Di sepanjang lorong kantor menuju ruangan, tak henti-hentinya sapaan selamat pagi terdengar dari para karyawan yang di lontarkan kepada dirinya. Mereka sangat mengelu-elukan Laskar di kantor karena ketampanannya. Laskar duduk di kursi ruangan dengan segudang materi yang telah ia persiapkan , sesekali dia menghirup aroma ruangan yang sudah hampir seminggu dia tinggalkan.
"Hah, aku rindu aroma ruangan ini!"Dia menarik nafas panjang sambil duduk bersandar di kursinya.Tok ... tok ...Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, sontak Laskar terkejut dan langsung beranjak dari sandarannya."Silahkan masuk!"Seorang karyawati berdiri di balik pintu itu dan menghampirinya dengan membawa beberapa berkas di tangannya."Permisi Pak, maaf. Ada beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani, sekaligus ada jadwal meeting yang harus Bapak hadiri pukul 10 tepat!" ucapnya lantang."Oke Lani, tolong siapkan materinya ya!" sahut Laskar tegas.Laskar merupakan assisten manager di perusahaan tempat dia bekerja, dia terkenal baik namun tegas kalau sedang bekerja. Sehingga para karyawan sangat segan kepadanya. Setelah selesai menandatangani semua berkas, Laskar bersiap untuk keruang meeting.Saat memasuki lift, tiba-tiba dia terkejut dengan kehadiran seorang wanita yang sedang berdiri di dalam lift menatapnya tajam, netranya seakan saling bertemu. "Laskar?"Suara manja wanita itu membuat karyawan yang ada di sekitar kantor memandangnya heran."Akhirnya kita ketemu disini ya, aku bingung mau nyariin kamu kemana? Nomer telepon kamu gak aktif terus. Kamu ternyata kerja disini?" tanyanya dengan nada nyeroscos khas wanita."Eh kamu Sar, i-iya aku kerja di sini. Kamu kok bisa kesini juga?" Laskar tampak menahan gengsinya seakan baru mengenal Sarah di hadapan para karyawan yang ada di dalam lift bersamanya."Iya aku ngelamar kerja disini, terus gak lama aku dapet email kalau aku lolos jadi karyawati di sini, aku staf marketing, kalau kamu?" tanyanya lagi kepo.Tring ...Suara lift terbuka dan Laskar segera keluar dari lift menuju ruang meeting."Aku duluan yah!" ucap Laskar sambil berjalan cepat ke ruang meeting."Oh oke, dah!"Pintu lift tertutup kembali dan membawa Sarah pergi ke ruangan kerjanya. Saat jam istirahat makan siang telah tiba, Sarah menunggu Laskar di kantin kantor berharap Laskar juga makan di sana. Ternyata benar, apa yang Sarah tunggu telah datang.Dengan gagahnya, terlihat sosok Laskar dari arah pintu depan. Dia berjalan layaknya model papan atas, para karyawan di sana sangat mengelu-elukan ketampanan sang Laskar. Sarah yang melihatnya sedang berjalan tampak terpesona lagi pada kekasih gelapnya itu."Aku baru sadar kalau Laskar setampan itu saat memakai pakaian kantor!" desisnya di balik meja."Laskar!" Lambaian tangan Sarah terlihat dari arah meja sebelah kanan."Disini!" ujarnya lagi.Tapi Laskar mengabaikan panggilannya dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya."Sombong banget sih dia kalau di kantor!" Tekadnya seakan menciut saat Laskar mengacuhkan panggilannya. Sarah kembali menyantap makan siangnya dan berniat menemuinya lagi saat jam pulang kantor."Dia kenapa sih? Gak bisa baca situasi banget, aku 'kan jadi malu sama karyawan yang lain!" Bibirnya terus menggerutu bete.Kriing ...Suara panggilan telepon dari istrinya mulai berbunyi lagi, ini ke dua kalinya Hanna menelpon Laskar."Halo Sayang, ada apa lagi? Baru sejam yang lalu loh kamu nelpon aku pas lagi meeting tadi, aku jadi gak enak 'kan sama kliennya!" ujarnya sedikit ketus."Maaf Sayang, aku cuma mau mastiin aja kalau kamu udah makan siang," sahutnya manja."Iya udah kok Sayang, udah ya. Dah!" Laskar menutup telponnya setengah kesal. Dia merasa kalau akhir-akhir ini sikap istrinya terlalu berlebihan kepadanya. Tok ... tok ...Suara ketukan pintu lagi dari luar dan siapa yang datang kali ini membuat Laskar terkejut. Wanita cantik nan anggun dengan balutan blazer berwarna coklat muda, masuk dan berdiri di hadapannya. Matanya melongo melihat pemandangan itu. Laskar terlihat sangat menikmati pesona yang terpancar pada wanita cantik itu. 