anaknya pada Sophie.“Rasakan! Kena marah juga kan kau!” dengus Ramon. Meledek teman seperjuangannya.Sophie menimang anaknya perlahan. Melirik satu persatu suaminya yang tak sabar ingin menggendongnya kembali.“Jangan sentuh dia!” Sophie terus memicingkan tajam matanya pada John. Dia masih kesal dengan ulahnya tadi.“Sayang ...,” John masih membujuk istrinya. Dia masih ingin menimang anaknya lagi.“Bolehkah aku menggendongnya?” tanya Ramon. Matanya berbinar penuh harap. Istrinya memberikan izin padanya.“Uhm, hati-hati!” dia menyerahkan perlahan gendongannya ke tangan Ramon. Dia menerima bayi mungil itu dengan sangat hati-hati. Mengangkat perlahan sambil memandangi wajahnya yang mungil dan lucu.“Tampan sekali sayang, dia sepertinya sangat mirip denganku!” Ramon berkata sambil mengelus pipinya yang gempil.“Huh, kau curang. Pilih kasih. Padahal, dia kan anakku!” dengus John.“Siapa suruh kau tadi begitu sombong. Aku tidak suk

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Raja Budak

    “Dulu, aku begitu miskin dan melarat. Untuk bisa makan setiap haripun sangat kesulitan. Aku mengandalkan diriku sendiri hingga bisa mendapatkan posisi tertinggi seperti ini. Aku tidak akan pernah melupakan semua penghinaan keluarganya. Dia bahkan lebih tega, memilih keluarganya dan akan membawamu pergi. Aku tidak terima dan aku menculikmu. Aku juga ingin dia tahu bagaimana rasanya kehilangan harapan untuk hidup!” lanjut ayahnya bercerita. Sambil matanya menerawang jauh. Mengenang masa kelamnya.“Aku sungguh mencintainya, dengan segenap jiwaku. Bahkan nyawaku ini, aku rela menyerahkannya. Namun, penghiantannya membuatku benci dan tak mempercayai lagi akan ketulusan cinta. Dia sudah berkhianat padaku dan memilih laki-laki ketimbang diriku, ayah kandungmu!” penekanannya masih dengan sorot mata penuh dengan kebencian.Dia membenci orang yang paling dicintainya. Andai saja dia tahu jarak benci dan cinta itu tidak terlihat. Kadang mereka tersamarkan. Setidaknya itulah yang kini sedang diras

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Melakukan Kesalahan

    "Dimana suami yang satunya?" kini Rose mulai menanyakan keberadaan Willy setelah matanya berkeliling ke seluruh ruangan. Dia tak menemukannya."Dia sedang jajan, sepertinya!" sahutnya ragu-ragu.“Jajan? Disaat istrinya sedang dalam tahap pemulihan? Apa dia benar suamimu?” Rose berkomentar tajam.“Aku yang menyuruhnya, Grandma. Lagipula ada, Iden yang menemaniku, iya kan sayang!” seraya memberi kode pada suaminya itu. Dia tak ingin neneknya salah faham pada suaminya.‘Ck, ck, ck, dia bahkan tetap membelanya.’ Haiden hanya menjawab dengan anggukan, walaupun dihatinya terasa terbakar.‘Benar, posisi dia dihatiku istriku tak mungkin bisa digantikan dengan sangat mudah.’Haiden memilih keluar ruangan disaat Rose dan istrinya saling melepas kangen.Haiden memilih keluar ruangan disaat Rose dan istrinya saling melepas kangen.“Apa aku bisa melihat putri—ku, Carlos?” dia mulai bosan berada didalam ruangan. Ingin menengok putrinya yang berada di ruang perawatan bayi.“Kau bisa ikut denganku!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Pastikan Kalian Bahagia

