“The purpose of art is washing the dust of daily life off our souls.”
~ Pablo Picasso ~
* * * * *
Pesta pembukaan Vancouver Fine Art Gallery tampak sangat elegan. Orang-orang yang menghadiri pesta pembukaan itu dikelilingi seni dengan nilai tinggi. Banyak orang mengagumi seni tersebut sembari menyesap sampanye di tangan mereka. Tidak hanya lukisan yang dipamerkan, tapi juga ada berbagai bentuk seni patung.
Sayangnya seorang wanita yang mengenakan gaun lace merah tampak tidak menikmati pesta itu. Matanya menunjukkan rasa bosan yang sudah dirasakan satu jam yang lalu. Sienna Ava Milligan, wanita cantik dengan rambut coklat muda yang digelung di belakang kepalanya. Memperlihatkan leher jenjang yang diselimuti kulit putih pucat.
Mata hijau Sienna tertuju pada seorang pria yang mengenakan tuxedo hitam bermotif daun yang disulam dengan benang emas. Terlihat nyentrik tapi sangat cocok menggambarkan pribadi Neil Elliot yang penuh dengan semangat.
Merasa diperhatikan, Neil yang sedang berbicara dengan dosen sekaligus pemilik galeri seni ini, langsung menoleh. Bibirnya menyunggingkan senyuman membuat pria dengan rambut coklat gelap itu semakin tampan. Sienna membalas senyuman Neil dan melihat pria itu berjalan menghampirinya. Di tangan pria itu mengambil dua gelas sampanye dari atas nampan pelayan yang terus berjalan untuk melayani para tamu.
“Apa kau merasa bosan?” tanya Neil menyerahkan satu gelas untuk Sienna.
Wanita itu menyesap cairan kuning bening itu kemudian menjawab, “Sedikit.”
“Maafkan aku, Sienna. Bertahanlah sebentar lagi. Lalu aku akan membawamu pulang.” Sesal Neil yang tahu Sienna sama sekali tidak tahu apapun tentang seni.
“Tidak perlu mencemaskanku, Neil. Aku tahu acara ini penting untukmu. Aku akan mencari cara untuk bertahan. Jadi kamu nikmati saja pestanya.”
Neil tersenyum kemudian mendekat untuk mencium pipi Sienna. “Terimakasih untuk pengertianmu, Sienna. Aku harus berbicara dengan dosenku. Aku akan kembali lagi nanti.”
Sienna menganggukkan kepalanya dan melihat Neil berjalan menghampiri salah satu dosen Universitas seni dan desain Emily Car tempat Neil menempuh pendidikan di jurusan seni rupa. Sienna kembali menghela nafas panjang. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan dan berusaha memahami lukisan-lukisan yang digantung di dinding.
Lukisan pepohonan dengan daun berwarna orange menunjukkan jika lukisan itu memperlihatkan musim gugur yang begitu cantik. Tapi yang membuat Sienna kagum dengan lukisan karya Thomas Cetnarowski itu adalah detail bayangan pohon yang terpantul di permukaan air sungai. Seakan permukaan air sungai itu seperti cermin yang menampilkan objek yang dipantulkan dengan sangat jelas.
Setidaknya Sienna harus memuji dirinya sendiri karena mampu mengagumi salah satu lukisan di galeri itu. Dia optimis bisa menemukan cara untuk melepaskan kebosanan. Sienna memutuskan untuk melangkah dan mencari karya seni lainnya yang bisa dia kagumi.
Namun langkah Sienna terhenti ketika tatapannya terperangkap sepasang mata berwarna hazel yang sangat menawan. Iris pria itu tertuju lurus padanya. Membuat tatapan keduanya saling bertautan. Seketika Sienna merasakan getaran gairah membakar tubuhnya. Bahkan hanya dengan tatapannya, pria itu seakan mampu membuat tubuh Sienna bergetar. Wanita itu tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Belum pernah ada pria yang mampu memberikan efek seperti yang dilakukan pria itu.
* * * * *
Pria dengan tuxedo hitam dari bahan terbaik itu berjalan masuk ke dalam gedung Vancouver Fine Art Gallery. Sepatu hitam yang dikenakan pria itu berhenti melangkah. Tatapannya menyapu seluruh ruangan galeri seni itu. Iris coklat kehijauan milik Liam Colbert langsung terpaku pada wanita dengan gaun merah marun. Gaun itu tidak terbuka. Bahkan gaun dengan bahan lace itu menutupi sebagian lengan wanita itu. Namun Liam bisa melihat lekukan indah yang samar terlihat lewat gaunnya.
