Beranda / Romansa / Penipu Hati / Menang Tender

Share

Menang Tender

"Kebiasaan deh si Laskar, kalau ada kerjaan penting, pasti ngaret!"

Sosok wanita cantik dengan tubuh semampai itu tampak berdiri di jalan dekat rumahnya dengan setelan mantel berwarna coklat susu yang di padu padankan dengan celana jeans berwarna hitam. Tidak lupa, tangan kirinya menenteng sebuah koper besar berwarna senada dengan celananya. Sesekali ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ini jamnya yang ngaco, apa si Laskar yang ngaret sih?" omelnya kesal.

Tid ...

Akhirnya mobil Laskar tiba dan melipir tepat di hadapannya sekarang. Sarah masuk ke dalam mobil dengan wajah yang sedikit bete. Kopernya ia masukkan ke bagasi dengan sedikit di banting karena merasa bete kepada Laskar.

"Hai Sayang, maaf aku telat!"

Laskar mengecup bibir Sarah yang terlihat sudah basah oleh liptintnya. Tapi Sarah hanya menghela nafas panjang, seraya mencoba menyembunyikan rasa kesalnya kepada sang Laskar.

"It's oke Laskar, aku ngerti kok! Pasti kalian lelah 'kan karena semalem udah ngabisin rindunya bersama istri tercinta kamu!" ujarnya datar.

"Hem, jangan gitu dong Sayang! Nanti juga 'kan kita kerja sambil happy-happy di sana!" sambung Laskar menenangkan Sarah yang sedikit merajuk.

Tanpa basa basi, Laskar langsung tancap gas menuju bandara. Di sana, perwakilan orang dari perusahaannya sudah menunggu dengan seabreg wejangan dari Pak Dirut.

"Selamat pagi Pak Laskar, selamat pagi Bu Sarah! semoga kalian selamat sampai tujuan dan membawa kabar gembira untuk kita semua!"

"Aamiin Pak, terimakasih!"

Orang itu tak lupa memberikan sebuah map tambahan dari Pak Dirut berisi berkas yang akan menjadi proposalnya nanti. Laskar dan Sarah berjalan sambil menenteng koper bawaannya dan meninggalkan mobil sedan merahnya bersama orang suruhan Pak Dirut.

Wajah Laskar dan Sarah terlihat sangat bahagia saat itu, karena selain bekerja, mereka juga bisa menghabiskan waktunya bersama di sana.

***

"Deal!"

Tepat di hari ke tiga mereka di Malang, akhirnya semua tender itu di menangkan oleh PT. Cemerlang, perusahaan tempat Laskar dan Sarah bekerja. Mereka berdua sangat merasa puas dengan hasil kinerjanya yang telah bersusah payah berangkat jauh-jauh hanya untuk memenangkan proyek itu.

"Semua ini berkat kamu Sayang!" Laskar memeluk Sarah dengan bahagianya karena akhirnya tender itu berhasil mereka dapatkan.

"Iya dong, Sarah gitu loh!" ujarnya sambil terkekeh geli.

"Setelah ini kita mau ngapain lagi Sayang? Apa ada kerjaan lagi?"

"Emm kayaknya semuanya udah beres Sayang, mungkin lusa kita bisa pulang ke Bandung!"

"Yah, kok sebentar banget ya kita di sini, bahkan kita gak sempet untuk liburan berdua!"

"Sabar ya Sayang, kita gak akan mungkin bisa berlibur sekarang. Perusahaan kita sedang menunggu kabar gembira ini di kantor!"

"Oke deh, tapi untuk malam ini, kamu tidur di kamarku ya?!"

"Siap Sayang!"

Kebetulan mereka di pesankan dua kamar hotel yang bersebelahan oleh perusahaannya, tapi khusus malam ini, sepertinya mereka berdua akan menghabiskan waktunya di kamar yang sama. Setelah keluar dari kantor yang ada di Malang, mereka berdua menuju hotel dan masuk ke dalam kamar milik Sarah.

Tanpa basa-basi, mereka langsung melakukan eksekusi di sana. Laskar begitu sangat liar saat itu, hingga Sarah tak mampu mengendalikan desahan suaranya.

***

"Kenapa hati aku gak tenang banget ya malam ini?"

"Mata ngantuk tapi kok gak bisa merem, inget terus sama Laskar. Dia udah tidur belum ya kira-kira?"

Hanna mencoba menggapai ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Dia menatap layarnya dan mencari nama Laskar di sana. Sepertinya kekhawatiran Hanna malam itu memang sudah menjadi firasat kuat seorang istri, karena sebenarnya malam itu suaminya malah sedang asik bercinta dengan Sarah, wanita yang akhir-akhir ini menjadi kekasih gelapnya.

"Ah, pelan-pelan dong Sayang!"

Kriing ...

