Kau harus berusaha keras melawan ketakutanmu untuk meraih kebahagiaan, Sienna. Dan aku bangga kau melakukannya.
* * * * *
Liam meraih microphone yang diulurkan oleh pembawa acara dalam pesta pernikahan Stanley. Setelah mengetes microphone itu, pria itu berdehem hendak mengatakan sesuatu. Dia terlihat begitu gugup. Berbeda dengan Liam yang selalu terlihat percaya diri.
“Halo, Semuanya. Kalian pasti sudah tahu siapa aku. Jadi aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi. Sebelumnya aku sangat berterimakasih pada Stanley untuk kesempatan aku bisa berdiri di sini. Malam ini adalah pesta pernikahan yang sangat indah. Aku ingin mengucapkan selamat untuk pasangan pengantin baru. Kalian sangatlah serasi.”
Orang-orang bertepuk tang
Marry nangis bikinnya. Akhirnya mereka menghadapi perbedaan mereka dan bersatu kembali. So sweet sekali.
Menyatukan perbedaan dalam sebuah hubungan tidaklah mudah. Namun ketika pasangan bisa saling menghargai, Mereka akan mampu bersatu meskipun dalam perbedaan. Dengan saling mengasihi. * * * * * Dalam beberapa minggu kehidupan Ashley pun berubah. Meskipun dia masih bekerja di perpustakaan Courtney, tapi dia juga memiliki kegiatan lainnya. Akhirnya berkat bantuan Brent, Ashley bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di North Island College mengambil jurusan seni rupa yang diinginkannya. Wanita yang saat ini mengenakan celana jeans dan kaos merah berkerah itu tengah serius mendengar penjelasan dosen yang tengah mengajar. Hingga tidak terasa kuliah pun sudah berakhir. Setelah sang dosen meninggalk
Seorang bocah laki-laki berusia lima tahun tengah bermain bersama dengan bocah perempuan yang seumuran dengannya di taman belakang rumahnya. Bocah laki-laki bernama Garth Colbert itu menghampiri kebun bunga tulip milik ibunya. Dia memetik bunga berwarna pink itu kepada bocah perempuan bernama Marisa Emerson. “Marisa bunga ini untukmu.” Ucap Garth dengan senyuman mengembang. Marisa terpesona dengan warna merah muda bunga itu. Putri Stanley itu sangat menyukai hal-hal yang berwarna pink. Sehingga dia tidak ragu mengambil bunga itu dari tangan Garth. “Terimakasih, Garth.” Marisa pun memeluk Garth seperti yang dilakukan ayahnya padanya ketika Stanley mengucapkan terimakasih. “Oh, bukankah mereka sangat men
“The purpose of art is washing the dust of daily life off our souls.”~ Pablo Picasso ~* * * * *Pesta pembukaan Vancouver Fine Art Gallery tampak sangat elegan. Orang-orang yang menghadiri pesta pembukaan itu dikelilingi seni dengan nilai tinggi. Banyak orang mengagumi seni tersebut sembari menyesap sampanye di tangan mereka. Tidak hanya lukisan yang dipamerkan, tapi juga ada berbagai bentuk seni patung.Sayangnya seorang wanita yang mengenakan gaun lace merah tampak tidak menikmati pesta itu. Matanya menunjukkan rasa bosan yang sudah dirasakan satu jam yang lalu. Sienna Ava Milligan, wanita cantik dengan rambut coklat muda yang digelung di belakang kepalanya. Memperlihatkan leher jenjang yang diselimuti kulit putih pucat.Mata hijau Sienna tertuju pada seorang pria yang mengenakan tuxedo hitam bermotif daun yang disulam dengan benang emas. Terlihat nyentrik tapi sangat cocok menggambarkan pribadi Neil Elliot yang penuh dengan semanga
“Berhentilah mengatakan jika kau beban dalam hidupku, Ahsley. Kau adalah adikku. Satu-satunya keluarga yang kumiliki. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban. Aku menganggapmu sebagai penyemangatku. Karena kau sangat berharga untukku, Ashley.”~ Sienna Milligan ~* * * * *Sienna berdiri di ruang ganti dengan mengenakan gaun pengantin tea-length berwarna putih. Gaun berbahan sutra yang dipadukan dengan brokat putih di bagian atasnya tampak begitu cantik. Lengan gaun sepanjang sikunya menutupi sebagian kulitnya yang pucat. Sienna memandangi pantulan dirinya di cermin.Kebanyakan wanita mengidam-idamkan gaun pengantin dengan ekor yang panjang. Terlihat begitu mewah dan menawan. Tapi tidak bagi Sienna. Wanita itu memilih gaun sederhana yang tetap membuatnya terlihat sangat cantik.Setelah seorang pegawai butik itu membantu Sienna mengenakannya, wanita itu membuka tirai kamar ganti. Sienna berbalik untuk memperlihatkan gau
Hal tak terduga bisa saja terjadi.Bahkan di saat kita lengah sekalipun.* * * * *Sienna berdiri di depan cermin yang nyaris setinggi tubuhnya. Terlihat pantulan dirinya yang mengenakan gaun pengantin. Di tangannya sudah ada posy bouquet yang berisi bunga mawar putih dan bunga peony berwarna orange lembut. Perpaduan bunga yang sangat cantik. Sienna menyiapkan sendiri buket bunganya.Rambut wanita itu sudah digelung di belakang kepalanya. Dia juga mengenakan sudah mengenakan veil yang menutupi wajahnya. Wajah wanita itu juga sudah diberi riasan yang membuat penampilan Sienna semakin sempurna.Dia meraih ponsel dan menghidupkannya untuk melihat jam. Tinggal beberapa menit sebelum akhirnya dia akan keluar da
“Uang memang penting. Tapi uang bukanlah segalanya. Uang tidak bisa membeli kepercayaan yang tulus.”~ Sienna Milligan ~* * * * *“Mengapa kau menculikku, Liam?” tanya Sienna dengan tatapan yang tak lepas dari pria itu.Meskipun Liam tidak mengenakan tuxedo, tapi pria itu tetap menawan mengenakan setelan abu-abu dengan kemeja hitam. Sienna menahan dirinya sendiri untuk tidak jatuh dalam pesona Liam. Saat ini dia tahu Liam menculiknya. Artinya Liam bukanlah pria yang baik.Pria itu menghampiri Sienna yang masih berdiri mematung. Di tangannya memegang tas hitam yang kemudian diletakkan di atas meja. Liam membuka tas itu sehingga menampilkan uang dalam jumlah yang banyak. Kemudian pria itu menatap Sienna. Wanita itu melihat uang itu sekilas dan kembali menatap Liam.“Uang ini akan menjadi milikmu jika kau mau meninggalkan Neil dan membatalkan pernikahan kalian.” Ucap Liam penuh dengan keangkuha
Ketika ketakutan itu datang, dia akan merampas keberanian.Menggentarkan hati,menciptakan kegelapan.Tidak mudah menghadapi, tidak mudah melawan.Bahkan terkadang waktu tak bisa berbuat apapun.* * * * *“Miss Milligan, kau baik-baik saja?” tanya Liam hendak mendekati Sienna yang duduk di atas ranjang dengan kedua tangan memeluk kedua lututnya.“JANGAN SENTUH AKU!” Teriak Sienna dengan histeris.
Hiduplah walau tanpa semerbakBerkumpulan menjadi satuMenjadi setangkai yang anggunBerdirilah dengan ikhlasDi antara padang rerumputanTemuilah sang anginDan bercengkrama bersamanya* * * * *Keesokan harinya, Sienna berdiri di jendela kamarn