Ketika amarah meledak,
Hanya kelembutan yang mampu melunakkannya.
* * * * *
“Jangan samakan aku dengan masa lalumu, Mr. Colbert. Tidak semua wanita tergiur dengan uang yang kau miliki.”
Ucapan Sienna menghantam keras hati Liam. Wanita itu mengetahui jika kebencian di mata Liam bukan ditujukan untuk wanita itu. Tapi untuk orang lain. Seketika bayangan masa lalu berkelebat dalam pikirannya. Amarah pun menyebar dalam hati Liam.
Pria itu meletakkan kedua tangannya mengunci Sienna diantara tubuhnya dan dinding. Matanya berkilat karena amarah.
“Kau tidak tahu apapun tentang masa laluku.”
<Memang Bang Liam super nakal ya. Chapter berikutnya akan muncul penjelasan mengapa Sienna menolak tawaran Liam. Baca kelanjutannya ya...
Sulit menjaga rahasia orang lain. Banyak godaan yang akan membuat mulut terasa gatal. Namun rasa kesetiaan yang membuat seseorang menjaga rahasia itu * * * * * Seminggu berlalu, namun Sienna masih berpegang teguh pada pendiriannya. Dia sama sekali tidak menyentuh uang Liam di brankas atau mengatakan pada pria itu jika dia mau menerima tawaran uang dalam jumlah besar yang ditawarkan pria itu. Bahkan wanita itu sepertinya tidak tertekan tinggal di mansion Liam. Dia begitu dekat dengan para pekerja yang ada di dalam mansion Liam. Wanita itu seakan menganggap rumah itu adalah rumah untuknya. Bukan sebuah penjara seperti yang direncanakan oleh Liam.
Kesetiaan membutuhkan kepercayaan. Kepercayaan berlaku dua arah. Ketika salah satu hancur, maka kesetiaan itu hancur. Ketika berjalan dua arah, maka akan menjadi kuat. * * * * * “Mengapa kau menyembunyikan fakta bahwa Neil adalah gay?” Pertanyaan Liam membuat tubuh Sienna membeku di tempat. Seolah-olah rahasia yang disimpan dalam kotak pikirannya dihancurkan dengan paksa. “Ba-bagaimana kau tahu soal itu?” tanya Sienna terkejut. Liam melepaskan kedua tangannya yang berada di bahu Sienna. Kemudian dia melangkah mundur untuk me
“Jangan pesimis seperti itu, Sienna. Tuhan menciptakan makhluk hidup secara berpasangan. Dan aku yakin Tuhan pasti juga memberikan pasangan yang akan mencintaimu apa adanya, Sienna. Hanya butuh waktu untuk bertemu dengannya.” * * * * * Matahari muncul untuk menggantikan peran bulan dan bintang. Langit menjadi terang menyinari kota Vancouver. Seperti biasanya Liam selalu menikmati sarapan sebelum berangkat bekerja. Namun ada yang berbeda pagi itu. Jika seminggu kemarin Liam ditemani oleh Sienna menikmati sarapannya, sekarang pria itu harus sendirian. Iris hazelnya menatap kursi kosong yang berada di dekatnya. Rasanya begitu aneh untuk Liam. Sebelum dia menculik Sienna, Liam terbiasa dengan kesendiriannya. Namun sekarang rasanya berbeda. Dia merasa begitu hampa. Hatinya begitu
Hati terasa begitu kosong ketika merindukan seseorang. Pikiran selalu tertuju padanya. Jika tidak melihatnya hati terasa tidak tenang. Karena aku merindukannya. * * * * * Di salah satu toko roti yang berada di Vancouver, dijadikan lokasi syuting salah satu film yang akan dirilis oleh Morpheus. Film romantis ini mengisahkan tentang Abby Hart yang terpaksa menikah dengan seorang CEO bernama Gio De Luca. Pria angkuh yang memiliki berkas luka bakar di pipi serta masa lalu yang buruk. Banyak kru dan juga artis yang sibuk melakukan adegan demi adegan. Beberapa kali adegan diulang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beruntung artis-artis yang memerankan tokoh dalam film itu mempe
Ketakutan layaknya sebuah penjara. Mengekang dirimu hingga kau menjadi gila. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah menghancurkan penjara ketakutan itu dengan keberanian yang kau miliki. * * * * * Seorang pria dengan dengan tinggi seratus delapan puluh tiga sentimeter berdiri tepat di depan pintu toko bunga Sienna. Seketika tubuh Sienna membeku melihat pria berusia lima puluh lima tahun itu. Wajahnya memucat saat dirinya mengenali pria dengan rambut coklat yang mulai memutih. Seketika ketakutan menjalari tubuh Sienna. Jantungnya berdebar cepat saat bayangan masa lalu melintas dalam pikirannya. “Lama tidak bertemu, Sienna?” Pria yang saat ini mengenakan kaos abu-abu serta jaket coklat gelas itu tersenyum sinis. “Cory
“I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it. The brave man is not he who does not feel afraid, but he who conquers that fear” —Nelson Mandela— * * * * * Tidak mudah bagi Sienna mengungkapkan hal itu. Bahkan mengungkapkan fakta itu saja sudah membuat Sienna jijik pada dirinya sendiri. Wanita itu menunduk memandang tangannya yang masih memegang tangan Liam. Dia segera menarik tangannya. Karena dia tahu Liam pasti akan merasa jijik setelah mendengar ucapannya. “Aku tahu kau akan merasa jijik padaku. Aku sudah terbiasa dengan sikap itu, Liam. Karena itu aku sangat berterimakasih jika kau tidak mengucapkan apapun dan keluar dari sini. Aku akan pulang setelah merasa jauh lebih baik.” Ucap Sienna tanpa meman
Kegelapan akan meremas keberanian. Namun seperti bulan yang bersinar di langit gelap, Selalu akan ada cahaya dalam kegelapan. Menuntun seseorang menuju cahaya. * * * * * Saat Liam membuka pintu, pria itu bisa melihat Sienna masih berbaring di atas tempat tidur. Wanita itu berteriak-teriak dengan mata masih terpejam. Liam yakin Sienna pasti sedang bermimpi buruk hingga membuat histeris. Segera Liam menghampiri ranjang Sienna. Kepala wanita itu bergerak-gerak gelisah. Keringat membasahi wajah wanita itu.
Perasaanku tulus. Perasaan itu tidak memandang masa lalumu. Aku menyukai Sienna sekarang. * * * * * Saat sarapan keesokan harinya, Sienna terkejut melihat Liam tidak mengenakan setelan kerjanya. Padahal biasanya pria itu sudah tampil rapi mengenakan pakaian kerjanya. Tapi sekarang dia hanya mengenakan celana Chino berwarna cream yang dipadukan dengan kaos abu-abu muda. Kaos dengan lengan pendek itu menampilkan otot lengan Liam yang terbentuk karena olahraga yang dia lakukan setiap paginya. “Mengapa kau tidak bekerja?” tanya Sienna sembari menyantap sandwich isi sayur dan daging. “Aku bekerja. Hanya saja aku melakukannya di rumah.” “Kau bekerja dari rumah? Tapi