Liam berjalan menghampiri Sienna yang masih terdiam di tempat. Pria itu sama sekali tidak memperdulikan orang-orang di sekelilingnya yang sedang membicarakan tentang karya seni di galeri ini. Satu-satunya yang dia pedulikan adalah wanita yang menyita seluruh perhatiannya. Langkah Liam berhenti tepat di hadapan Sienna.
“Kulihat kau tampak sangat bosan.” Ucap Liam membuka pembicaraan.
Sienna memicingkan mata menatap pria itu. “Kau baru saja masuk tapi sudah tahu aku merasa bosan?”
Liam menyunggingkan senyuman. Sialnya senyuman itu membuat wajah pria itu semakin menawan. Sienna menahan hasrat liar yang terus membakar tubuhnya.
“Matamu yang cantik yang berbicara denganku, Nona. Aku Liam Wyatt.” Liam mengulurkan tangannya.
Sienna menatap tangan Liam. Kulit putih pria itu dihiasi dengan jam tangan hitam yang melingkar di tangannya. Sienna tidak tahu menahu tentang barang-barang bermerek tinggi. Tapi melihat jam tangan itu, dia tahu itu bukanlah jam tangan murahan. Sienna membalas uluran tangan pria itu.
“Sienna Milligan.” Wanita itu bisa merasakan sengatan panas ketika tangan mereka saling bertautan.
“Sienna? Nama yang cantik.”
Sienna melepaskan genggaman tangan Liam demi menghindari keinginan liarnya. “Apa kau selalu mengatakan hal yang sama kepada semua wanita?”
“Jadi kau berpikir aku Don Juan yang gemar menaklukkan wanita?” Liam tertawa mendengar pemikiran Sienna.
Wanita itu mengangkat bahunya. “Mungkin saja. Aku sama sekali tidak mengenalmu, Mr. Wyatt.”
“Mungkin kau harus mengenalku selama beberapa menit ke depan. Itu jika kau menginginkannya?”
Sienna menyunggingkan senyuman. “Kupikir itu jauh lebih baik daripada harus sendirian menikmati lukisan-lukisan di sini.”
“Sebuah kehormatan bisa menemani wanita cantik malam ini.” Liam mengulurkan lengannya.
Sienna menatap lengan Liam yang terbungkus tuxedo. Kemudian menatap pria itu untuk meyakinkan. Akhirnya Sienna meraih lengan pria itu lalu berjalan bersamanya.
“Apa kau tahu tentang seni?” tanya Sienna.
Liam menggelengkan kepalanya. “Nol besar. Tapi jika kau tanya bisnis, aku tahu banyak hal. Bagaimana denganmu?”
“Aku juga tidak. Aku jauh lebih menyukai bunga?”
“Bunga?” Liam memicingkan matanya.
Sienna menganggukkan kepalanya. “Benar. Aku memiliki toko bunga di Vancouver.”
“Benarkah? Apa nama toko bunganya? Mungkin aku membutuhkan jasa toko bungamu.”
“Fiorenza.” Sienna jauh lebih bersemangat membicarakan tentang toko bunganya.
“Fiorenza? Bukankah nama itu terdengar Italia?”
“Lagi-lagi kau menebaknya dengan tepat.”
“Nama itu terdengar sangat cantik. Sama seperti halnya bunga.”
“Aku setuju. Karena itulah aku memilih nama itu.”
Langkah mereka terhenti di depan lukisan karya Holly Bromley. Lukisan bawah laut dengan permukaan air biru bening menampilkan pemandangan coral yang sangat cantik.
“Lukisan ini indah sekali.” Puji Liam melihat lukisan itu.
“Memang sangat indah. Sekan kita dibawa ke bawah laut untuk menikmati cantiknya coral.”
“Aku memang tidak tahu soal seni. Tapi lukisan ini memang terasa nyata.”
“Karena pelukisnya tidak hanya melukis di kanvas saja. Dia menambahkan batu, kerang dan benda lainnya agar membuat lukisan ini semakin hidup. Aku tidak tahu ada lukisan seperti ini.”
“Aku juga sama.”
Sienna dan Liam kembali berjalan ke lukisan lainnya. Mereka mengomentari setiap lukisan melalui mata orang awam. Hingga tidak terasa pesta pembukaan itu hampir selesai. Liam melihat jam tangannya.
“Sayang sekali waktu cepat berlalu.” Liam mendesah nafas berat.
