Home / CEO / Penjara Cinta Tuan Billionare / Haiden Terbakar Cemburu

Share

Haiden Terbakar Cemburu

Author: Aleena Marsainta Sunting
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil Haiden berhasil mengejar motor yang ditumpangi oleh Dominique matanya menyipit dengan tajam mengamati dengan dingin semua gerak gerik tubuh Dominique, dia marah serta berapi-api.

Haiden melihat Dominique memeluk mesra tersenyum dan tertawa disela pembicaraan mereka.

"John, aku menginginkan rumahnya dan bereskan pria brengsek itu!" Haiden memberi perintah yang terlihat sudah tidak sabaran.

"Baik Tuan, malam ini akan saya laksanakan," sahut John tidak berani mencari masalah karena suasana hati tuannya sedang tidak baik.

"Lakukan dan jangan meninggalkan jejak aku tidak ingin kau melalukan tindakan bodoh lagi" Haiden terbakar Cemburu.

'Berani sekali kau tersenyum dan memeluk pria lain kau cari mati Domi' Buluk kuduk Dominique berdiri setiap kali ada yang menyebut atau mengumpat namanya.

'Kok pakai jaket tetap merinding apa aku masuk angin' batin Dominique.

John tampak menghubungi seseorang berbicara dan memerintah. Tentu saja semua berkaitan dengan perintah tuannya.

Dominique turun dari motor tangan Justin tak sedikit pun melepaskannya. "Kita makan dulu yah kata kamu nasi goreng langgananmu di sini enak." Justin terus mencari celah agar lebih lama berduan dengan Dominique.

"Nggak kelamaan kamu pulangnya ini sudah hampir pagi loh?" Dominique mengingatkan dan tidak enak hati.

"Nggak, apa pun akan aku lakukan asalkan kita bisa berduaan lebih lama," rayuan receh Justin mata birunya tak luput memberikan tatapan maut pada Dominique hingga dia pun terbuai pada rayuan receh Justin.

"Dih, dih, gombal banget sih alay tau!"

Dominique tersenyum dan mencubit pinggang Justin tidak tahan saat Justin mengeluarkan rayuannya.

Justin meringgis memegangi tangan Dominique yang mencubitnya, "please yah, yah kita makan dulu." Justin turun meletakkan helm diatas motor dan membukakan helm di kepala Dominique. Dominique hanya tersenyum mengangguk menerima ajakan Justin.

Justin duduk sedang Dominique menghampiri abang nasi goreng, "Bang dua ya makan disini," pesan Dominique.

Abang nasi goreng melirik, "Eh Neng Domi udah pulang Neng, cie makan bareng sama pacar nih," ledek abang nasi goreng Justin yang mendengar hanya tersenyum simpul.

"Ssst, awas Bang jangan lupa pesananku kayak biasa!" Dominique mengingatkan lagi, "beres Neng, abang nggak lupa lagi kok," sahut abang nasi goreng.

"Eh iya pesanan kamu pedes apa nggak? Terus mau pakai ati ampela dan acar?"

Dominique menolehkan wajahnya yang melihat Justin menatapnya dengan bertopang dagu.

"Aku tidak suka pedas ati ampela boleh," sahut Justin. Dominique kemudian mengulangi pesanan Justin pada abang nasi goreng.

Dominique duduk berhadapan dengan Justin lagi-lagi dia mencari kesempatan untuk memegang tangan Dominique. Dominique tidak menolaknya hatinya memang sengaja dia buka untuk menerima semua perhatian kecil dan romantis Justin.

Dominique tahu Justin berusaha keras mendekatinya dua bulan belakangan ini. Awalnya Dominique ragu dia tidak ingin berpikir untuk dekat dengan seseorang ataupun menjalani hubungan dengan seseorang. Dia hanya ingin focus bekerja dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.

Hanya saja Sophie terus menerus jadi mak comblang diantara mereka,

Sophie yang sudah menjadi teman kerja Dominique selama tiga tahun merasa Dominique pantas untuk bahagia. Sophie memberikan dukungan penuhnya kepada Justin untuk mendekati Dominique yang Sophie anggap Justin pantas mendapatkan cinta Dominique.