'Ternyata kalau pakaiannya serapih ini, dia menarik juga yah?'Batinnya terus bermonolog sendiri tanpa sadar akan pesona Sarah Zivana, sang marketing baru sekaligus kekasih gelapnya."Hai Sayang. Ini aku bawain kamu makan siang, aku tau kamu belum makan karena tadi aku panggil, kamu malah pergi!" terlihat Laskar yang panik saat mendapatkan perhatian dari Sarah.Sarah sangat mempesona sampai-sampai Laskar merasa gugup saat berpapasan langsung dengannya."Sebaiknya kalau di kantor, kamu jangan terlalu memperjelas kalau kita saling kenal, kamu juga sebaiknya panggil saya dengan panggilan 'Pak' biar karyawan yang lain gak merasa aneh," Laskar mencoba memperingati Sarah dengan tegas, Sarah pun mengangguk patuh tentang permintaan Laskar kepadanya."Oh oke, maaf Pak Laskar. Kalau begitu saya permisi!" Sambil meninggalkan makan siang untuk Laskar di meja, Sarah berlalu begitu saja meninggalkan ruangan kerja Laskar dengan wajah yang agak bete.'Ah sial, kenapa tadi aku ketus banget ya sama dia? Alamat di cuekkin lagi nih pasti!'Laskar terlihat menghela napasnya dan mencoba menenangkan dirinya dari serangan pesona Sarah tadi.Dia mencoba bersikap sewajarnya sambil menyantap makan siang yang diberikan oleh sang pacar. Sarah berjalan dengan gerutu di mulutnya dan sedikit merasa bete karena peringatan yang diberikan oleh Laskar. Akhirnya Sarah masuk ke ruangannya dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.Dia hampir tidak fokus karena terus memikirkan wajah Laskar saat menasehatinya tadi, terlihat tampan dan menggoda.Kriing ...Suara telepon di meja Sarah berbunyi, dengan sigap Sarah pun langsung menerima panggilan teleponnya."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Suara serak basah khas Sarah mengiang di saluran telepon, mendengar suaranya saja sudah sangat menggoda, sesekali Laskar menelan salivanya sendiri."Emm siang Sarah, nanti sepulang kantor saya ingin bicara sama kamu!" Suara tegas Laskar membuat Sarah semakin kesal mendengarnya, ingin mengajak bicara tapi nadanya seperti orang yang mengajak berduel."Ba-baik Pak," sahutnya gugup."Ah suara si Laskar bikin mood aku jadi berantakan aja!" Gerutu Sarah tak henti-hentinya menggumam di bibir manisnya.***"Selamat sore Pak, hati-hati di jalan!"Semua karyawan yang melihat Laskar berjalan keluar ruangan menyapanya dengan ramah. Tapi Laskar tak bicara, dia hanya melemparkan senyuman khasnya yang sangat menawan, hingga bagi siapapun yang melihat senyumannya pasti langsung melting.Di lobi kantor, terlihat Sarah berdiri sambil sesekali melihat jam tangannya seraya menunggu Laskar keluar dari ruangannya."Sarah ikuti saya!"Suara Barito itu terdengar lagi dari belakang punggungnya, Sarah menoleh dan mulai mengikuti kemana Laskar pergi. Tubuh tinggi tegap itu terlihat berjalan ke arah parkiran mobil, Sarah terus membuntutinya dari belakang. Saking tingginya tubuh Laskar, bahkan tubuh Sarah seperti tenggelam di balik tubuh Laskar, dia berjalan memasuki mobil sedan merah dan membuka pintu kacanya."Masuk!"Celetukkan Laskar menggiringnya masuk kedalam mobil. Wajah Sarah tampak tegang saat duduk di dekat atasan kantornya itu. Sarah tertunduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun."Kenapa diem, tadi di kantor kamu cerewet banget!""Maaf Pak, saya takut salah bicara lagi!""Ya ampun masih kaku aja, ini 'kan udah di luar jam kantor. Sayang, sorry! Santai