“Waktu memang cepat berlalu jika kita sangat menikmatinya.”
“Aku memang sangat menikmati waktuku bersamamu, Sienna. Sayang sekali aku harus pergi.”
“Begitu juga denganku.”
Ibu jari Liam mengelus punggung tangan Sienna. “Kita pasti akan bertemu lagi.”
“Aku tidak yakin.”
Liam mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Sienna. “Percayalah, Sienna. Kita pasti akan bertemu lagi. Sampai jumpa.”
Sienna melihat Liam berjalan menjauh. Tatapannya tidak lepas sampai Liam menghilang dari balik pintu. Wanita itu merasa sangat kehilangan ketika Liam pergi. Tapi wanita itu segera menyingkirkan perasaan itu sebelum Neil kembali lagi padanya.
* * * * *
Mobil pick up klasik berwarna merah berhenti di depan rumah kecil dengan dinding coklat muda. Halaman kecilnya dihiasi bunga-bunga yang sangat cantik. Tidak heran jika Sienna sangat menyukai bunga.
Sienna melepaskan sabuk pengaman dan menoleh ke arah Neil yang mematikan mesin mobil. “Apa kau mau masuk dulu untuk minum teh?”
“Sepertinya ide yang bagus. Aku juga perlu bicara denganmu, Sienna.”
Akhirnya mereka berdua turun dari mobil dan berjalan menuju rumah Sienna. Mereka menaiki tangga sebelum menginjakkan kaki di teras rumah. Sienna mengambil kunci di dalam tasnya lalu membuka pintu. Setelah terbuka, dia mempersilahkan Neil untuk masuk.
Rumah itu tidak besar, tapi sangat rapi. Tentu saja ada beberapa titik di mana Sienna menghiasinya dengan vas bunga. Ini bukan pertama kalinya bagi Neil untuk masuk. Sehingga pria itu langsung duduk di sofa Sienna dan menarik wanita itu untuk duduk di sampingnya.
“Jadi kau ingin bicara dulu?” tanya Sienna karena Neil tidak memberi kesempatan baginya untuk membuatkan teh.
“Kupikir akan lebih baik cepat memberitahumu.” Ucap Neil penuh semangat.
“Baiklah. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?”
Neil tidak langsung menjawab. Pria itu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam sakunya. Dia membukanya membuat Sienna terpaku di tempat. Cincin emas kecil itu terlihat sederhana dengan satu berlian mungil menghiasinya. Namun bagi Sienna cincin itu sangatlah cantik.
“Cincin ini sangat cantik, Neil.” Puji Sienna.
“Aku tahu kau akan menyukainya. Aku sudah mempersiapkan segalanya. Jika tidak ada halangan, seminggu lagi kita bisa menikah di gereja.” Jelas Neil.
“Kau hebat bisa mempersiapkan segalanya, Neil. Aku akan mempersiapkan bunga-bunganya. Lalu aku juga akan bersiap agar bisa libur selama seminggu setelah pernikahan kita.” Sienna terdengar bersemangat.
Neil menatap wanita di hadapannya. “Kau yakin mau melakukannya, Sienna? Kau tidak mau memikirkannya lagi?”
Sienna menggelengkan kepalanya. “Tidak, Neil. Aku tidak perlu memikirkannya lagi. Aku sangat yakin.”
Pria itu menyunggingkan senyuman. Lalu dia memasukkan kotak cincin itu kembali ke sakunya. “Kalau begitu aku lebih baik pulang sekarang. Aku hanya ingin menunjukkan cincin itu padamu. Aku takut kau tidak menyukainya.”
“Kau pasti bercanda. Mana mungkin aku tidak menyukainya.”
“Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa besok, Sienna.” Neil mencium pipi Sienna sebelum akhirnya pergi keluar dari rumah.
Senyuman Sienna lenyap ketika Neil sudah keluar dari rumahnya. Dia mengingat lagi pertemuannya dengan Liam.
Apakah aku akan bertemu dengan Liam kembali? Tanya Sienna dalam hatinya.