Justin yang selalu baik, ramah, perhatian, dan karirnya cukup cemerlang ditempat kerja. Justin adalah seorang Achef (Assistant Chef) dia bisa di bilang tangan kanan chef utama.

Sebenarnya Dominique tidak memilih akan berhubungan dengan siapa buat Dominique yang penting orangnya baik, penyayang, pengertian, dan punya pekerjaan.

Pekerjaannya apa saja yang penting bekerja karena dimasa depan Dominique berencana menjadi ibu rumah tangga yang akan mengurus melayani suami dan anak-anaknya sepenuh hati. Impian kecil juga sederhana Dominique berharap akan menjadi nyata. Haiden geram melihat sikap Dominique tangannya terus mengepal dengan kuat.

"John"

"Sudah Tuan. Tunggu sebentar lagi pemilik rumah akan mengantar kunci"

Haiden tidak menjawab. Tidak berapa lama suara ketukan di kaca depan terdengar, John membuka sedikit kaca mobilnya seseorang memberikan sebuah kunci lalu orang tersebut pun menghilang.

"Ini kuncinya Tuan" John menyerahkan kunci tadi pada Tuannya. Haiden menerima dan menggenggam dengan erat kunci tersebut.

'Tidak akan kubiarkan ada celah apa pun akan aku tutup agar kau tak bisa lari dariku lagi'

"Kembali ke apartmen!" perintah Haiden.

"Baik Tuan" John memutar setirnya meninggalkan Dominique yang sedang berduaan makan nasi goreng dan kecemburuan tuannya.

Motor Justin berhenti di depan rumah sewaan Dominique.

"Terima kasih sudah mengantar dan nasi gorengnya!"

"Kembali kasih"

"Hati-hati di jalan!"

"Besok aku antar pulang lagi ya!" Dominique tersenyum mengangguk malu-malu.

"Mimpi indah. Mimpiin aku yaa dahh," pamit Justin sebelum benar-benar menghilang dari pandangan mata Dominique. Justin menempelkan dua jarinya di bibirnya lalu ke bibir Dominique.

Eyaahhh. Dominique tersenyum malu-malu masuk ke rumahnya tanpa dia dan selama sepuluh tahun ini dia di awasi seseorang.

'Huh bisa-bisanya hatiku meleleh cuma di tatap olehnya' Dominique yang menutupi wajahnya yang bersemu dengan kedua tangan.

Apartmen Haiden,

bel pintunya berbunyi John segera memeriksa membukakan pintu dia menerima sebuah amplop dari orang suruhan memeriksa terlebih dahulu isi amplopnya sebelum dia serahkan kepada tuannya.

John mengeleng saat melihat isi amplop tadi. 'Nona Dominique anda tidak berubah sama sekali memang hanya anda saja yang bisa membuat suasana hati tuan Haiden berubah-ubah.'

John tahu selama sepuluh tahun ini tuannya tidak pernah bersikap seperti tadi tuannya selalu focus untuk pencapaian tertinggi perusahaan mengalahkan semua saingan bisnisnya dengan cara halus maupun kasar.

"Tuan!" John sudah berada di hadapan Haiden dengan aura membunuh terlihat jelas dimatanya.

John menyerahkan amplop tadi pada Haiden, dia menerima dan membuka isinya yang berupa foto-foto Dominique setelah dia pulang ke apartmen. Haiden merobek semua foto amarahnya terlihat begitu besar. Foto Justin mengantar Dominique sampai depan rumah kecupan dua jari dari Justin yang di tempelkan dibibir Dominique juga senyum bahagia Dominique saat masuk ke dalam rumah sewaannya.

'Nyalimu besar juga Domi'

"John!!" teriakan Haiden dengan tebaran foto yang sudah dirobek dan semua barang yang berada di meja kerja Haiden hancur berantakan.

