Ruko Yolanda cakes pukul sebelas malam beberapa angkot berwarna merah sudah berjejer di samping ruko menunggu para karyawan yang akan pulang kerja."Domi, aku yang naik duluan yah. Kamu yang di belakang!" Sophie bergegas masuk kedalam angkot yang tersisa satu tempat duduk."Iyah hati-hati di jalan ya, Sop!" Dominique melenggang masuk ke dalam angkot di belakangnya berpisah pulang dengan Sophie malam ini.Tumben banget malam ini angkot penuh, biasanya sepi. Batin Dominique melirik angkot Shopie yang melaju lebih dahulu.Sophie mendapatkan sisa duduk paling pojok untuknya itu adalah tempat yang paling nyaman buat menyandar melepaskan penat seharian bekerja.Tangan Sophie membuka sedikit kaca angkot agar semilir angin malam dapat masuk menambah kesejukan. Udara malam hari dengan pemandangan jalan raya yang tidak pernah sepi dengan segala aktivitasnya. Hilir mudik kendaraan masih sangat ramai.Sophie tidak tidur, dia hanya menutup matanya yang kelelahan dan telinganya mendengar celotehan-
Dominique bangun dengan mata panda selimutnya sudah terjatuh dilantai.'Huh sial banget gara-gara mikirin ada setan semalaman aku jadi nggak bisa tidur' gerutu Dominique berjalan malas keluar kamarnya sambil menguap lebar dan meregangkan tangannya keatas.'Sarapan apa yaa' Dominique berjalan masuk ke kamar mandi mencuci muka dan gosok gigi.'Nyabu aja deh!' Dominique berjalan malas keluar gang sempit rumahnya. Tukang bubur sudah ramai pembeli Dominique memesan bubur ayam dan duduk berbarengan dengan yang lain.Dari seberang jalan sudah terpakir mobil mewah yang mengawasi gerak-gerik Dominique. Seseorang dari kaca mobilnya sengaja dia turunkan hanya untuk melihat dengan jelas wajah Dominique."Hei John, apa itu?" Orang tadi mengerutkan kedua dahinya kesal."Bubur ayam, Tuan Haiden!""Aku tahu! Maksudku baju yang di pakainya. Kenapa dia keluar memakai pakaian seperti itu," gerutu Haiden semakin kesal."Itu daster, Tuan. Motifnya hello kitty!" John, pria bertubuh tinggi dan hampir sama d
Inputan pesanan secara otomatis masuk ke ruangan pastry dan tidak berapa lama semua pesanan keluar. Ajeng langsung memanggil pelanggan tadi dia mengulangi pesanan sebagai tanda check barang agar tidak Ada yang tertinggal.Satu jam berselang shift pagi sudah kembali lagi di area. Mereka semua langsung melakukan pertukaran bergantian untuk istirahat. Dominique berjalan pelan menuju tangga duduk di salah satu anak tangga, tangannya mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menelpon Sophie."Iya Dom," suara Sophie dari ujung telpon."Gimana keadaan kamu sekarang Sop? Tadi aku di kasih tahu sama bu Ocha." "Sudah lebih baik Domi hanya saja sementara waktu aku nggak mau naik angkot dulu, masih trauma," ucap Sophie dengan suaranya yang masih berat."Iya aku ngerti kok. Terus gimana tuh para begal? Ketangkap?""Aku dengar langsung tertangkap soalnya pas laporan kejadian dekat banget dengan polsek jadi laporan langsung di proses dan beberapa jam kemudian mereka semua tertangkap!""Syukurlah kal
"DOMIIII!!!" teriak Haiden kesal melihat ulah Dominique. Dominique tersentak kaget terpental jatuh pantatnya menyentuh lantai. 'Akh, sakit' ringgis Dominique. John menahan tawanya dia tidak mau tuannya tahu kalau dia mentertawainya.Sedang sekretaris yang baru akan keluar ruangan berbalik mendengar teriakan Dominique. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.'Astaga dasar wanita gila dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa' umpat sekretaris Haiden. Dominique kaget cegukannya kumat ia segera bangun ketika orang tadi menghampirinya. "Ah, setaaaannnn!!!" teriaknya lagi lalu Dominique lari terbirit-birit."John!" Haiden tampak marah dan kesal."Tunggu sebentar Tuan, saya akan kejar dia!" John segera berlari mengikuti Dominique yang sudah keluar lewat lift.Nafas Dominique tidak beraturan. "Tidak, pasti aku salah lihat!" Dominique meyakinkan hatinya dengan apa yang dia lihat barusan.Pintu lift terbuka tanpa menoleh Dominique bergeg
