Ruko Yolanda cakes pukul sebelas malam beberapa angkot berwarna merah sudah berjejer di samping ruko menunggu para karyawan yang akan pulang kerja.
"Domi, aku yang naik duluan yah. Kamu yang di belakang!" Sophie bergegas masuk kedalam angkot yang tersisa satu tempat duduk."Iyah hati-hati di jalan ya, Sop!" Dominique melenggang masuk ke dalam angkot di belakangnya berpisah pulang dengan Sophie malam ini.Tumben banget malam ini angkot penuh, biasanya sepi. Batin Dominique melirik angkot Shopie yang melaju lebih dahulu.Sophie mendapatkan sisa duduk paling pojok untuknya itu adalah tempat yang paling nyaman buat menyandar melepaskan penat seharian bekerja.Tangan Sophie membuka sedikit kaca angkot agar semilir angin malam dapat masuk menambah kesejukan. Udara malam hari dengan pemandangan jalan raya yang tidak pernah sepi dengan segala aktivitasnya. Hilir mudik kendaraan masih sangat ramai.Sophie tidak tidur, dia hanya menutup matanya yang kelelahan dan telinganya mendengar celotehan-celotehan tidak jelas dari para penghuni angkot.Ada yang saling ledek sesama teman, meluapkan emosi karena kesal di marahi bosnya, tertawa, bercanda yang tidak jelas juntrungannya dan ada juga yang turun ketika mereka sampai di tujuan.Di pertengahan perjalanan angkot berhenti.Bruk!!Telinga Sophie mendengar tempat duduk sopir di buka berarti ada satu orang yang duduk di depan dengan sopir.Dan, brak-brak!!!Tiga orang pria masuk tergesa Sophie membuka mata, satu orang duduk di ambang pintu dua lagi berpencar berhimpit di antara para penumpang wanita. Sophie melihat gelagat aneh dari mereka. 'Aneh banget. Mau apa mereka?' Shopie yang bergelayut tanya di hati.Mereka menatap para penumpang wanita dengan tajam seolah akan memakan dan menerkamnya. Suasana berubah hening seketika saat pria yang duduk di ambang pintu mengeluarkan pistol."Jangan berteriak kalau mau selamat serahkan semua barang-barang kalian!" ucapnya sambil menodongkan pistol kearah penumpang.Hati Sophie sudah ketar ketir panas dingin di buatnya. Jantungnya berdetak tidak karuan, panik dan takut bercampur jadi satu. Mata Sophie melirik kearah sopir di lehernya sudah terhunus golok yang mengancam, meminta sopir menyerahkan uang setoran angkot serta melajukan angkot seperti biasa.Riuh dalam angkot beberapa saat lalu berubah menjadi malam yang mencekam. Celotehan, tawa dan canda semuanya sirna berubah menjadi ketegangan disertai isak tangis.Dua pria lain yang berhimpitan dengan para penumpang wanita tadi mengeluarkan golok,"Ayo, serahkan!!" ucapnya mendelik tajam masih menodong-nodongkan goloknya.Mereka ketakutan sampai tidak bisa bergerak hanya menuruti kemauan mereka yang melucuti paksa dan merampas barang-barang juga uang dari para penumpang wanita.Sophie melihat sendiri dengan matanya saat salah satu dari mereka menjambret kalung seorang wanita sambil menodongkan goloknya di leher. Dan dia pun tak luput menjadi sasaran mereka, Sophie terpaksa menyerahkan dompet beserta isinya karena golok sudah menyambangi lehernya. Setelah melancarkan aksi mendapatkan semua barang rampasan mereka turun.Angkot harusnya melaju pada pemberhentian terakhirnya terminal, tapi malam ini angkot berbelok arah pada Polsek terdekat.Sophie yang syock boro-boro menangis seperti yang lain dia hanya diam dengan tubuhnya yang bergetar.Sopir angkot turun dengan membawa para penumpang yang terlihat syock menggiring mereka untuk membuat laporan pada polisi sebagai korban dan saksi pembegalan dalam angkot.Sophie duduk di depan ruang tunggu polisi setelah dia membuat laporan berita acaranya, dia mengeluarkan ponsel yang sedari tadi terus berbunyi dari saku dalam jaketnya. Ponsel Sophie selamat dari pembegalan karena dia menutupi dengan jaket."Sayang kamu dimana? Kok belum sampai?" suara dari seberang telpon."Polsek!" jawab Sophie dengan suaranya yang mulai parau.Orang tadi kaget mendengar jawaban Sophie langsung menjalankan motor menuju tempat yang disebut. Tidak berapa lama motor berhenti ia melihat Sophie duduk sendiri di