"Sedang dilakasanakan sesuai perintah anda, Tuan! " John berkata. Haiden menatap tajam mata John tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi.

Di rumah sewaan Dominique.

Setelah membersihkan diri entah kenapa buluk kuduk tangannya terus berdiri. Dominique terus merinding. 'Benaran masuk angin sepertinya!' Dominique membuka kotak obat mengambil satu sachet tolak angin cair

menuang air hangat ke dalam gelas secukupnya membuka bungkus tolak angin cair tadi. Mengaduk dan meminumnya.

Saat meminum obat Dominique tersedak dan batuk-batuk. Dia teringat kejadian tadi siang saat mengantar ice chocolate sesaat teralihkan oleh sikap manis dan romantis Justin yang membuat hatinya lumer. Dia mengingat pertemuan dengan seseorang yang tidak pernah dia harapkan bahkan dalam mimpi pun ia menolaknya dengan keras.

'Mati aku tadi siang itu benaran dia. Bagaimana pun aku harus menghindar. Cukup sekali aku berurusan dengan dia'

'Tapi bagaimana kalau dia pesan ice chocolate dan menyuruhku mengantar. Tidak, tidak pokoknya kalau diminta mengantar aku harus menolak atau mencari alasan agar tidak aku yang mengantar. Ya ini baru benar, aku ingin hidup tenang dan damai tanpa kekangan orang itu'

Dominique berjalan masuk ke dalam kamar sebelumnya ia melihat ponselnya selain pesan dari grup kerja tidak ada pesan yang lain. 'Aku tanya dia sudah sampai tidak ya, tapi kalau nanti jadinya ganggu dia, ah kirim saja deh' Dominique mengetikkan pesan.

"Kamu sudah sampai belum?" Lima menit sepuluh menit lima belas menit kemudian Dominique terus melirik ponselnya, tapi tidak ada balasan akhirnya kelelahan menunggu dia pun tertidur dengan ponsel di tangannya.

Dominique terbangun jam sepuluh pagi deringan ponsel terdengar berkali-kali, Dominique mengangkat malas menempelkan di telinganya.

"Domii kamu dimana?" teriakan cempreng Sophie dari seberang sana.

"Di rumah. Masih dikasur dan dibalik selimut, " sahut Dominique masih dengan mata tertutup dan suara di balik bantal.

"Kamu nggak lupa jadwal hari ini kan," suara Sophie terdengar panik.

"Hmmm iya, aku masuk siang," sahut Dominique.

"Middle Domiiiiii!!!" Teriakan Sophie membuat Dominique terbangun seketika karena dia lupa jadwalnya.

"Cepetan berangkat. Bu Ririn lagi marah-marah soalnya ada kunjungan dari pusat kita kekurangan personil!" Mata Dominique langsung terbuka lebar, ia membuang ponselnya sembarangan dan bergegas ke kamar mandi.

Dominique mandi koboi dan segera bebenah, dia tahu dirinya akan terlambat bekerja. 'Huh ini gara-gara aku begadang menunggu balasan chat dari Justin'

'Eh iya kemana ya? Kok dia belum juga balas chat dariku? Apa dia juga bangun telat kayak aku?'

Related chapters

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kunjungan Dadakan

    Dominique setengah berlari mencari opang (ojek pangkalan) di depan rumah sewaan nya karena tidak akan sempat naik ojol (ojek online) apalagi angkot yang ngetemnya lama banget. Hari ini Dominique tidak mau kalau harus menunggu.Lima belas menit perjalanan dengan kecepatan Valentino Rossi, Dominique sudah sampai di tempat kerjanya. Saat melewati parkiran ruko Dominique melirik empat mobil sedan hitam sudah memenuhi setengah lebih dari pelataran parkir dan beberapa orang berjas hitam juga bertubuh besar berjaga berjajar dengan security toko di pintu masuk customer.'Huhh aku benaran terlambat' batin Dominique jetag jedur. "Ayook Bu Ocha, cepetaaann!!!" Dominique yang tahu dirinya sudah benar-benar terlambat. 'Mati aku. Mati gimana nih bu Ririn pasti ngamuk'Dominique terkejut saat akan memasuki area toko matanya langsung di suguhi kembali dengan pria berjas hitam dan berbadan besar, namun dia tidak menghiraukan segera berlari ke arah tangga menuju loker untuk mengganti bajunya.Dominiq