* * * * *
“Berhentilah mengatakan jika kau beban dalam hidupku, Ahsley. Kau adalah adikku. Satu-satunya keluarga yang kumiliki. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban. Aku menganggapmu sebagai penyemangatku. Karena kau sangat berharga untukku, Ashley.”~ Sienna Milligan ~* * * * *Sienna berdiri di ruang ganti dengan mengenakan gaun pengantin tea-length berwarna putih. Gaun berbahan sutra yang dipadukan dengan brokat putih di bagian atasnya tampak begitu cantik. Lengan gaun sepanjang sikunya menutupi sebagian kulitnya yang pucat. Sienna memandangi pantulan dirinya di cermin.Kebanyakan wanita mengidam-idamkan gaun pengantin dengan ekor yang panjang. Terlihat begitu mewah dan menawan. Tapi tidak bagi Sienna. Wanita itu memilih gaun sederhana yang tetap membuatnya terlihat sangat cantik.Setelah seorang pegawai butik itu membantu Sienna mengenakannya, wanita itu membuka tirai kamar ganti. Sienna berbalik untuk memperlihatkan gau
Hal tak terduga bisa saja terjadi.Bahkan di saat kita lengah sekalipun.* * * * *Sienna berdiri di depan cermin yang nyaris setinggi tubuhnya. Terlihat pantulan dirinya yang mengenakan gaun pengantin. Di tangannya sudah ada posy bouquet yang berisi bunga mawar putih dan bunga peony berwarna orange lembut. Perpaduan bunga yang sangat cantik. Sienna menyiapkan sendiri buket bunganya.Rambut wanita itu sudah digelung di belakang kepalanya. Dia juga mengenakan sudah mengenakan veil yang menutupi wajahnya. Wajah wanita itu juga sudah diberi riasan yang membuat penampilan Sienna semakin sempurna.Dia meraih ponsel dan menghidupkannya untuk melihat jam. Tinggal beberapa menit sebelum akhirnya dia akan keluar da
“Uang memang penting. Tapi uang bukanlah segalanya. Uang tidak bisa membeli kepercayaan yang tulus.”~ Sienna Milligan ~* * * * *“Mengapa kau menculikku, Liam?” tanya Sienna dengan tatapan yang tak lepas dari pria itu.Meskipun Liam tidak mengenakan tuxedo, tapi pria itu tetap menawan mengenakan setelan abu-abu dengan kemeja hitam. Sienna menahan dirinya sendiri untuk tidak jatuh dalam pesona Liam. Saat ini dia tahu Liam menculiknya. Artinya Liam bukanlah pria yang baik.Pria itu menghampiri Sienna yang masih berdiri mematung. Di tangannya memegang tas hitam yang kemudian diletakkan di atas meja. Liam membuka tas itu sehingga menampilkan uang dalam jumlah yang banyak. Kemudian pria itu menatap Sienna. Wanita itu melihat uang itu sekilas dan kembali menatap Liam.“Uang ini akan menjadi milikmu jika kau mau meninggalkan Neil dan membatalkan pernikahan kalian.” Ucap Liam penuh dengan keangkuha
Ketika ketakutan itu datang, dia akan merampas keberanian.Menggentarkan hati,menciptakan kegelapan.Tidak mudah menghadapi, tidak mudah melawan.Bahkan terkadang waktu tak bisa berbuat apapun.* * * * *“Miss Milligan, kau baik-baik saja?” tanya Liam hendak mendekati Sienna yang duduk di atas ranjang dengan kedua tangan memeluk kedua lututnya.“JANGAN SENTUH AKU!” Teriak Sienna dengan histeris.
Hiduplah walau tanpa semerbakBerkumpulan menjadi satuMenjadi setangkai yang anggunBerdirilah dengan ikhlasDi antara padang rerumputanTemuilah sang anginDan bercengkrama bersamanya* * * * *Keesokan harinya, Sienna berdiri di jendela kamarn
Masa lalu membentuk masa sekarang Baik atau buruk masa lalu, Pasti akan membuat perubahan di masa sekarang. * * * * * Liam menghentikan mobilnya di depan rumahnya. Dia mematikan mesin mobilnya. Tapi pria itu masih belum berniat turun dari mobilnya. Pikirannya membuat pria itu tertahan. Liam masih memikirkan ucapan Stanley saat di kantor tadi. Ketakutan? Kupikir dia mungkin memiliki masa lalu yang buruk hingga membuatnya trauma. “Trauma? Sebenarnya trauma apa yang dialami wanita itu?” Liam bertanya-tanya dengan penasaran. Lalu pria itu mengambil sebuah map yang tergeletak d
Ketika amarah meledak, Hanya kelembutan yang mampu melunakkannya. * * * * * “Jangan samakan aku dengan masa lalumu, Mr. Colbert. Tidak semua wanita tergiur dengan uang yang kau miliki.” Ucapan Sienna menghantam keras hati Liam. Wanita itu mengetahui jika kebencian di mata Liam bukan ditujukan untuk wanita itu. Tapi untuk orang lain. Seketika bayangan masa lalu berkelebat dalam pikirannya. Amarah pun menyebar dalam hati Liam. Pria itu meletakkan kedua tangannya mengunci Sienna diantara tubuhnya dan dinding. Matanya berkilat karena amarah. “Kau tidak tahu apapun tentang masa laluku.”
