"Kau benar-benar Selina?" "Ya, aku Selina, kau benar-benar Kak Elvan yang dulu kan? Kau ... kau makin keren sekarang, bagaimana tubuhmu bisa sebesar ini, hah? Dulu kau kurus sekali!" Selina yang merasa bertemu dengan teman lamanya pun melangkah mendekati Elvan dan menepuk singkat lengan pria tampan itu. Elvan sendiri langsung tersenyum sambil menunduk namun hatinya senang sekali bisa bertemu dengan cinta pertamanya lagi. Ya, Selina adalah cinta pertama Elvan, walaupun Elvan tidak pernah mengungkapkannya. Elvan dulu adalah tetangga Selina, sama-sama orang miskin, namun keluarga Elvan pindah setelah Elvan lulus SMA. Orang tua Elvan mendapat pekerjaan yang bagus, Elvan bisa kuliah sampai bekerja, bahkan sekarang memegang jabatan penting di Putra Perkasa. Untuk sesaat, Elvan dan Selina masih saling menatap sambil mengobrol santai seolah hanya mereka di sana. Bahkan Selina melupakan sejenak bahwa Dhexel, Marlo, bahkan Madam Poni masih ada di sana. Dhexel sendiri sudah memicingkan ma
"Kau benar-benar Kak Elvan? Dulu Selina sangat menyukaimu!" celetuk Bora saat Selina mengajak Elvan menyapa Bora. Bora sendiri sudah menjadi teman Selina sejak lama dan Bora sering main ke rumah Selina dulu, karena itu, Bora juga mengenal Elvan. Selina yang mendengar celetukan Bora pun langsung panik dan menutup mulut Bora dengan tangannya. "Jangan dengarkan Bora, Kak!" seru Selina salah tingkah. Bora sendiri langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena ia keceplosan, tapi Elvan malah langsung tersenyum mendengarnya. "Hmm, aku tidak mendengar apapun, Selina!" sahut Elvan sambil terus tersenyum. Selina yang tersipu pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil mengulum senyumnya malu. Namun mereka bertatapan di sana dan saling melempar senyumnya. Cukup lama Elvan duduk bersama Bora dan Selina sambil mengobrol, bercerita tentang masa lalu mereka, dan tertawa bersama layaknya teman lama. Madam Poni yang berulang kali mengintip pun tidak berani mengganggunya namun saat Madam Poni
"Tante tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi, Elvan." Aula begitu senang saat melihat Elvan datang ke rumahnya, mantan tetangga yang sudah lama tidak pernah ia lihat lagi. Namun sekarang Elvan sudah berubah menjadi pria yang matang dan dewasa. "Aku juga, Tante! Tapi syukurlah semuanya sehat. Aku juga senang sekali melihat Juna yang sudah sebesar ini." "Ah, maaf aku tidak mengingatmu, Kak Elvan," sahut Juna sopan. "Tentu saja, kau masih kecil waktu itu." Juna hanya tersenyum sedangkan Aula kembali bicara. "Tante titip Selina ya, jangan terlalu keras padanya." "Tidak akan, Tante! Selina adalah wanita yang sangat pintar," puji Elvan. Dan Selina pun hanya bisa terus mengulum senyumnya. Selina memang sudah berpesan pada Elvan agar tidak memberitahu keluarganya kalau awalnya Selina hanya seorang cleaning service. Selina tidak mau membuat keluarganya sedih, dan Elvan pun menyanggupinya. Mereka pun mengobrol dengan hangat dan Selina berakhir dengan tidak bisa tidur malam itu ka
"Maafkan aku yang kemarin tidak bisa mengajarimu lagi, Selina!" "Aku yang seharusnya minta maaf, Kak. Kemarin aku lama di ruangan CEO." "Tidak, itu bukan salahmu, itu bagian dari pekerjaan kita." Elvan dan Selina bertemu pagi itu dan mereka pun tersenyum bersamaan saat mereka saling meminta maaf. "Hmm, tapi baiklah, hari ini aku agak sibuk, tapi kalau kau mau belajar, aku bisa membantumu sebentar sebelum jam makan siang," kata Elvan lagi. "Hmm, asal tidak merepotkan, Kak." "Sama sekali tidak repot, Selina. Aku..." Belum sempat Elvan menyelesaikan ucapannya, ponsel Selina sudah berbunyi lagi. "Maaf, ini Bora lagi, Kak." "Angkat saja!" Selina tersenyum sebelum mengangkat teleponnya dan Selina langsung mendengus kesal mendengar lagi-lagi Dhexel memanggilnya. "Ya ampun, apa lagi yang dia inginkan sepagi ini?" "Entahlah, Selina! Tapi Pak Marlo menunggu di depanku lagi, jadi cepatlah!" Selina menggeram kesal sebelum ia menutup teleponnya, tapi Selina kembali tersenyum saat mena