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Diselamatkan Oleh Ice Chocolate

    "Aw sakit! " Haiden melepaskan pelan cengkramannya. Dominique membalikkan tubuhnya akan membuka pintu, "mau kemana kau?" tubuh Dominique langsung di himpit oleh tubuh kekar Haiden. "Aku mau keluar, tidak ada alasan aku ada disini!" Dominique berusaha mendorong tubuh Haiden dengan punggungnya. "Kau lupa apa perintah atasanmu!" Dominique berbalik mata langsung bertatapan kedua tangan Haiden masih mengkangkang tubuh Dominique.'Ya ampun dekat banget, dasar pria gila' Dominique memalingkan wajahnya. 'Hah, aku hampir gila. Tahan Haiden dia pasti akan segera jadi milikmu, tidak, tidak dari dulu dia kan memang sudah menjadi milikku' Dominique terdiam, pasrah, dia pun tidak ingin menimbulkan suara atau kecurigaan dari orang-orang yang berada diluar terlebih lagi ruangan manager bersebelahan dengan ruang produksi pastry.Haiden terus menatap intens Dominique, dia kegerahan sendiri melihat tingkah lelaki di hadapannya itu,"Ya, ya, ya sudah. Service makan ya service makan," suara tidak rela Do

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Senjata Imut

    Dominique membekap mulut dengan kedua tangannya.Dominique berjalan pelan menghampiri Justin tangan dan tubuhnya bergetar hebat tak terasa airmatanya jatuh berderai."Kenapa bisa sampai seperti ini, Pak" dengan isak pelan yang terdengar Dominique bertanya."Kami hanya tahu ada sebuah truk yang menabraknya. Setelah diperiksa polisi pengemudi truk positive mabuk, dia akan bertanggung jawab menanggung semua biaya jadi dia dibebaskan dari jeratan hukuman," jelas pak Dave yang mengetahui sedikit kronologi kecelakaan yang menimpa Justin.Dominique tak sanggup berkata-kata dadanya terasa sesak bagaimana pun Dominique berharap dan menantikan sesuatu yang berakhir bahagia dengan Justin. Dominique berencana menerima cinta Justin kalau dia mengutarakannya. Dominique mungkin saja akan bersedia menikah dengan Justin apabila Justin memintanya untuk menjadi istrinya."Maaf jam besuk habis," seorang perawat memberitahu. Mereka pun segera keluar ruangan.Pak Dave mengantarkan Dominique jam menunjukkan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kalah Bersaing Dengan Vespa Butut

    Dominique mendekati malas Haiden menarik handuk yang menutupi bagian gundukan milik Dominique. Haiden membiarkan matanya menikmanti setiap jengkal tubuh Dominique yang dihadapannya menikmanti tampilan lingerie saat di kenakan Dominique. Haiden menelan salivanya berkali-kali.'Semakin melihatnya, semakin aku tak sabar untuk memakannya. Dia yang sekarang jauh lebih mempesona apalagi bagian dadanya yang tumbuh dengan sempurna untuk tubuhnya yang mungil. Baru melihatnya saja sudah membuatku candu apalagi benar-benar menikmatinya.''Ah Haiden kau harus segera mengikatnya agar dia tidak bisa lari atau kabur meninggalkanmu''Tatapan apa itu dasar otak gila. Habislah aku kali ini. Aku harus bisa merayu dan membujuknya.' Haiden menarik tangan Dominique membiarkan Dominique duduk dipangkuannya. Sesaat Haiden memabukkan dirinya dalam tubuh Dominique menciumi aroma tubuh dan rambut Dominique, tubuh yang selama sepuluh tahun Haiden rindukan."I-iden geli!" Dominique bergidik beberapa kali, tap