Sulit menjaga rahasia orang lain. Banyak godaan yang akan membuat mulut terasa gatal. Namun rasa kesetiaan yang membuat seseorang menjaga rahasia itu * * * * * Seminggu berlalu, namun Sienna masih berpegang teguh pada pendiriannya. Dia sama sekali tidak menyentuh uang Liam di brankas atau mengatakan pada pria itu jika dia mau menerima tawaran uang dalam jumlah besar yang ditawarkan pria itu. Bahkan wanita itu sepertinya tidak tertekan tinggal di mansion Liam. Dia begitu dekat dengan para pekerja yang ada di dalam mansion Liam. Wanita itu seakan menganggap rumah itu adalah rumah untuknya. Bukan sebuah penjara seperti yang direncanakan oleh Liam.
Seorang bocah laki-laki berusia lima tahun tengah bermain bersama dengan bocah perempuan yang seumuran dengannya di taman belakang rumahnya. Bocah laki-laki bernama Garth Colbert itu menghampiri kebun bunga tulip milik ibunya. Dia memetik bunga berwarna pink itu kepada bocah perempuan bernama Marisa Emerson. “Marisa bunga ini untukmu.” Ucap Garth dengan senyuman mengembang. Marisa terpesona dengan warna merah muda bunga itu. Putri Stanley itu sangat menyukai hal-hal yang berwarna pink. Sehingga dia tidak ragu mengambil bunga itu dari tangan Garth. “Terimakasih, Garth.” Marisa pun memeluk Garth seperti yang dilakukan ayahnya padanya ketika Stanley mengucapkan terimakasih. “Oh, bukankah mereka sangat men
Menyatukan perbedaan dalam sebuah hubungan tidaklah mudah. Namun ketika pasangan bisa saling menghargai, Mereka akan mampu bersatu meskipun dalam perbedaan. Dengan saling mengasihi. * * * * * Dalam beberapa minggu kehidupan Ashley pun berubah. Meskipun dia masih bekerja di perpustakaan Courtney, tapi dia juga memiliki kegiatan lainnya. Akhirnya berkat bantuan Brent, Ashley bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di North Island College mengambil jurusan seni rupa yang diinginkannya. Wanita yang saat ini mengenakan celana jeans dan kaos merah berkerah itu tengah serius mendengar penjelasan dosen yang tengah mengajar. Hingga tidak terasa kuliah pun sudah berakhir. Setelah sang dosen meninggalk
Kau harus berusaha keras melawan ketakutanmu untuk meraih kebahagiaan, Sienna. Dan aku bangga kau melakukannya. * * * * * Liam meraih microphone yang diulurkan oleh pembawa acara dalam pesta pernikahan Stanley. Setelah mengetes microphone itu, pria itu berdehem hendak mengatakan sesuatu. Dia terlihat begitu gugup. Berbeda dengan Liam yang selalu terlihat percaya diri. “Halo, Semuanya. Kalian pasti sudah tahu siapa aku. Jadi aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi. Sebelumnya aku sangat berterimakasih pada Stanley untuk kesempatan aku bisa berdiri di sini. Malam ini adalah pesta pernikahan yang sangat indah. Aku ingin mengucapkan selamat untuk pasangan pengantin baru. Kalian sangatlah serasi.” Orang-orang bertepuk tang
Sienna, dalam hubungan sepasang kekasih itu tidak ada yang berjalan mulus seperti kulit bayi. Pasti akan ada kendala-kendala yang harus dilewati. Akan banyak terjadi kesalahan. Tapi mereka akan menyelesaikan kesalahan itu dan membuat perasaan mereka semakin bertambah kuat. * * * * * Smak yang terletak di jalan Pender menjadi tempat yang dipilih Brent untuk mengajak Ashley makan malam. Meskipun menyediakan makanan cepat saji, tapi restoran ini juga mementingkan kesehatan. Karena itu restoran ini memiliki slogan 'Healthy Fast Food'. “Apakah kau berasal dari sini?” tanya Brent setelah mereka memesan makanan. Ashley menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak berasal dari sini. Sebelumnya aku tinggal di Vancouver. Bagaimana d