ruang tunggu polisi."Ada apa sayang? Kenapa kamu disini?" ucapnya memburu dengan pertanyaan terlihat khawatir dan panik.Sophie masih belum menjawab. Dia hanya tertunduk, "sayang kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya lagi menggoyangkan tubuh Sophie yang belum bereaksi dengan pertanyaannya.Sophie mengangkat wajahnya menatap sepersekian detik kemudian Sophie sudah menangis sejadinya di pelukan sang pacar. Rasa yang dia tahan sejak tadi seketika membucah keluar dan tak tertahan.Angkot Dominique berhenti di depan tukang nasi goreng pinggir jalan langganannya."Bang, biasa pedas pakai ati ampela telornya di dadar pakai daun bawang, nggak usah pakai acar dan ketimun, ingat jangan lupa lagi kemarin ada acar sama ketimunnya tuh!" ucap Dominique mengingatkan lagi pesanan nasi gorengnya."Eh Neng Domi, maaf kemarin ramai Neng, abang kelupaan, jadi nggak sengaja acar sama timunnya kemasukin ke nasi gorengnya si eneng," kata abang nasi goreng. "Ya sudah nggak apa-apa Bang, tapi sekarang jangan lupa lagi yaa," pinta Dominique."Iya Neng." Si abang nasi goreng langsung membuat pesanan Dominique.Dominique duduk di bangku plastik sambil membuka ponsel memeriksa isi pesan yang sedari tadi berbunyi dari grup tempat kerjanya.Huh, malam-malam masih ngebahas kerjaan. Orang-orang pulang nggak bawa kerjaan bisa tidur dengan nyenyak sedangkan kerjaanku ada saja yang di bahas. Keluh Dominique dalam hatinya.Setelah melihat deretan pesan dalam grup yang meminta agar personil bisa lebih meningkatkan omset jualan dan service pada para pelanggan."Neng Domi, ini pesanannya."Eh iya berapa, Bang?""Biasa Neng lima belas ribu!"Dominique mengeluarkan uang puluhan ribu dua lembar dan memberikan pada abang nasi goreng."Ini kembaliannya Neng.""Iya makasih ya, Bang!"Dominique meninggalkan tukang nasi goreng berjalan pelan menuju gang rumah sewanya. Rumah kecil yang dia sewa tahunan karena rumah peninggalan kedua orangtuanya terpaksa dia jual untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Dominique harus bisa membagi pengeluaran dengan gajinya yang pas-pasan agar dia bisa berhemat dan bertahan hidup dengan keperluan yang lainnya.Di sebuah apartmen mewah,"Bagaimana John?" ucap seorang pria tampan berbadan besar berotot dengan punggung dan lengannnya yang penuh dipenuhi dengan tato hanya mengenakan handuk yang membalut di pinggang berdiri di jendela apartemennya sambil meminun wine.John memberikan satu amplop yang berisi berbagai informasi dan foto seseorang. Pria tampan tadi menatap foto itu begitu dalam."Apa Tuan Haiden mau melihatnya langsung?""Uhmm ... sudah sepuluh tahun. Kau bahkan belum banyak berubah!" gumanya."Besok saya akan mengantarkan, anda?""Hmm""Baiklah Tuan, saya tinggal. Selamat beristirahat jika ada hal mendesak anda bisa langsung menghubungi saya!" John berkata. Pria tadi hanya mengangguk dan John pergi menghilang dari hadapannya.Dominique meletakan bungkusan nasi gorengnya di meja makan. Ia melempar tasnya sembarangan, tak berapa lama dia keluar dari kamarnya membawa handuk dan baju ganti masuk ke kamar mandi untuk berbersih dan berganti baju.'Cepat makan lalu tidur' Dominiqie mengambil piring dan sendok dari dapur yang letaknya tidak jauh dari meja makan. Dia mulai membuka bungkusan nasi gorengnya awalnya dia menikmati hingga setelah beberapa suapan yang masuk ke mulutnya tiba-tiba buluk kuduk di tangannya berdiri.Dominique makan nasi goreng merinding. 