Beranda / Romansa / Penipu Hati / Hanna vs Sarah

Share

Hanna vs Sarah

'Kenapa lama sekali yah? padahal tadi aku udah lihat mobilnya lewat!'

Hatinya terus bergejolak cemas, jemari tangannya reflek mengetuk-ngetuk meja. Wajahnya mulai memerah kesal, urat-urat pada keningnya tampak mengencang, waktu yang dinantinya sejak tadi mendadak ia abaikan karena rasa kecewanya terhadap Laskar. Tak lama dari itu, terdengar suara geruman mobil Laskar di depan rumahnya.

Hanna sudah tak seantusias tadi, dia hanya duduk di ruang makan dengan sepiring martabak keju manis di hadapannya. Pintu rumah sengaja Hanna buka setengah supaya Laskar tak berbasa basi saat masuk. Hanna kesal sehingga tak mau ada drama di balik pintu rumah yang biasanya dia lakukan setiap Laskar pulang kerja.

Saling peluk dan melempar senyum yang biasanya mereka lakukan di balik pintu, kini hening seketika. Tak ada lagi sambutan dari Hanna saat suaminya pulang. Laskar yang mulai bertanya-tanya mengapa istrinya membiarkan pintu rumah terbuka padahal ini sudah malam?

"Assalamualaikum Sayang, aku pulang!" Laskar mendapati istrinya yang terlihat muram di balik meja makan.

"Waalaikumussalam," jawabnya begitu singkat padat dan jelas.

"Pintunya kok dibiarkan terbuka sih Sayang? 'Kan udah malem!" ujarnya sedikit heran.

"Iya karena udah malem, aku takut males bukain pintu buat kamu, jadi aku biarin kebuka aja!"

Wajahnya tampak begitu ketus dengan nada bicara yang datar. Laskar tersenyum kecil sambil memeluknya dari belakang, seraya ingin meredam kekesalannya. Namun Hanna melepaskan pelukannya dan berjalan masuk ke kamar meninggalkan sepiring martabak yang tadinya akan menjadi teman ngopinya bersama Laskar, tapi Hanna sudah terlanjur badmood dan berlalu tanpa bicara.

Laskar hanya tertegun saa mendapatkan sambutan dari sang istri yang begitu cuek dan acuh.

'Dia kenapa lagi sih, biasanya juga kalau aku pulang malam ga begini. Lebih baik aku tanya dia besok aja deh!'

Benaknya bergumam penuh tanya. Setelah beres mandi dan memakan martabak keju yang ditinggalkan istrinya di meja makan, Laskar pun tertidur di sofa depan televisinya hingga pagi tiba.

***

Kriing ...

Suara panggilan telepon membangunkan Laskar dari istirahatnya, dia meraba-raba meja mencoba mencari ponselnya yang ia simpan di sana. Matanya yang masih setengah kantuk, sontak terbuka lebar saat tau bahwa yang menelpon adalah si "Boss" Nama yang dia save untuk menyembunyikan sosok Sarah.

Hanna yang sejak tadi subuh sudah bergelut dengan pekerjaan rumah tangga, sedikit memasang telinganya lebar-lebar seraya ingin tau apa yang dibicarakan suaminya sepagi ini.

"Halo Bos, ada apa?"

"Bos?" Sarah terkekeh mendengar sapaan itu.

"Pasti di situ ada istri kamu yah?"

"Iya Bos, maaf!"

"Nanti ke kantornya bareng ya, aku tunggu di depan jalan!"

"Baik bos, satu jam lagi saya sampai!"

"Oke Sayang!"

Laskar menutup telponnya dengan wajah yang nampak gugup, lalu Hanna yang penasaran menghampiri suaminya.

"Kenapa bos kamu nelpon sepagi ini?"

"Oh itu Sayang, katanya aku harus datang ke kantornya lebih awal, mau ada meeting dadakan!"

"Hemm."

Hanna kembali ke dapur dan meneruskan pekerjaannya, lalu Laskar masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Hanna yang mulai mencium aroma kejanggalan, tiba-tiba kepo dan mencoba memeriksa ponsel Laskar. Nihil, ponsel Laskar memakai password sehingga Hanna sulit untuk mengaksesnya.

'Tumben sekarang pake password, dulu-dulu gak ada tuh dia seperti ini!'

Hanna berdesis dengan tatapan penuh curiga. Saat terdengar Laskar keluar dari kamar mandi, cepat-cepat Hanna menaruh kembali ponselnya dan lari ke dapur meneruskan pekerjaannya. Hanna yang terlihat masih kesal karena masalah kemarin yang belum ia tuntaskan tiba-tiba ditambah lagi masalah password ponsel yang semakin membuat Hanna merasa marah.