“Tidak peduli kesalahan di masa lalu. Kau sudah menyesalinya. Dan itu sudah cukup. Jangan menghukum dirimu sendiri dengan mengatakan kau tidak pantas mendapatkan cinta seorang pria. Kau pantas untuk bahagia, Ashley.” ~ Sienna Milligan ~ * * * * * Saat duduk untuk sarapan keesokan harinya, Sienna merasa jauh lebih baik. Namun hanya secara fisik. Semalaman wanita itu terus menangis memikirkan Liam dan bagaimana dunianya dengan Liam yang begitu berbeda sehingga membuat wanita itu tidak bisa meraih pria itu. Ashley berjalan masuk ke dalam ruang makan. Namun langkahnya terhenti saat melihat sang kakak tampak tidak fokus dengan pekerjaan yang sedang dilakukan saat ini. Terlihat Sienna memberikan saus pedas di atas sandwichnya dengan sangat
“Dengar, Ashley. Setiap orang memiliki masa lalunya sendiri-sendiri. Baik itu buruk atau tidak, tidak akan membuatku berhenti mengagumimu. Karena wanita yang kulihat adalah masa sekarang. Wanita cantik yang sangat menarik perhatianku.” ~ Brent Irving ~ * * * * * “Aku mencintaimu, Sienna. Aku mencintaimu melebihi apapun.” Ingin sekali Sienna percaya kata-kata itu benar-benar tulus seperti halnya dia ingin percaya tatapan pria itu sangat tulus. Tapi sayangnya ketakutan kembali tersakiti menghalangi Sienna untuk percaya hal itu sangat nyata untuknya. Wanita itu menggelengkan kepalanya. “Itu bukan cinta, Liam.”
Cinta adalah perasaan tulus dari dalam hati. Memberikan kelebihan dan menerima kekurangan. Tanpa cinta dunia akan mati. Karena cinta mampu membuat seseorang menghargai orang lain. * * * * * Samar-sama Sienna mendengar suara bel pintu. Namun wanita itu berusaha mengabaikannya. Matanya terasa berat dan kepalanya terasa sangat pusing. Dia tidak ingin beranjak dari ranjang. Namun saat Sienna hendak terlelap dalam mimpinya, suara bel yang nyaring itu kembali terdengar. Wanita itu pun menajamkan pendengarannya untuk mengetahui apaka suara bel itu benar-benar nyata atau hanya imajinasinya saja. Karena ketika seseorang berada dalam kondisi setengah sadar seperti Sienna saat ini, banyak orang akan mengalami halusinasi.
Mempunyai saudara adalah anugerah, yang harus dijaga sebaik-baiknya. Karena saudaramu mengetahui segalanya tentangmu. Saudaramu tahu saat kamu sedang sedih atau senang. * * * * * Ashley sudah selesai mandi dan mengenakan celana panjang dan blouse kuning. Dia siap berangkat bekerja. Tapi sebelum berangkat, wanita itu menghampiri kakaknya yang sedang beristirahat. Saat membuka pintu kamar Sienna dengan perlahan, wanita itu bisa melihat sang kakak sudah bergelung dalam selimut. Perlahan Ashley berjalan mendekat berusaha tidak membangukan sang kakak. Namun saat melihat Sienna lebih dekat, dia terkejut melihat kakaknya menggigil dengan wajah yang pucat. Bahkan wanita itu tampak berkeringat. Ashley menyentuh kening kakaknya dan terkejut merasakan panas menyentuh telapak tangannya. Kening
Jangan pikirkan hal lainnya, Sienna. Kau harusnya fokus pada perasaanmu terhadap Liam. Jangan sampai kau menyesal kehilangan pria yang sangat kau cintai. ~ Ashley Milligan ~ * * * * * Ketika sinar matahari merambat masuk ke dalam kamar dan menyentuh wajah Liam, barulah kelopak mata pria itu mulai bergerak sebelum akhirnya terbuka. Hal pertama yang dirasakannya adalah tidak ada beban berat di lengannya. Dia pun merasakan dingin ketika menyentuh bagian sampingnya. Saat Liam menoleh dia tidak mendapati Sienna berbaring di sampingnya. Helaan nafas berat keluar dari mulut pria itu. Dia yakin Sienna pasti menyusup pergi ketika dirinya sedang tertidur. Lalu dia teringat ucapan Sienna kemarin.