aja dong gak perlu tegang gitu, aku gak gigit kok hahahah." Laskar terkekeh geli.'Sebenarnya apa maunya orang ini?'Batinnya seperti bergumam kesal pada kelabilan sikap Laskar.Akhirnya suasana pun mulai mencair dengan celotehan receh Laskar. Sarah terlihat tersenyum kembali sambil sesekali melempar candaan juga didalam mobil Laskar."Maaf ya Sayang, udah bikin kamu takut tadi!""It's oke Pak, Sayang!"Tawa mereka kembali terdengar dari balik pintu mobil. Laskar pun memacu mobilnya sekalian mengantarkan Sarah pulang, karena arah rumah mereka memang sama. Laskar menepi memarkirkan mobil sedan merahnya di depan rumah baru Sarah."Masuk dulu yuk, aku bikinin kopi deh sebagai tanda terimakasih aku karena udah di anter pulang sama bos!" ajak Sarah yang tampak terkekeh geli."Hem, kayaknya gak usah deh. Aku langsung pulang aja!""Ayo dong, sebentar aja kok Sayang. Please!"Melihat wajah Sarah yang memelas seperti anak kucing kehausan, akhirnya Laskar pun tidak bisa menolak Sarah yang memohon padanya begitu manis. Dia memutuskan masuk sebentar untuk ngopi-ngopi santai. Sarah terlihat lincah membuatkan kopi untuk Laskar. "Ini kopinya, silahkan di minum Pak, hehe!""Makasih Sayang."Mereka mulai asik ngobrol-ngobrol dan sesekali melempar gombalan."Kelihatannya kamu capek banget yah? Mau aku pijitin gak?" Kode nakal dari Sarah seakan membuat Laskar agak sedikit risih."Emm gak usah Sayang, makasih!"Wajah Laskar terlihat sangat gugup, namun tangan nakal Sarah tidak bisa di kendalikan, dia mulai memanjakan tiap inci tubuh Laskar."Sarah no, please!""Ssst, kamu tinggal nikmatin aja Sayang!"Laskar yang tadinya merasa risih, lama kelamaan akhirnya menikmati juga. Ibarat jalau kucing dikasih ikan asin, ya pasti di embat juga. Itulah gambaran Laskar sekarang. Matanya merem melek merasakan setiap sentuhan tangan lembut yang di suguhkan oleh Sarah."Pijitan kamu enak banget sih Sayang, kayanya aku bakal nagih deh!" bisikan suara Laskar menyeriak menyentuh telinga Sarah.Sarah yang sedari tadi memang sengaja memancing adrenalin Laskar, akhirnya memulai permainannya. Tangan Sarah mulai traveling ke area intim Laskar, suara erangan Laskar sesekali terdengar dari mulutnya."Enak 'kan Sayang?" "Bangeeet ahh."Terlihat Laskar yang pasrah menerima serangan-serangan lembut dari Sarah, desahan Laskar membuat Sarah semakin bergairah. Sarah mulai melucuti semua pakaian yang menempel di tubuh Laskar, dia memulai pemanasannya dengan sangat lincah. "Waw, kamu galak juga yah ternyata!" Wajahnya terlihat pasrah menerima bertubi-tubi serangan manja dari Sarah. Hal yang tak pernah dia dapatkan saat sedang bersama Hanna, kini dia rasakan dari diri Sarah. Akhirnya mereka pun saling menyatu, janji suci yang pernah Laskar ucapkan untuk Hanna seakan tidak berlaku lagi saat itu.Mereka berdua seakan melayang terbuai dalam cinta terlarangnya. Laskar melakukan semuanya seakan tak peduli dengan konsekuensi yang akan terjadi nanti. Mereka pun terkapar dalam temaram lampu kamar Sarah dan tidur dalam selimut yang sama.Keringat yang mengucur dari kening Laskar, menambah kegagahan dari dirinya. Aroma tubuh itu tak akan pernah Sarah lupakan dalam memorinya.'Laskar, kali ini aku benar-benar tidak akan melepaskan mu.'Kriing ...Bunyi suara telepon dalam tas kerja Laskar membangunkan Laskar dalam tidurnya, dia yang masih hanyut dalam suasana kehangatan Sarah tiba-tiba mulai meraba tasnya. Alangkah terkejutnya Laskar saat mengetahui bahwa yang menghubunginya adalah Hanna, sang istri tercintanya. Laskar segera beranjak dari tempat tidur dan melipir ke kamar mandi untuk menerima telepon dari istrinya."Ha-halo Sayang, iya ada apa?""Kamu masih dimana sih, kok gak biasanya jam segini belum nyampe rumah?""Oh iya, ini Sayang. Aku lagi meeting di luar sama klien, tapi ini udah beres kok. Tunggu aku pulang yah, bye Sayang!"Laskar segera menutup teleponnya memangkas semua pembicaraannya tanpa menunggu Hanna membalas omongannya terlebih dahulu. "Oke Sa--"Tut ... Tut ..."Loh kok di tutup? Belum juga aku jawab, ih aneh!"Hanna menggelengkan kepalanya seraya kebingungan. Laskar yang terlihat sangat panik setelah menerima telepon segera bergegas memakai bajunya kembali untuk segera pulang."Kamu mau kemana s