Debar jantung Dhexel dan Selina masih sama-sama memburu saat mereka saling berpelukan dan bertatapan.Sungguh dari jarak sedekat ini, Dhexel terlihat begitu tampan, wajahnya begitu terawat dengan garis-garis yang begitu sempurna. Samar-samar aroma parfum maskulin pun menggelitik hidung Selina dan entah mengapa rasanya hangat sekali saat tubuhnya menempel di pelukan pria itu. Hal yang sama dirasakan oleh Dhexel yang mendadak berdebar untuk sang penipu itu. Wajah Selina terlalu cantik dan terawat untuk ukuran wanita yang terbiasa di jalan. Make up tipis yang dipakai wanita itu sama sekali tidak berlebihan dan membuat Selina terlihat luar biasa cantik, bahkan dengan kedua mata yang saat ini membelalak pun, Selina masih tetap cantik. Apalagi bibir merona yang sudah pernah Dhexel rasakan sebelumnya, begitu manis dan lembut sampai Dhexel tidak bisa mengalihkan tatapannya dari bibir kissable itu. Cukup lama mereka tetap diam di posisinya seolah mereka lupa kalau saat ini mereka sedang t
Itu Dhexel ....Sungguh Selina tidak bisa mempercayai penglihatannya saat ini. Bagaimana bisa Dhexel mendadak muncul di depan rumahnya dan menolongnya seperti ini. Selina sampai mengerjapkan matanya dan hanya bisa menatap Dhexel di sana dengan penuh tanya. Begitu juga dengan Bora, Aula, dan Juna yang sama kagetnya. Dhexel sendiri tadinya sudah menyetir ke arah rumah Selina saat Dhexel melihat keributan di sana. Dhexel yang awalnya hanya ingin melihat wanita itu pun tidak tahan dan langsung keluar dari mobilnya. "Jangan berani menyentuhnya, pria brengsek!" geram Dhexel sambil menghempaskan tangan pria itu dengan kasar. Selina sudah membelakak dan menegang melihatnya. "Siapa kau? Berani sekali kau ikut campur dalam urusan kami!" sahut salah satu anak buah. "Tidak penting siapa aku, tapi aku tidak mau ada kekerasan pada wanita dan anak-anak, jadi segeralah pergi dari sini!" usir Dhexel. Para pria itu pun tertawa mendengarnya. "Tunggu tunggu, wajahmu sangat familiar, tapi saya
"Ingatlah, kau berhutang padaku!" Pesan Dhexel terus terngiang di kepala Selina saat Selina sudah berbaring di ranjangnya malam itu. Selina pun makin bergidik membayangkan apa yang akan pria itu lakukan padanya karena Selina tahu Dhexel membencinya."Ah, mengapa harus ada momen yang membuat aku berhutang padanya, padahal aku tidak pernah meminta bantuannya untuk membayar hutang!" desah Selina frustasi. Di saat yang sama, Dhexel sendiri juga sedang memikirkan Selina, namun sama sekali tidak seburuk yang Selina pikir. Sejak Dhexel terpesona pada kecantikan wanita itu, Dhexel sudah merasa ada yang aneh dengan dirinya, apalagi sejak mereka berpelukan di dalam lift tadi. Rasanya seolah magnet Selina terus menarik Dhexel, panah cupid juga secara mengejutkan tertancap di hati Dhexel, dan bahasa singkatnya, Dhexel merasa seperti kena pelet. Bahkan Dhexel menyetir ke rumah wanita itu tadi, membantu wanita itu tanpa diminta, dan ingin bertemu lagi setelah mereka berpisah. "Ck, ada yang t
"Sampai kapan kau akan memandangi sushinya, Bos? Makan saja! Apa aku perlu meminta office girl menghangatkannya?" Marlo terus melirik kotak sushi Dhexel yang entah sudah berapa lama dipandangi oleh Dhexel. "Sushi ini bukan untuk dimakan, Marlo." "Lalu untuk apa? Kalau tidak dimakan, lama-lama sushinya akan rusak." "Ck, kau itu cerewet sekali, Marlo! Aku tidak akan memakan sushi ini, tapi aku lapar sekali dan aku tidak sempat keluar makan siang jadi cepat belikan aku makan!""Tapi sushinya ...." "Tidak akan dimakan, Marlo! Sudah cepat pergi sana!" gertak Dhexel kesal. Marlo yang mendengarnya pun tidak berani menyahut lagi dan ia pun langsung pergi untuk membelikan Dhexel makanan, sementara Dhexel sendiri hanya terus tersenyum menatap sushi yang disusun dengan begitu cantik itu. Di sisi lain, Selina dan Bora masih melangkah ke arah kantin siang itu untuk makan siang. Mereka pun melewati lobby untuk menuju ke kantin dan mereka bertemu dengan Marlo di sana. "Eh, Marlo!" panggil S