Tapi Hanna bukan tipikal orang yang pandai meluapkan emosinya secara langsung, dia malah senang menyembunyikannya sebagai beban yang nantinya akan menjadi bahan lamunan untuknya.

"Aku langsung pergi ya Sayang, gak enak kalau Bos nungguin!"

Laskar kembali merapikan pakaiannya dan memasukkan berkas-berkas kerjanya ke dalam tas.

"Gak sarapan dulu?"

"Emm, nanti aja deh Sayang sekalian di kantor, bye!"

Laskar mengecup kening istrinya dan bergegas pergi dengan sedan merahnya. Kekesalan Hanna semakin meningkat terhadap Laskar yang berlalu begitu saja tanpa mencicipi masakannya sedikit pun.

Terlihat dari jauh, sosok wanita cantik di depan jalan dengan setelan blazer dan rok mini yang memperlihatkan bagian kakinya yang jenjang. Pemandangan itu semakin membuat Laskar terpesona olehnya, dia pun tersenyum ke arah Laskar lalu menyambutnya dengan penuh kehangatan.

'Memang dia wanita yang sangat perfect, bahkan dia tau bagaimana caranya menyambut seseorang dengan kehangatan senyumnya hingga orang itu merasa nyaman saat berada di dekatnya.'

Laskar bermonolog sendiri di dalam mobilnya sambil sesekali tersenyum kecil di depan kaca spionnya.

"Hai Bos, ayo masuk!"

Terdengar suara kekehan Sarah yang menggemaskan, lalu dia masuk dan menyambut Laskar dengan sebuah kecupan mesra di bibirnya.

"Selamat pagi Sayang, ayo berangkat!"

Laskar tancap gas melaju kencang menuju ke kantornya.

Lalu ...

"Maaf Sayang aku turunin kamu di sini ya, soalnya ini udah deket banget sama area kantor. Kamu ngerti 'kan maksud aku?" ujar Laskar sambil menurunkannya di jalan dekat kantor.

"It's oke honey, aku ngerti. Bye!"

Ini adalah salah satu hal yang Laskar suka dari Sarah, dia adalah wanita yang selalu mengerti dan memahami dalam semua keadaan. Sarah melenggang cantik di antara trotoar jalan. Mobil Laskar memasuki gerbang kantor dan memarkirnya tepat di depan gedung.

Seperti biasa, dia memberikan kuncinya pada petugas valet. Dia terlihat sangat sempurna di hadapan para karyawannya, bahkan Laskar pandai menyembunyikan cinta terlarangnya dengan Sarah saat di kantor. Mereka tampak profesional saat melaksanakan tugasnya masing-masing.

Tok ... tok ...

"Permisi Pak Laskar, Pak Direktur meminta anda untuk segera berkumpul di ruang meeting sekarang. Ada yang perlu dibahas mengenai proyek baru yang akan kita tangani nanti!"

Lani sang sekretaris, terlihat sangat cekatan saat menyampaikan informasi kepada atasannya itu.

"Baik Lani, saya segera kesana!"

Laskar bergegas ke ruang meeting dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Semua staf sudah berkumpul di sana, hanya tinggal menunggu Laskar.

"Permisi, maaf saya telat!"

Laskar masuk ke ruang meeting dengan sangat tergesa-gesa.

"Silahkan duduk Pak, kita belum mulai kok!" ujar Lani sang sekretaris.

Dan akhirnya meeting pun dimulai, ada rencana proyek baru yang akan kembali Perusahaan Laskar tangani di luar kota, perusahaan Laskar bergerak di bidang arsitektur. Pak Direktur kembali meminta agar Laskar yang menanganinya ke luar kota, namun Pak Subroto--Dirut PT. Cemerlang, ingin salah satu dari staf marketing juga ikut, untuk menemani Laskar kesana.

"Saya dengar ada staf marketing baru di sini, katanya kinerjanya juga sangat baik dan teliti!"

"Iya Pak, ini dia, Sarah Zivana. Dia sangat cekatan kalau urusan melobi klien, strategi marketingnya patut di acungi jempol!"

Sarah tampak mengangguk sambil tersenyum kepada Pak Dirut. Pesonanya sungguh tak bisa dipungkiri, Sarah sangat cantik dan anggun di balik penampilannya. Gaya bicaranya juga sungguh elegan, tak heran kalau dia dijuluki sebagai Miss promosi.

'Gemes banget sih ayang aku, jadi makin Cinta deh! Aku harus kasih hadiah nih buat dia, tapi apa ya?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status