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Ternyata Bukan Cinta Monyet

    Keesokan harinya. Saat akan berbelok ke koridor kelas Dominique bertabrakan kembali dengan Haiden kali ini Dominique menumpahkan jus strawberry di baju Haiden. "Ah, maaf, maaf" Dominique merasa bersalah mencoba membersihkan baju Haiden dengan tissue, namun Haiden yang merasa kesal mencengkram kedua tangan Dominique dengan keras dan kasar. "Kau, kali ini kau harus bertanggung jawab penuh. Aku tidak akan melepaskanmu lagi," tatap Haiden penuh dengan kemarahan.Dominique binggung sesaat lalu dia tersadar peristiwa tabrakan kemarin, "Aw sakit. Maaf ka-kamu, yang kemarin kan?" Dominique kembali merasa bersalah. 'Owh jadi kalau aku bersikap kasar padamu kau baru mengingatku. Baiklah sesuai permintaanmu' batin Haiden.Haiden menghempaskan cengkaram kuat tangannya pada Domi berjalan meninggalkan Domi di ikuti oleh John.Domi terus memegani tangannya yang sakit. Dan saat masuk kelas matanya langsung tertuju pada Haiden yang tentu saja sedang menatapnya dengan tajam buluk kuduk Domi berdiri

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Pacarku Tersayang

    Setelah kejadian hari itu sikap Haiden semakin menjadi. Bak seorang sultan Dominique harus bersedia melayani dan menuruti semua kemaunnya. Dominique selalu di antar dan jemput oleh Haiden. Sampai di sekolah membawakan tas Haiden, melayani makan nya terkadang minta di suapi dan mengerjakan tugas-tugas Haiden. Bahkan karena begitu banyak ulah dan tugas-tugas Haiden yang tidak jelas sering membuat Dominique kecapean dan ketiduran. Dominique tidak tahu saat dia tertidur, Haiden selalu menjaga, melindungi, bahkan bersuara pun Haiden larang.Kejadian berlangsung sampai tiga bulan. Orangtua Haiden mengetahui perilaku anaknya dan menentang hubungan mereka. Mereka masih beranggapan Haiden menyukai Dominique pasti hanya sesaat dan tidak serius.Saat orangtua Haiden menerima kenyataan bahwa Haiden serius dengan hubungannya, mereka langsung menentang mengambil langkah mengirim Haiden ke Inggris. Mereka tidak ingin anak yang mereka banggakan dan sekaligus calon pemilik puluhan perusahan berhubung

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Aku Bahkan Tak Bisa Menahan Diriku

    Dominique berjalan malas keluar kamar melirik Haiden yang sudah duduk di meja makan, namun tangannya sibuk memeriksa laporan yang diberikan John. Dia membawa baju ganti ke dalam kamar mandi. Tidak lama Dominique keluar dengan baju model sabrina dan celana jeans boyfriend yang robek-robek.Dominique kembali ke kamarnya untuk merapikan diri. Dia keluar kamar tangannya sibuk dengan ponsel dan masih mengenakan sendal jepit. Dia tersenyum dan asik sendiri. Haiden meliriknya memperhatikan tingkah Dominique yang cuek mengambil makanan dimeja dan mulai sarapan dengan ponselnya."Ekhem," Haiden berdeham.Dominique meliriknya, "apa?" sahut Dominique sewot."Sedang apa kau?" Haiden yang penasaran sekaligus terganggu oleh Dominique, dia menjadi tidak focus pada pekerjaannya."Makan oh aku lupa!" Dominique meletakkan sendoknya. "Kau mau aku ambilkan?" tawar Dominique tersenyum semanis mungkin sedangkan tangan satunya masih memegang ponsel."John!" Haiden memberi perintah.John menggerakkan tubuh

    Last Updated : 2024-10-29
  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Balas Dendam Haiden