    Rose memicingkan tajam matanya menatap Baron. Bertanya dalam hati tentang orang itu. Terlihat jelas dia tak menyukai pria itu.“Grandma, itu Papanya Willy. Dia juga baru saja datang untuk menjenguk kelahiran cucunya!” Dominique bersuara. Menjawab segala pertanyaan yang langsung tertebak.“Oh, iya, Grandma, perkenalkan ini ayahku, Baron Bunarco!” Will maju memperkenalkan ayahnya. Baron ketika namaya di sebut dengan sadar diri menghampiri.“Selamat malam, Nyonya, maaf saya tadi mengagetkan Anda dengan suara saya yang seperti speker butut!” cengirnya. Suasana kembali canggung. Mereka saling menatap. Tak percaya seorang Baron dapat melakuakan humor yang sedikit nyeleneh menurut pandangan mereka.“Apa yang kau lakukan, Pah? Tidak lucu!” dengus Will sambil menggeleng tak percaya menatap ayahnya. Canggung dengan humor recehnya.“Baiklah, aku keluar saja. Aku ingin menengok cucuku dulu!” dia mengacuhkan sindiran dari putranya. Keluar dari ruangan yang sedang dalam reuni keluarga.Pintu tertut

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28

Bab terbaru

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Sebuah Pengampun

    Will menyadari kedatangan istri dan rivalnya. Dia hanya duduk menunggu di samping ruang operasi. Dominique menghampirinya. "Kau berbohong lagi!" cetusnya. Dia masih mode on merajuk. Will menarik tangan istrinya agar duduk disebelah dirinya. Tangan satunya melingkar di pinggang istrinya dan merengkuhnya ke dalam pelukan.Haiden duduk di sebelah istrinya. Hanya bisa menatap setiap perlakuan manis yang diberikan rivalnya. Dia kini sudah tidak pernah cemburu seperti dulu. Mereka berdua, sesama rival sudah sangat mengetahui kondisi masing-masing. Sesekali bertengkar. Namun, bukan pertengkaran yang besar selain berebut lebih dulu siapa yang mendapatkan jatah dari istrinya, selain itu. Mereka tidak pernah bertengkar. Sudah saling mengisi dan memahami. "Maafkan aku, sayang. Kau boleh menghukumku nanti. Aku akan menerima semua hukumannya!" dia mengecup kening istrinya. Mencoba menenangkan kemarahannya. "Iya, aku pastikan akan menghukummu secara berat. Kali ini aku tidak akan melepaskan beg

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Perang Di Siang Hari

    “Jangan sentuh? Kau yakin dengan ucapanmu itu?” goda Willy.“Iya, memangnya aku takut. Aku kan memiliki satu suami lagi, kau pikir, hah!” Dominique tak mau kalah melawan godaan suaminya.“Tidak ada apa-apa sayang, aku memang menginginkannya. Sudah lama sejak kau melahirkan dan mengurus anak-anak kita. Aku kangen!” Willy tetap menutupi hatinya. Mengusap kembali rambut istrinya sambil memandangi wajahnya dengan lembut."Sudah kalau tidak mau bicara, aku akan keluar!" ucap Dominique. Baru saja dia menarik selimutnya akan turun dari ranjang. Entah mereka memang tak mendengarnya atau terlalu fokus saat berbicara. Haiden sudah berdiri dihadapannya sambil melihat kedua tangannya. "Oh, jadi begini cara kalian? Melakukan hal yang enak tanpa mengajakku!" dengusnya kesal. Dominique menarik wajahnya sambil menghela nafas panjang. "Aku sudah selesai, jika kau memang menginginkan bilang saja sendiri!" Willy berjalan turun melenggang tanpa sehelai benang pun masuk ke kamar mandi. "Ah, tidak. Sud