"Bos kamu itu cewek apa cowok?""Cowok lah, kenapa sih? Kok tanya gitu?""Gak apa-apa kok, yuk lanjut makan lagi!"Pertanyaan itu tertahan di ujung lidahnya, dia tidak ingin merusak momen kebersamaannya saat itu dengan pernyataan yang akan membuatnya bad mood nantinya. ***"Ah Laskar, kamu manis banget sih. Sepertinya aku semakin mencintai suami orang deh!"Tawanya pecah dalam keheningan malam itu, Sarah tampaknya sangat bahagia menjelang tidurnya. Sepertinya besok akan menjadi awal yang indah untuk Sarah namun sepertinya akan menjadi awal yang buruk bagi Laskar.Terlihat dari kejauhan sebuah mobil sedan merah melaju dengan sangat cepat, mobil itu menepi di halaman kantor. Sosok tampan dengan jas navy yang membalut tubuh atletisnya itu terlihat gagah turun dari mobil. Sunglasses yang ia kenakan menambah kharisma pada dirinya, Laskar melemparkan kuncinya kepada petugas valet dan berlalu masuk ke dalam kantornya dengan bak seorang model papan atas."Selamat pagi Pak Laskar!"Terdengar s
'Kenapa lama sekali yah? padahal tadi aku udah lihat mobilnya lewat!'Hatinya terus bergejolak cemas, jemari tangannya reflek mengetuk-ngetuk meja. Wajahnya mulai memerah kesal, urat-urat pada keningnya tampak mengencang, waktu yang dinantinya sejak tadi mendadak ia abaikan karena rasa kecewanya terhadap Laskar. Tak lama dari itu, terdengar suara geruman mobil Laskar di depan rumahnya.Hanna sudah tak seantusias tadi, dia hanya duduk di ruang makan dengan sepiring martabak keju manis di hadapannya. Pintu rumah sengaja Hanna buka setengah supaya Laskar tak berbasa basi saat masuk. Hanna kesal sehingga tak mau ada drama di balik pintu rumah yang biasanya dia lakukan setiap Laskar pulang kerja.Saling peluk dan melempar senyum yang biasanya mereka lakukan di balik pintu, kini hening seketika. Tak ada lagi sambutan dari Hanna saat suaminya pulang. Laskar yang mulai bertanya-tanya mengapa istrinya membiarkan pintu rumah terbuka padahal ini sudah malam?"Assalamualaikum Sayang, aku pulang!"
"Baik Sarah, siap-siap ya, besok kamu akan berangkat bersama Pak Laskar ke Malang. Bawa kabar gembira kali ini!""Siap Pak, laksanakan!" Sarah menerima tugasnya dengan sigap dan penuh semangat.'Yes, akhirnya aku bisa keluar kota hanya berdua aja sama Laskar, jadi aku bisa bebas ngapa-ngapain tanpa harus main petak umpet dari orang-orang.'"Oke, rapat kali ini cukup. Kalian boleh lanjut bekerja, selamat siang!"Para staf dan karyawan yang ikut meeting, bergegas menuju meja masing-masing. Laskar kembali ke ruangannya dan Sarah mampir ke toilet sebentar.Dari dalam toilet, Sarah mendengar desas-desus tentang dirinya dengan Laskar dari para karyawan lain yang juga sedang berada di toilet."Eh, kalian liat ga sih gelagat si Sarah yang begitu carmuk banget di depan Pak Broto dan Pak Laskar?""Iya ya, mentang-mentang cantik!""Kalian juga udah denger belum kabar Pak Laskar yang lagi deket sama si Sarah? Kata salah satu karyawan disini, dia liat si Sarah keluar dari mobil Pak Laskar tadi pagi