    Setelah perut kenyang Dominique berjalan berkeliling villa. Saat sedang asyik menikmati suasana, John menghampiri."Nona Dominique, tuan Haiden sedang menunggu anda." Dominique berbalik menatap John sesaat."Apa perlu kau bersikap kaku seperti itu padaku, bukan-kah kita juga teman. Aku tidak suka dengan caramu memanggilku," protes Dominique."Maaf Nona, Tuan akan marah jika menunggu terlalu lama." John yang mengacuhkan ucapan Dominique."Ish, kau!" Dominique kesal menghentakkan kakinya berjalan mengekori John.'Apa lagi ini.' Mata Dominique disuguhkan dengan keberadaan motor Trill balap, suara knalpot bising terdengar keras terus dimainkan oleh Haiden. Dominique segera berjalan mendekati mengambil helm dari tangan John.'Kegilaan apa lagi yang akan dia lakukan. Sabar Dominique buat dia puas hari ini memohonlah lalu kau bisa pulang.' Baru saja pantat Dominique menempel pada jok motor langsung menyala dan melaju sangat kencang. Dominique yang terkejut langsung memeluk tubuh Haiden denga

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Sebuah Pengampun

    Will menyadari kedatangan istri dan rivalnya. Dia hanya duduk menunggu di samping ruang operasi. Dominique menghampirinya. "Kau berbohong lagi!" cetusnya. Dia masih mode on merajuk. Will menarik tangan istrinya agar duduk disebelah dirinya. Tangan satunya melingkar di pinggang istrinya dan merengkuhnya ke dalam pelukan.Haiden duduk di sebelah istrinya. Hanya bisa menatap setiap perlakuan manis yang diberikan rivalnya. Dia kini sudah tidak pernah cemburu seperti dulu. Mereka berdua, sesama rival sudah sangat mengetahui kondisi masing-masing. Sesekali bertengkar. Namun, bukan pertengkaran yang besar selain berebut lebih dulu siapa yang mendapatkan jatah dari istrinya, selain itu. Mereka tidak pernah bertengkar. Sudah saling mengisi dan memahami. "Maafkan aku, sayang. Kau boleh menghukumku nanti. Aku akan menerima semua hukumannya!" dia mengecup kening istrinya. Mencoba menenangkan kemarahannya. "Iya, aku pastikan akan menghukummu secara berat. Kali ini aku tidak akan melepaskan beg

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Perang Di Siang Hari

    “Jangan sentuh? Kau yakin dengan ucapanmu itu?” goda Willy.“Iya, memangnya aku takut. Aku kan memiliki satu suami lagi, kau pikir, hah!” Dominique tak mau kalah melawan godaan suaminya.“Tidak ada apa-apa sayang, aku memang menginginkannya. Sudah lama sejak kau melahirkan dan mengurus anak-anak kita. Aku kangen!” Willy tetap menutupi hatinya. Mengusap kembali rambut istrinya sambil memandangi wajahnya dengan lembut."Sudah kalau tidak mau bicara, aku akan keluar!" ucap Dominique. Baru saja dia menarik selimutnya akan turun dari ranjang. Entah mereka memang tak mendengarnya atau terlalu fokus saat berbicara. Haiden sudah berdiri dihadapannya sambil melihat kedua tangannya. "Oh, jadi begini cara kalian? Melakukan hal yang enak tanpa mengajakku!" dengusnya kesal. Dominique menarik wajahnya sambil menghela nafas panjang. "Aku sudah selesai, jika kau memang menginginkan bilang saja sendiri!" Willy berjalan turun melenggang tanpa sehelai benang pun masuk ke kamar mandi. "Ah, tidak. Sud