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Bertemu Martha

    Martha masih belum sanggup menatap wajah Will, dia hanya terus tertunduk ketika suaminya berkata seolah ada satu pedang yang langung menancap di dadanya. Will dengan perasaan yang tak bisa dia gambarkan hanya bisa menghela nafasnya. Bingung.“Kau tidak sedang bergurau denganku kan, Pah?” Will masih setengah tak percaya. Tubuhnya bahkan terasa bergetar, masih belum mempercayai semua ucapan ayahnya“Kau bisa bertanya langsung dengannya, apa aku sekarang sedang berbohong padamu atau tidak?” tanpa banyak berkata apapun Baron membalikkan tubuhnya. Jantung Martha benar-benar akan copot di tatap putranya. Meminta penjelasan tentang kehadirannya.“Huh, baiklah, ayo kita masuk, Nyonya. Sepertinya akan banyak hal yang akan kita bicarakan!” kali ini Martha terkejut saat mendengar ucapannya. Datar dan dingin. Berbeda saat pertama kali mereka tak sengaja bertemu.Langkah kakinya mengekori Will masuk ke ruang bacanya. Dia sudah duduk di sofa sambil terus memperhatikan wanita yang bernama Martha

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Penjara Cinta

    “Bersiaplah hari ini kita akan menemuinya!” Baron berkata dengan sangat tegas. Menatap wanita yang duduk dihadapannya. Dia sedang menikmati sarapan paginya.Wanita yang beberapa hari ini telah resmi menjadi istrinya kembali. Dia yang dipaksa olehnya. Martha mau tidak mau menuruti semua kemauan Baron, daripada ada nyawa yang tidak bersalah berkorban untuk dirinya.Martha masih menatap wajah Baron. Bingung dengan ucapannya. Bertanya dalam hati apa yang akan ditemuinya nanti. “Aku hanya memintamu, menemaniku dan menemuinya. Apakah ada masalah? Mengapa kau menatapku seperti itu?” kembali Baron berbicara dengan suara sakrasnya. Membuat Martha tetap diam. Dia tak perduli dengan ucapannya. Dia tahu saat dia mencoba menjawab setiap perkataannya akan timbul hal yang tidak diinginkan.“Baiklah, aku akan bersiap-siap!” ucapnya setengah terpaksa.“Apa kau sebegitu tak sukanya pergi bersamaku?” Baron menaikkan rahangnya dengan kasar menatap Martha yang baru beberapa hari ini resmi menjadi istr

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Ramon Merayu Sophie

    "Jangan mendekat!" Sophie terus bergeser dari ranjangnya, saat Ramon mencoba mendekatinya. Sedangkan, John sibuk dengan dunianya sendiri. Dia seperti mendapatkan mainan baru. Saat pulang kerja dan setelah makan juga mandi hal yang dilakukan pertama kali adalah mengendong anaknya. Dia menjadi bapak siaga saat berada di rumah. "Inikan sudah empat puluh hari lebih, sayang. Masa aku nggak boleh dekat-dekat kamu sih!" Ramon merajuk. Namun, tak menghentikan aktifitasnya saat berusaha menggulingkan pertahanan istrinya. "Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya. Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya."Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya! Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya.John hanya meliriknya tanpa mengindahkan semua ucapan yang kelur dari mulut Ramon. Dia bahkan tak perduli dengan cibiran atau umpatan yan

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kepergian Terry

    "Sungguh, aku tidak apa-apa. Jangan bawa aku kesana!" Martha memohon dengan penuh penekanan. Dia tak ingin seorang pun tahu tentang penyakit yang sedang dideritanya. Baron tak mengindahkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Dia tahu wanita itu sedang membohonginya. Dia melemparkan tubuh yang tidak muda lagi itu dengan kasar ke kursi penumpang. Setelah penyeretan yang dramatis. Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatap mereka. Seperti seorang istri yang sedang kepergok suaminya berselingkuh. "Jangan membantah lagi, jika kau terus terusan menolakku, jangan salahkan jika senjata ini akan langsung bersarang ke perutmu!" ancamnya. Kini Baron sedang tidak bermain-main. Dia menodongkan senjata tepat disamping perutnya. Martha sudah kehilangan akal menghadapi lelaki yang sudah berumur itu. Yang memiliki sikap dan temperamen seperti anak remaja. Merajuk kalau keinginannya tak dituruti. Dia tak bersuara. Pasrah. Hingga Baron memasukkan senjatanya kembali ke jasnya. Dia bertanya

