Share

Pulang

Malam yang hening, namun hati bergejolak panik. Laskar mencoba memikirkan siasat agar Hanna tidak menaruh curiga padanya.

'Ah sial, gimana ini? Aku takut Hanna mencium bau kecurigaan dariku. Ayo Laskar berpikir!'

Dan akhirnya Laskar mencoba menyudahi panggilan videonya dengan alasan dirinya sudah lelah dan sudah mengantuk. Laskar mencoba mendalami siasatnya itu.

"Sayang, boleh aku tutup gak video callnya? Aku udah ngantuk banget nih!" pintanya sambil sesekali menguap dalam perbincangan itu.

"Hem, padahal aku masih kangen. Tapi oke deh, aku tutup teleponnya terus kamu langsung istirahat ya Sayang!"

"Bye, i love you."

Tut ... Tut ...

Panggilan video itu mereka sudahi saat itu juga. Sarah yang sejak tadi memantau perbincangan mereka dari balik layar ponselnya, memasang wajah kesal dan kecut di hadapan Laskar.

"Bagus ya, pinter banget kamu ngeles! Apa selain aku, kamu juga punya cewek lain yang aku gak tau?!"

"Astaga Sarah, sumpah deh! Ini aku bisa khilaf seperti ini cuma sama kamu aja, gak ada yang lain. Cuma Hanna dan kamu aja yang ada di hatiku saat ini!" Laskar mencoba membujuk Sarah dengan gombalannya agar Sarah tak memasang wajah bete lagi kepadanya.

"Jadi gimana nih Sar? Apa mau lanjut? Nanggung banget nih, kepala ku jadi pusing!" Dia sesekali memijat kepala karena hasratnya tak tersalurkan dengan sempurna.

Sarah yang juga merasa belum puas, akhirnya mengiyakan ajakan Laskar untuk melanjutkan serangan manja itu. Mereka mengulangnya kembali secara liar di atas ranjang cintanya.

Saat telah melakukan panggilan video bersama suaminya, entah kenapa hati Hanna malah semakin cemas tidak karuan. Seperti masih ada yang mengganjal dalam benaknya. Hatinya ingin percaya dengan semua perbincangannya tadi tapi pikirannya seperti menyangkal semua, otaknya terus bersikeras untuk menolak semua yang di katakan oleh Laskar.

"Ayo dong Hanna, kamu harus percaya sama suami kamu. Dia gak akan mungkin berani mengkhianati kamu, dia 'kan sudah berjanji untuk selalu setia sama kamu sampai tua nanti!"

Bibirnya terus bermonolog sendiri di dalam temaram lampu kamar, sambil berbaring di tempat tidur, ponselnya terus ia genggam seraya menenangkan diri akan kekhawatirannya tentang gelagat mencurigakan suaminya sejak melakukan panggilan video tadi. Akhirnya Hanna memutuskan untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat di sepertiga malamnya untuk mengusir semua kegundahan di dalam hatinya. Setelah selesai melaksanakan sunahnya, tidak lupa Hanna juga meminta kepada Sang Pencipta yang maha kuasa untuk selalu melindungi suaminya di manapun dia berada.

"Tuhan, tolong segera sadarkan dia bila dirinya sedang berada di jalan yang salah. Aamiin!"

Orang yang sedang dia do'akan dalam setiap sujudnya justru malah sedang asik bercinta dengan kekasih gelap yang tak lain adalah rekan kerja sekantornya sendiri. Entah apa yang akan terjadi jika cinta terlarang ini akhirnya terbongkar oleh Hanna. Apakah Hanna akan memaafkan Laskar atau justru sebaliknya, dia akan meninggalkan Laskar tanpa harus berkompromi lagi?

***

"Astaga! Jam berapa ini?"

Sarah bangun dan terkejut saat alarm dalam ponselnya berbunyi.

"Sayang bangun, ayo kita siap-siap! Hari ini 'kan kita pulang ke Bandung. Mana belum packing lagi! Aduuh." ujar Sarah dengan suara yang masih parau karena baru saja tersadar dari tidur nyenyaknya.

Laskar hanya menggeliat dan menarik kembali selimut tebal yang berada di atas tempat tidurnya.

"LASKAR PRATAMA, bangun!" Suara lantang dan cempreng khas wanita itu akhirnya menyadarkan Laskar dari mimpi indahnya.

"Aduh Sar, bentar lagi ya. Masih ngantuk nih!"

"Ih ya udah bodoh amat, aku tinggalin aja kamu disini!" sahutnya ketus, Sarah beranjak dari tempat tidurnya dan mulai membereskan barang bawaannya untuk segera pulang ke Bandung.

"Hem oke, aku bangun!"

Laskar pun bangun dan segera bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap pulang membawa kabar gembira yang sangat di tunggu oleh kantornya.

***

Brum ...

Terdengar suara mobil terparkir di depan rumahnya, Hanna yang sedang bergelut dengan alat dapur sontak terkejut, dia berlari meninggalkan sendok sayur yang sedang ia pegang. Kebetulan, karena Hanna tau kalau suaminya akan pulang hari ini jadi dia sibuk mempersiapkan makanan favorit suaminya, yaitu soto Bandung dan perkedel kentang. Dia melepaskan celemek yang menempel di tubuhnya lalu berlari ke arah pintu.

Ceklek.

Laskar membuka pintunya duluan, dan Hanna telah siap menyambut Laskar di balik pintu dengan wajah yang tampak girang.

"Sayaaang!!!"