'Ada apa nih kok jadi merinding begini?' Dominique menghentikan makannya memegangi tengkuknya menengok kanan dan kiri. Sepiii ... .'Akh masa ada setan sih!'Dominique bergidig. Melempar sendoknya. Meninggalkan nasi goreng miliknya.Dominique kabur berlari masuk ke kamarnya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, " Jangan ganggu dong jangan ganggu pergi kau setaaannn ...,"ucap Dominique dari balik selimutnya seperti lagu mbah dukunnya Alam.Dan saat peristiwa itu terjadi di tempat lain seseorang sedang menatap foto Dominique dari ranjangnya dan berkata,"Aku merindukanmu Domi, kali ini aku tidak akan melepaskanmu lagi!"Dominique bangun dengan mata panda selimutnya sudah terjatuh dilantai.'Huh sial banget gara-gara mikirin ada setan semalaman aku jadi nggak bisa tidur' gerutu Dominique berjalan malas keluar kamarnya sambil menguap lebar dan meregangkan tangannya keatas.'Sarapan apa yaa' Dominique berjalan masuk ke kamar mandi mencuci muka dan gosok gigi.'Nyabu aja deh!' Dominique berjalan malas keluar gang sempit rumahnya. Tukang bubur sudah ramai pembeli Dominique memesan bubur ayam dan duduk berbarengan dengan yang lain.Dari seberang jalan sudah terpakir mobil mewah yang mengawasi gerak-gerik Dominique. Seseorang dari kaca mobilnya sengaja dia turunkan hanya untuk melihat dengan jelas wajah Dominique."Hei John, apa itu?" Orang tadi mengerutkan kedua dahinya kesal."Bubur ayam, Tuan Haiden!""Aku tahu! Maksudku baju yang di pakainya. Kenapa dia keluar memakai pakaian seperti itu," gerutu Haiden semakin kesal."Itu daster, Tuan. Motifnya hello kitty!" John, pria bertubuh tinggi dan hampir sama d
Inputan pesanan secara otomatis masuk ke ruangan pastry dan tidak berapa lama semua pesanan keluar. Ajeng langsung memanggil pelanggan tadi dia mengulangi pesanan sebagai tanda check barang agar tidak Ada yang tertinggal.Satu jam berselang shift pagi sudah kembali lagi di area. Mereka semua langsung melakukan pertukaran bergantian untuk istirahat. Dominique berjalan pelan menuju tangga duduk di salah satu anak tangga, tangannya mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menelpon Sophie."Iya Dom," suara Sophie dari ujung telpon."Gimana keadaan kamu sekarang Sop? Tadi aku di kasih tahu sama bu Ocha." "Sudah lebih baik Domi hanya saja sementara waktu aku nggak mau naik angkot dulu, masih trauma," ucap Sophie dengan suaranya yang masih berat."Iya aku ngerti kok. Terus gimana tuh para begal? Ketangkap?""Aku dengar langsung tertangkap soalnya pas laporan kejadian dekat banget dengan polsek jadi laporan langsung di proses dan beberapa jam kemudian mereka semua tertangkap!""Syukurlah kal
"DOMIIII!!!" teriak Haiden kesal melihat ulah Dominique. Dominique tersentak kaget terpental jatuh pantatnya menyentuh lantai. 'Akh, sakit' ringgis Dominique. John menahan tawanya dia tidak mau tuannya tahu kalau dia mentertawainya.Sedang sekretaris yang baru akan keluar ruangan berbalik mendengar teriakan Dominique. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.'Astaga dasar wanita gila dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa' umpat sekretaris Haiden. Dominique kaget cegukannya kumat ia segera bangun ketika orang tadi menghampirinya. "Ah, setaaaannnn!!!" teriaknya lagi lalu Dominique lari terbirit-birit."John!" Haiden tampak marah dan kesal."Tunggu sebentar Tuan, saya akan kejar dia!" John segera berlari mengikuti Dominique yang sudah keluar lewat lift.Nafas Dominique tidak beraturan. "Tidak, pasti aku salah lihat!" Dominique meyakinkan hatinya dengan apa yang dia lihat barusan.Pintu lift terbuka tanpa menoleh Dominique bergeg
Mobil Haiden berhasil mengejar motor yang ditumpangi oleh Dominique matanya menyipit dengan tajam mengamati dengan dingin semua gerak gerik tubuh Dominique, dia marah serta berapi-api.Haiden melihat Dominique memeluk mesra tersenyum dan tertawa disela pembicaraan mereka."John, aku menginginkan rumahnya dan bereskan pria brengsek itu!" Haiden memberi perintah yang terlihat sudah tidak sabaran."Baik Tuan, malam ini akan saya laksanakan," sahut John tidak berani mencari masalah karena suasana hati tuannya sedang tidak baik."Lakukan dan jangan meninggalkan jejak aku tidak ingin kau melalukan tindakan bodoh lagi" Haiden terbakar Cemburu.'Berani sekali kau tersenyum dan memeluk pria lain kau cari mati Domi' Buluk kuduk Dominique berdiri setiap kali ada yang menyebut atau mengumpat namanya.'Kok pakai jaket tetap merinding apa aku masuk angin' batin Dominique.John tampak menghubungi seseorang berbicara dan memerintah. Tentu saja semua berkaitan dengan perintah tuannya.Dominique turun