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kau Tidak Berhak

    Baron masih saja mondar mandir di kamarnya. Menunggu wanita itu benar-benar bisa menenangkan hati, agar mereka bisa kembali pembicaraannya. Sebenarnya bukan berbicara, tapi Baron masih ingin meneruskan rasa penasarannya. Martha menghela nafasnya. Isak tangis terakhirnya sebelum dia benar-benar berhenti.“Apa kita sudah bisa berbicara sekarang?” dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Daripada dia menemani wanita yang sedang menangis. Dia lebih baik memukuli seluruh pengawalnya hingga babak belur.‘Huh, apa kata dunia, jika ada orang yang tahu aku mendengarkan seorang wanita menangis!’Baron meraup wajahnya dengan kasar. Sungguh dia pun tak menyangka bisa menemani wanita itu merajuk. Menangis terseduk selama satu jam.Martha menganggukkan kepalanya. Memberikan tanda, dia siap menerima introgasi dari laki-laki dihadapannya itu.“Jadi, penjelasan apa yang ingin kau berikan padaku?” Baron masih menatapnya tajam.‘Huh, dari dulu dia memang tak pernah mau mengalah. Padahal dia yang salah.

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Keluar Rumah Sakit

    ‘Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa menjadi seperti ini? Apa sungguh aku telah salah mengira dirinya?’Pikiran Baron bergemuruh. Hatinya tiba-tiba saja menjadi tak menentu. Dia bahkan tak tega melihat wanita itu berbaring lemah tak berdaya. Bagaimanapun, dia pernah menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam hidupnya.Dia berjalan perlahan menghampiri ranjangnya. Duduk tanpa bersuara, menatap wanita itu yang terlihat tidur dengan nyaman oleh obat yang habis dia minum. Rasa lelah yang dia rasakan seakan menghilang. Padahal tadi dia berencana akan pulang ke hotelnya untuk beristirahat.‘Ah, hotel!’ Baron keluar dari kamar wanita itu. Mencari keberadaan Markus yang tengah memberikan perintah kepada anak buahnya untuk membersihkan kekacauan yang baru saja mereka buat.“Carikan selimut yang tebal untukku dan segera bawakan untukku!” setengah tak percaya Markus mendengar permintaan Tuannya. Dia sedikit menaikan kedua alisnya saat mendengar tuannya berkata seperti itu.“Cepat!

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Pertemuan Tak Terduga

    Baron memicingkan matanya di kursi penumpang. Matanya ke luar jendela mobilnya. Menatap mantap orang yang dia kenali. 'Aku yakin dia.' Baron tak melepaskan tatapannya sedikitpun. Dia melihat orang itu tengah memegangi dadanya saat berjalan. Sesekali kakinya berhenti dan tangannya menempel pada tembok jalanan. Beberapa detik kemudian dia melihat orang itu ditabrak seseorang hingga membuatnya tersungkur di jalanan. 'Cih, apa dia benar-benar orang itu? Aku rasa mataku salah lihat lagi.' hatinya berkata demikian. Namun, dia menyuruh Markus menghentikan mobilnya. Rasa penasaran dan dia sangat ingin membuktikan sesuatu membuat tekadnya bulat.Menghampiri orang itu yang tengah berusaha bangkit dari orang yang sudah menabraknya tadi. "Ck, ck, ck, apa sungguh kau masih seorang Nona dari keluarga Belvina?" Orang tadi melirik kearah suara. Melihat Baron sudah tepat dihadapannya menaikan rahangnya dengan kasar.Orang tadi berusaha menutupi getaran dalam tubuhnya. Menatap datar wajah orang yan

DMCA.com Protection Status