"Kebiasaan deh si Laskar, kalau ada kerjaan penting, pasti ngaret!"Sosok wanita cantik dengan tubuh semampai itu tampak berdiri di jalan dekat rumahnya dengan setelan mantel berwarna coklat susu yang di padu padankan dengan celana jeans berwarna hitam. Tidak lupa, tangan kirinya menenteng sebuah koper besar berwarna senada dengan celananya. Sesekali ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Ini jamnya yang ngaco, apa si Laskar yang ngaret sih?" omelnya kesal.Tid ...Akhirnya mobil Laskar tiba dan melipir tepat di hadapannya sekarang. Sarah masuk ke dalam mobil dengan wajah yang sedikit bete. Kopernya ia masukkan ke bagasi dengan sedikit di banting karena merasa bete kepada Laskar."Hai Sayang, maaf aku telat!"Laskar mengecup bibir Sarah yang terlihat sudah basah oleh liptintnya. Tapi Sarah hanya menghela nafas panjang, seraya mencoba menyembunyikan rasa kesalnya kepada sang Laskar."It's oke Laskar, aku ngerti kok! Pasti kalian lelah 'kan karena semalem udah ngabis
Malam yang hening, namun hati bergejolak panik. Laskar mencoba memikirkan siasat agar Hanna tidak menaruh curiga padanya.'Ah sial, gimana ini? Aku takut Hanna mencium bau kecurigaan dariku. Ayo Laskar berpikir!'Dan akhirnya Laskar mencoba menyudahi panggilan videonya dengan alasan dirinya sudah lelah dan sudah mengantuk. Laskar mencoba mendalami siasatnya itu."Sayang, boleh aku tutup gak video callnya? Aku udah ngantuk banget nih!" pintanya sambil sesekali menguap dalam perbincangan itu."Hem, padahal aku masih kangen. Tapi oke deh, aku tutup teleponnya terus kamu langsung istirahat ya Sayang!""Bye, i love you."Tut ... Tut ...Panggilan video itu mereka sudahi saat itu juga. Sarah yang sejak tadi memantau perbincangan mereka dari balik layar ponselnya, memasang wajah kesal dan kecut di hadapan Laskar. "Bagus ya, pinter banget kamu ngeles! Apa selain aku, kamu juga punya cewek lain yang aku gak tau?!""Astaga Sarah, sumpah deh! Ini aku bisa khilaf seperti ini cuma sama kamu aja, g
Kini kegalauan melanda hati Sarah Zivana. Dia yang juga sedang beristirahat di rumahnya merasa aneh, karena sejak tadi kepulangannya dari Malang, bahkan Laskar belum memberikan kabar sedikit pun kepadanya. "Bener-bener nih si Laskar, bikin gue iri aja! Pasti sekarang dia lagi melepas rindunya tuh sama si Hanna, makanya telepon darinya tak satupun ia respon!" Sarah ngedumel sendiri di kamarnya sambil sesekali mengecek layar ponsel yang sejak tadi ia genggam.Lalu, kriing ...Akhirnya suara ponselnya berbunyi, dengan sigap Sarah langsung melihat siapa yang menghubunginya."Laskar video call?" Tanpa basa-basi Sarah langsung mengangkat panggilan video dari kekasihnya itu."Sayang, kenapa baru nelpon sih?""Ssst, jangan keras-keras! Nanti Hanna kebangun!""Ih kok kamu gemes banget sih kalau lagi video call?! Aku jadi pengen kesitu.""Jangan gila ya Sar,""Hem oke. Terus kenapa baru nelpon?" Nada bicaranya tiba-tiba naik tiga kunci."Astaga, ssstt jangan keras-keras dong ngomongnya! Kamu ka
Hari ini sebenarnya adalah hari dimana jadwal Hanna untuk check up ke dokter kandungan. Mereka telah berjanji akan bertemu dokter kandungannya pada saat Laskar telah pulang dari kantor. Ya, lebih tepatnya pukul lima sore ini mereka sudah berjanji dengan dokter kandungan untuk sekedar berkonsultasi cara agar dapat segera mendapatkan momongan. Alih-alih ingin pergi ke dokter kandungan, Hanna justru malah sibuk mempersiapkan jebakan untuk memergoki suaminya yang sedang asik selingkuh di belakang Hanna.Dia kesal. Dia marah. Ingin rasanya segera bertemu dengan wanita itu dan menjambak rambutnya. Lalu akan dia tangkap basah perselingkuhan menjijikan mereka di depan matanya. Seabreg persiapan telah Hanna rancang sedemikian rupa agar tidak gagal saat memergoki suaminya nanti.Dia bahkan telah menyimpan mata-mata di kantornya agar dapat mengetahui setiap pergerakan Laskar dan wanita selingkuhannya.Saat jam pulang kantor tiba, sengaja Hanna bersiap dan berdandan secantik mungkin agar terlih