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Bertemu Martha

    Martha masih belum sanggup menatap wajah Will, dia hanya terus tertunduk ketika suaminya berkata seolah ada satu pedang yang langung menancap di dadanya. Will dengan perasaan yang tak bisa dia gambarkan hanya bisa menghela nafasnya. Bingung.“Kau tidak sedang bergurau denganku kan, Pah?” Will masih setengah tak percaya. Tubuhnya bahkan terasa bergetar, masih belum mempercayai semua ucapan ayahnya“Kau bisa bertanya langsung dengannya, apa aku sekarang sedang berbohong padamu atau tidak?” tanpa banyak berkata apapun Baron membalikkan tubuhnya. Jantung Martha benar-benar akan copot di tatap putranya. Meminta penjelasan tentang kehadirannya.“Huh, baiklah, ayo kita masuk, Nyonya. Sepertinya akan banyak hal yang akan kita bicarakan!” kali ini Martha terkejut saat mendengar ucapannya. Datar dan dingin. Berbeda saat pertama kali mereka tak sengaja bertemu.Langkah kakinya mengekori Will masuk ke ruang bacanya. Dia sudah duduk di sofa sambil terus memperhatikan wanita yang bernama Martha

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Penjara Cinta

    “Bersiaplah hari ini kita akan menemuinya!” Baron berkata dengan sangat tegas. Menatap wanita yang duduk dihadapannya. Dia sedang menikmati sarapan paginya.Wanita yang beberapa hari ini telah resmi menjadi istrinya kembali. Dia yang dipaksa olehnya. Martha mau tidak mau menuruti semua kemauan Baron, daripada ada nyawa yang tidak bersalah berkorban untuk dirinya.Martha masih menatap wajah Baron. Bingung dengan ucapannya. Bertanya dalam hati apa yang akan ditemuinya nanti. “Aku hanya memintamu, menemaniku dan menemuinya. Apakah ada masalah? Mengapa kau menatapku seperti itu?” kembali Baron berbicara dengan suara sakrasnya. Membuat Martha tetap diam. Dia tak perduli dengan ucapannya. Dia tahu saat dia mencoba menjawab setiap perkataannya akan timbul hal yang tidak diinginkan.“Baiklah, aku akan bersiap-siap!” ucapnya setengah terpaksa.“Apa kau sebegitu tak sukanya pergi bersamaku?” Baron menaikkan rahangnya dengan kasar menatap Martha yang baru beberapa hari ini resmi menjadi istr

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Ramon Merayu Sophie

    "Jangan mendekat!" Sophie terus bergeser dari ranjangnya, saat Ramon mencoba mendekatinya. Sedangkan, John sibuk dengan dunianya sendiri. Dia seperti mendapatkan mainan baru. Saat pulang kerja dan setelah makan juga mandi hal yang dilakukan pertama kali adalah mengendong anaknya. Dia menjadi bapak siaga saat berada di rumah. "Inikan sudah empat puluh hari lebih, sayang. Masa aku nggak boleh dekat-dekat kamu sih!" Ramon merajuk. Namun, tak menghentikan aktifitasnya saat berusaha menggulingkan pertahanan istrinya. "Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya. Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya."Cih, kau bersungguh-sungguh? Sebaiknya, kau mencontohnya! Lihat tuh dia sangat akrab dengan, Josh!" cibirnya. Terus menghempaskan tangan Ramon yang berusaha menjamahnya.John hanya meliriknya tanpa mengindahkan semua ucapan yang kelur dari mulut Ramon. Dia bahkan tak perduli dengan cibiran atau umpatan yan

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kepergian Terry

    "Sungguh, aku tidak apa-apa. Jangan bawa aku kesana!" Martha memohon dengan penuh penekanan. Dia tak ingin seorang pun tahu tentang penyakit yang sedang dideritanya. Baron tak mengindahkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Dia tahu wanita itu sedang membohonginya. Dia melemparkan tubuh yang tidak muda lagi itu dengan kasar ke kursi penumpang. Setelah penyeretan yang dramatis. Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatap mereka. Seperti seorang istri yang sedang kepergok suaminya berselingkuh. "Jangan membantah lagi, jika kau terus terusan menolakku, jangan salahkan jika senjata ini akan langsung bersarang ke perutmu!" ancamnya. Kini Baron sedang tidak bermain-main. Dia menodongkan senjata tepat disamping perutnya. Martha sudah kehilangan akal menghadapi lelaki yang sudah berumur itu. Yang memiliki sikap dan temperamen seperti anak remaja. Merajuk kalau keinginannya tak dituruti. Dia tak bersuara. Pasrah. Hingga Baron memasukkan senjatanya kembali ke jasnya. Dia bertanya