Mobil Haiden berhasil mengejar motor yang ditumpangi oleh Dominique matanya menyipit dengan tajam mengamati dengan dingin semua gerak gerik tubuh Dominique, dia marah serta berapi-api.Haiden melihat Dominique memeluk mesra tersenyum dan tertawa disela pembicaraan mereka."John, aku menginginkan rumahnya dan bereskan pria brengsek itu!" Haiden memberi perintah yang terlihat sudah tidak sabaran."Baik Tuan, malam ini akan saya laksanakan," sahut John tidak berani mencari masalah karena suasana hati tuannya sedang tidak baik."Lakukan dan jangan meninggalkan jejak aku tidak ingin kau melalukan tindakan bodoh lagi" Haiden terbakar Cemburu.'Berani sekali kau tersenyum dan memeluk pria lain kau cari mati Domi' Buluk kuduk Dominique berdiri setiap kali ada yang menyebut atau mengumpat namanya.'Kok pakai jaket tetap merinding apa aku masuk angin' batin Dominique.John tampak menghubungi seseorang berbicara dan memerintah. Tentu saja semua berkaitan dengan perintah tuannya.Dominique turun
Dominique setengah berlari mencari opang (ojek pangkalan) di depan rumah sewaan nya karena tidak akan sempat naik ojol (ojek online) apalagi angkot yang ngetemnya lama banget. Hari ini Dominique tidak mau kalau harus menunggu.Lima belas menit perjalanan dengan kecepatan Valentino Rossi, Dominique sudah sampai di tempat kerjanya. Saat melewati parkiran ruko Dominique melirik empat mobil sedan hitam sudah memenuhi setengah lebih dari pelataran parkir dan beberapa orang berjas hitam juga bertubuh besar berjaga berjajar dengan security toko di pintu masuk customer.'Huhh aku benaran terlambat' batin Dominique jetag jedur. "Ayook Bu Ocha, cepetaaann!!!" Dominique yang tahu dirinya sudah benar-benar terlambat. 'Mati aku. Mati gimana nih bu Ririn pasti ngamuk'Dominique terkejut saat akan memasuki area toko matanya langsung di suguhi kembali dengan pria berjas hitam dan berbadan besar, namun dia tidak menghiraukan segera berlari ke arah tangga menuju loker untuk mengganti bajunya.Dominiq
"Aw sakit! " Haiden melepaskan pelan cengkramannya. Dominique membalikkan tubuhnya akan membuka pintu, "mau kemana kau?" tubuh Dominique langsung di himpit oleh tubuh kekar Haiden. "Aku mau keluar, tidak ada alasan aku ada disini!" Dominique berusaha mendorong tubuh Haiden dengan punggungnya. "Kau lupa apa perintah atasanmu!" Dominique berbalik mata langsung bertatapan kedua tangan Haiden masih mengkangkang tubuh Dominique.'Ya ampun dekat banget, dasar pria gila' Dominique memalingkan wajahnya. 'Hah, aku hampir gila. Tahan Haiden dia pasti akan segera jadi milikmu, tidak, tidak dari dulu dia kan memang sudah menjadi milikku' Dominique terdiam, pasrah, dia pun tidak ingin menimbulkan suara atau kecurigaan dari orang-orang yang berada diluar terlebih lagi ruangan manager bersebelahan dengan ruang produksi pastry.Haiden terus menatap intens Dominique, dia kegerahan sendiri melihat tingkah lelaki di hadapannya itu,"Ya, ya, ya sudah. Service makan ya service makan," suara tidak rela Do
Dominique membekap mulut dengan kedua tangannya.Dominique berjalan pelan menghampiri Justin tangan dan tubuhnya bergetar hebat tak terasa airmatanya jatuh berderai."Kenapa bisa sampai seperti ini, Pak" dengan isak pelan yang terdengar Dominique bertanya."Kami hanya tahu ada sebuah truk yang menabraknya. Setelah diperiksa polisi pengemudi truk positive mabuk, dia akan bertanggung jawab menanggung semua biaya jadi dia dibebaskan dari jeratan hukuman," jelas pak Dave yang mengetahui sedikit kronologi kecelakaan yang menimpa Justin.Dominique tak sanggup berkata-kata dadanya terasa sesak bagaimana pun Dominique berharap dan menantikan sesuatu yang berakhir bahagia dengan Justin. Dominique berencana menerima cinta Justin kalau dia mengutarakannya. Dominique mungkin saja akan bersedia menikah dengan Justin apabila Justin memintanya untuk menjadi istrinya."Maaf jam besuk habis," seorang perawat memberitahu. Mereka pun segera keluar ruangan.Pak Dave mengantarkan Dominique jam menunjukkan