Tiba-tiba suara ponsel milik Laskar membuyarkan kehangatan mereka yang kala itu sedang bercinta. Laskar mencoba tak mempedulikan dering itu, namun semakin lama semakin mengganggu juga. Akhirnya dia coba ambil ponselnya yang ia di simpan di atas nakas.

"Hanna?!"

"Wait honey, aku angkat dulu telepon dari istriku ya!"

Laskar beranjak dari tempat tidurnya dan membawa ponsel miliknya ke kamar mandi. Sarah yang masih terbaring menggeliat tanpa busana di sana, tiba-tiba menekuk wajah cantiknya. Dia seperti tak rela kalau Laskar menerima telepon dari istrinya.

"Ha-halo Sayang, ada apa?" Tanyanya. Laskar mencoba mengatur suaranya agar tidak ngos-ngosan.

"Hem, kamu udah tidur ya ternyata? Maaf udah ganggu!"

"It's oke honey, ada apa malem-malem gini telepon? Kangen ya?" ujar Laskar menggoda Hanna, sengaja agar suasananya sedikit mencair.

"Iya Sayang, kamu kapan pulangnya sih? Aku bete sendirian di rumah!" sahutnya merengek.

"Aku mau video call dong, kangen. Pengen liat wajah kamu!" Laskar tampak ketar ketir saat mendengar istrinya minta melakukan panggilan video.

Dengan tergesa-gesa, ia segera lari keluar kamar mandi dan membaringkan kembali tubuhnya ke kasur, dia juga bahkan mengusir Sarah yang sedang ada di sana untuk bersembunyi di kamar mandi.

"Cepet sana!" desisnya panik.

Tapi Sarah malah masuk ke dalam selimut, menenggelamkan seluruh tubuhnya dan memeluk erat tubuh bagian bawah Laskar di dalam selimut.

"Ah emang gila nih cewek!" umpatnya berbisik.

"Halo Sayang, kamu masih di sana 'kan?"

"I-iya Han!"

"Angkat video callnya dong!"

Laskar mengangkat panggilan video itu dengan wajah yang sedikit panik, karena Sarah ada di balik selimutnya. Sarah sengaja tak beranjak dari kasurnya karena dia ingin mendengarkan semua yang mereka bicarakan.

"Hai Sayang, kenapa belum tidur jam segini?"

"Aku gak bisa tidur Sayang, gak tau kenapa, malem ini perasaan aku gak tenang banget. Makanya aku langsung telepon kamu! Kamu baik-baik aja 'kan di sana?"

Perbincangan mereka membuat Sarah merasa cemburu saat mendengarnya. Sarah yang kesal, mencoba untuk membuat Laskar merasa tidak nyaman juga untuk berlama-lama menerima panggilan video dari Hanna. Sarah meremas benda pusaka milik Laskar dan mencoba memainkannya perlahan.

"Eh, aw!" Permainan tangan nakal Sarah membuat Laskar menjadi tidak fokus saat berbincang dengan istrinya.

"Ada apa Sayang? Kamu kenapa?"

"Emmm, aku gak apa-apa kok Sayang. Ini, kaki aku kesemutan!"

'Oh my God, Sarah. Please, aku gak kuat!'

Laskar mencoba berkelit di hadapan panggilan video Hanna. Tapi serangan permainan tangan dan mulut Sarah semakin membuatnya berkeringat panik. Dia mencoba menghempaskan tubuh Sarah dengan kakinya namun tidak bisa, serangan manja itu semakin lama semakin kuat.

"Ah!" Erangan kecil itu terdengar samar keluar dari mulut Laskar.

Hanna yang sedari tadi memperhatikan gelagatnya, semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana.

"Kamu kenapa sih Yang, lagi ngapain itu? Kok mupeng sih!" teriaknya ketus.

"A-apa? Emm ya ketauan deh, hehe. Aku sebenernya emang lagi nonton film biru di laptopku, soalnya aku kangen banget sama kamu Han, gara-gara waktu itu gak sampai klimaks!"

Laskar mencoba berkelit lagi, berbagai macam alasan dia lontarkan agar Hanna tak curiga padanya. Mendengar hal itu, Sarah semakin bete dan akhirnya keluar dari selimutnya dengan memasang wajah jutek pada Laskar. Netranya menatap tajam wajah Laskar, tapi Laskar malah berkedip-kedip seakan memberikan isyarat pada Sarah kalau dia harus segera enyah dari hadapannya sekarang juga.

Sarah menggeleng kepala. Dia malah tetap asik duduk manis di hadapan Laskar yang sedang berbincang dengan istrinya. Laskar terjebak dalam permainannya sendiri, dia seakan sedang menerima skakmat pada permainan yang dibuatnya.

'Ah sial, aku harus bagaimana sekarang?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status