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Kau Tidak Berhak

    Baron masih saja mondar mandir di kamarnya. Menunggu wanita itu benar-benar bisa menenangkan hati, agar mereka bisa kembali pembicaraannya. Sebenarnya bukan berbicara, tapi Baron masih ingin meneruskan rasa penasarannya. Martha menghela nafasnya. Isak tangis terakhirnya sebelum dia benar-benar berhenti.“Apa kita sudah bisa berbicara sekarang?” dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Daripada dia menemani wanita yang sedang menangis. Dia lebih baik memukuli seluruh pengawalnya hingga babak belur.‘Huh, apa kata dunia, jika ada orang yang tahu aku mendengarkan seorang wanita menangis!’Baron meraup wajahnya dengan kasar. Sungguh dia pun tak menyangka bisa menemani wanita itu merajuk. Menangis terseduk selama satu jam.Martha menganggukkan kepalanya. Memberikan tanda, dia siap menerima introgasi dari laki-laki dihadapannya itu.“Jadi, penjelasan apa yang ingin kau berikan padaku?” Baron masih menatapnya tajam.‘Huh, dari dulu dia memang tak pernah mau mengalah. Padahal dia yang salah.

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Keluar Rumah Sakit

    ‘Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa menjadi seperti ini? Apa sungguh aku telah salah mengira dirinya?’Pikiran Baron bergemuruh. Hatinya tiba-tiba saja menjadi tak menentu. Dia bahkan tak tega melihat wanita itu berbaring lemah tak berdaya. Bagaimanapun, dia pernah menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam hidupnya.Dia berjalan perlahan menghampiri ranjangnya. Duduk tanpa bersuara, menatap wanita itu yang terlihat tidur dengan nyaman oleh obat yang habis dia minum. Rasa lelah yang dia rasakan seakan menghilang. Padahal tadi dia berencana akan pulang ke hotelnya untuk beristirahat.‘Ah, hotel!’ Baron keluar dari kamar wanita itu. Mencari keberadaan Markus yang tengah memberikan perintah kepada anak buahnya untuk membersihkan kekacauan yang baru saja mereka buat.“Carikan selimut yang tebal untukku dan segera bawakan untukku!” setengah tak percaya Markus mendengar permintaan Tuannya. Dia sedikit menaikan kedua alisnya saat mendengar tuannya berkata seperti itu.“Cepat!

  • Penjara Cinta Tuan Billionare    Pertemuan Tak Terduga

    Baron memicingkan matanya di kursi penumpang. Matanya ke luar jendela mobilnya. Menatap mantap orang yang dia kenali. 'Aku yakin dia.' Baron tak melepaskan tatapannya sedikitpun. Dia melihat orang itu tengah memegangi dadanya saat berjalan. Sesekali kakinya berhenti dan tangannya menempel pada tembok jalanan. Beberapa detik kemudian dia melihat orang itu ditabrak seseorang hingga membuatnya tersungkur di jalanan. 'Cih, apa dia benar-benar orang itu? Aku rasa mataku salah lihat lagi.' hatinya berkata demikian. Namun, dia menyuruh Markus menghentikan mobilnya. Rasa penasaran dan dia sangat ingin membuktikan sesuatu membuat tekadnya bulat.Menghampiri orang itu yang tengah berusaha bangkit dari orang yang sudah menabraknya tadi. "Ck, ck, ck, apa sungguh kau masih seorang Nona dari keluarga Belvina?" Orang tadi melirik kearah suara. Melihat Baron sudah tepat dihadapannya menaikan rahangnya dengan kasar.Orang tadi berusaha menutupi getaran dalam tubuhnya. Menatap datar wajah orang yan

DMCA.com Protection Status