Laskar menghempaskan kopernya ke lantai dan langsung memeluk erat tubuh mungil istrinya itu, Laskar menghujani seluruh wajah Hanna dengan kecupan rindu. Bahkan pelukan itu seakan tak mau ia lepaskan dari tubuh kekarnya.

"Ah kangen!" ujar Hanna manja.

Hanna kembali memeluk tubuh suaminya itu dan beberapa kali kecupan manjanya mendarat di bibir Laskar. Laskar tersenyum dan menatap tajam wajah istrinya itu dengan tatapan nakalnya.

Dia menggendong tubuh mungil itu ke dalam kamarnya sambil terus melumat bibirnya seakan tak mau ia lepaskan dari Hanna.

"Sebentar Sayang!"

"Apa lagi Han, ayo dong!"

"Aku tadi lagi masak, dan kompornya belum aku matiin. Wait!"

Hanna turun dari gendongan Laskar dan berlari ke dapur untuk sekedar mematikan kompornya. Lalu dia segera kembali dan melanjutkan lagi manja-manjaan yang tadi sempat terhenti sebentar karena perihal kompor.

Brugh.

Pintu kamarnya Hanna dorong dengan kuat,"Ayo Sayang, lanjut!" ujar Hanna sambil melompat ke tubuh Laskar seperti seekor tupai hingga Laskar terjatuh ke tempat tidurnya.

Karena sudah hampir seminggu mereka LDR-an, akhirnya rindu itu terbayar sudah di sana. Mereka saling melepas hasratnya saat itu juga.

Kali ini tak ada gangguan lagi, siang itu mereka manfaatkan untuk menghabiskan waktunya hanya berdua saja. Mereka sungguh menikmati kemesraannya di dalam dengan keadaan lampu kamar yang temaram, karena Hanna sengaja menutup gorden kamarnya agar suasananya semakin gereget.

"I miss you, Han!"

"I miss you too."

Hanna menyandarkan kepalanya ke bahu Laskar dengan tangan yang melingkar di pinggangnya. Sesekali Laskar mengecup keningnya sambil mengelus-elus rambutnya.

"Sayang, apa kamu bahagia dengan keadan kita yang sekarang?" ujar Hanna mencairkan suasana, tiba-tiba saja pertanyaan itu muncul reflek keluar dari mulut Hanna.

"Pertanyaannya kok seperti itu Sayang, maksud kamu apa?!" sahutnya heran.

Laskar beranjak sambil menatap Hanna dengan tatapan penuh tanya. Dia menyimpan kedua telapak tangannya di pipi Hanna sambil terus menatap mata kubilnya.

'Kenapa dia bertanya seperti itu ya? Apa dia mulai curiga kalau aku punya wanita lain selain dia?'

Batin Laskar mulai galau kala pertanyaan aneh itu tiba-tiba terlontar dari mulut istrinya sendiri.

"Aku hanya mulai kesepian aja Sayang, setiap kamu dinas keluar kota, aku seperti patung, diem gak ngapa-ngapain selain nonton tv dan mainin handphone!"

"Jadi mau kamu apa Han?"

"Aku pengen punya anak Laskar! Aku pengen jadi Ibu, aku pengen gendong bayi, aku pengen---"

"Ssst," Laskar menaruh telunjuk tangannya di bibir Hanna dan menatap matanya tajam.

"It's oke Sayang, aku ngerti. Aku juga mau punya bayi, aku mau pas aku pulang kerja, ada yang nungguin aku dengan celotehan manjanya, aku juga mau itu Sayang. Nanti kita coba cari waktu buat jadwal program ya!" tekan Laskar sambil memeluk erat tubuh istrinya.

"Besok! Besok kita periksa dulu ya Sayang!" Sahut Hanna merajuk.

Laskar menganggukkan kepalanya sambil terus memeluk tubuh mungil Hanna.

"Ya udah, kita makan dulu yuk! Aku udah masak menu kesukaan kamu tadi."

"Ok, kalau gitu aku bersih-bersih dulu yah! Badanku lengket banget nih."

Laskar beranjak dan segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Hanna segera memakai kembali pakaiannya dan berlalu ke dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi telah ia buat untuk sang suami. Hanna dengan telatennya menata hidangan itu di atas meja.

Laskar keluar dari kamarnya dengan masih telanjang dada karena baru saja selesai mandi. Dia memeluk tubuh istrinya dari belakang dengan manja.

"Wangi banget sih aromanya, sampai kecium ke dalem kamar mandi loh!"

"Hem masa sih? Tapi udahan dulu dong peluknya, aku 'kan jadi susah gerak!"

"Oh iya," Laskar terkekeh.

Mereka berdua pun menyantap hidangan makan siangnya bersama. Suasananya tampak begitu hangat saat itu. Sampai akhirnya rasa curiga Hanna terhadap Laskar terkubur lagi oleh perlakuan manisnya hari ini.

Hari itu, mereka benar-benar menghabiskan waktunya berdua saja di rumah. Mereka melakukan quality time bersama, mempersiapkan energi untuk besok cek ke dokter kandungan. Konsultasi lalu melakukan program kehamilan.

Lalu.

Kring.

Suara ponselnya berdering, Hanna melihat sekilas nama yang tertera di layar ponsel Laskar.

'Bos lagi?'

Laskar panik lalu segera menutupnya dan memasukkannya ke dalam saku celana.

"Kok gak di angkat? Siapa yang nelpon?"

"Ah gak penting kok Sayang!"

Kring.

"Nah bunyi lagi loh Sayang telponnya, angkat dong, siapa tau emang penting!"

"Gak usah Sayang!"

"Angkat sekarang LASKAR, load speaker, aku mau denger!"

"Hah?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status