Dominique setengah berlari mencari opang (ojek pangkalan) di depan rumah sewaan nya karena tidak akan sempat naik ojol (ojek online) apalagi angkot yang ngetemnya lama banget. Hari ini Dominique tidak mau kalau harus menunggu.Lima belas menit perjalanan dengan kecepatan Valentino Rossi, Dominique sudah sampai di tempat kerjanya. Saat melewati parkiran ruko Dominique melirik empat mobil sedan hitam sudah memenuhi setengah lebih dari pelataran parkir dan beberapa orang berjas hitam juga bertubuh besar berjaga berjajar dengan security toko di pintu masuk customer.'Huhh aku benaran terlambat' batin Dominique jetag jedur. "Ayook Bu Ocha, cepetaaann!!!" Dominique yang tahu dirinya sudah benar-benar terlambat. 'Mati aku. Mati gimana nih bu Ririn pasti ngamuk'Dominique terkejut saat akan memasuki area toko matanya langsung di suguhi kembali dengan pria berjas hitam dan berbadan besar, namun dia tidak menghiraukan segera berlari ke arah tangga menuju loker untuk mengganti bajunya.Dominiq
"Aw sakit! " Haiden melepaskan pelan cengkramannya. Dominique membalikkan tubuhnya akan membuka pintu, "mau kemana kau?" tubuh Dominique langsung di himpit oleh tubuh kekar Haiden. "Aku mau keluar, tidak ada alasan aku ada disini!" Dominique berusaha mendorong tubuh Haiden dengan punggungnya. "Kau lupa apa perintah atasanmu!" Dominique berbalik mata langsung bertatapan kedua tangan Haiden masih mengkangkang tubuh Dominique.'Ya ampun dekat banget, dasar pria gila' Dominique memalingkan wajahnya. 'Hah, aku hampir gila. Tahan Haiden dia pasti akan segera jadi milikmu, tidak, tidak dari dulu dia kan memang sudah menjadi milikku' Dominique terdiam, pasrah, dia pun tidak ingin menimbulkan suara atau kecurigaan dari orang-orang yang berada diluar terlebih lagi ruangan manager bersebelahan dengan ruang produksi pastry.Haiden terus menatap intens Dominique, dia kegerahan sendiri melihat tingkah lelaki di hadapannya itu,"Ya, ya, ya sudah. Service makan ya service makan," suara tidak rela Do
Dominique membekap mulut dengan kedua tangannya.Dominique berjalan pelan menghampiri Justin tangan dan tubuhnya bergetar hebat tak terasa airmatanya jatuh berderai."Kenapa bisa sampai seperti ini, Pak" dengan isak pelan yang terdengar Dominique bertanya."Kami hanya tahu ada sebuah truk yang menabraknya. Setelah diperiksa polisi pengemudi truk positive mabuk, dia akan bertanggung jawab menanggung semua biaya jadi dia dibebaskan dari jeratan hukuman," jelas pak Dave yang mengetahui sedikit kronologi kecelakaan yang menimpa Justin.Dominique tak sanggup berkata-kata dadanya terasa sesak bagaimana pun Dominique berharap dan menantikan sesuatu yang berakhir bahagia dengan Justin. Dominique berencana menerima cinta Justin kalau dia mengutarakannya. Dominique mungkin saja akan bersedia menikah dengan Justin apabila Justin memintanya untuk menjadi istrinya."Maaf jam besuk habis," seorang perawat memberitahu. Mereka pun segera keluar ruangan.Pak Dave mengantarkan Dominique jam menunjukkan
Dominique mendekati malas Haiden menarik handuk yang menutupi bagian gundukan milik Dominique. Haiden membiarkan matanya menikmanti setiap jengkal tubuh Dominique yang dihadapannya menikmanti tampilan lingerie saat di kenakan Dominique. Haiden menelan salivanya berkali-kali.'Semakin melihatnya, semakin aku tak sabar untuk memakannya. Dia yang sekarang jauh lebih mempesona apalagi bagian dadanya yang tumbuh dengan sempurna untuk tubuhnya yang mungil. Baru melihatnya saja sudah membuatku candu apalagi benar-benar menikmatinya.''Ah Haiden kau harus segera mengikatnya agar dia tidak bisa lari atau kabur meninggalkanmu''Tatapan apa itu dasar otak gila. Habislah aku kali ini. Aku harus bisa merayu dan membujuknya.' Haiden menarik tangan Dominique membiarkan Dominique duduk dipangkuannya. Sesaat Haiden memabukkan dirinya dalam tubuh Dominique menciumi aroma tubuh dan rambut Dominique, tubuh yang selama sepuluh tahun Haiden rindukan."I-iden geli!" Dominique bergidik beberapa kali, tap