Saat itu menggema suara genta untuk Ketiga kalinya. Jin Penjunjung Roh dekati kerabatnya Jin Paekatakhijau.
"Tiga orang yang dicari Ruhmundinglaya ada di sini! Kita harus segera memberi tahukan nenek itu! Apa yang hendak dikatakannya. Aku punya firasat keadaan tambah gawat!"
"Aku akan memanggil Ruhcinta dan Patampi, kau harap segera memberi tahu Tringgiling Liang Batu dan Jin Patilandak untuk mengusung nenek itu ke sudut dinding putih dan merah” kata Jin Paekatakhijau pula. Semua orang bergerak cepat. Sebelum terompet pertama berbunyi semua sudah berkumpul di sudut yang ditentukan sementara semua orang yang ada di tempat itu memperhatikan orang yang ada di tempat itu memperhatikan dengan perasaan heran tapi tak ada yang berani mengusik termasuk kelompok tuan rumah di barisan kursi hitam.
"Ruhmundinglaya!" kata Jin Penjunjung Roh sambil letakkan tangan kanannya ke dada Ruhmundinglaya untuk mengalirkan tenaga dalamnya memberi kekuatan pada si nenek yang seka
Ruhmundinglaya angkat tangannya memberi isyarat memotong kata-kaia Ruhcinta sambil geleng-gelengkan kepala. Saat itu kumandang terompet yang kedua memenuhi Ruang Seribu Kehormatan. Si nenek di atas tandu masih saja geleng-gelengkan kepala."Nek, bicaralah! Waktu kita tak ada lagi!" desak Ruhcinta setengah meratap. Sementara Bintang telah berada pula di tempat itu bergabung dengan yang lain-lainnya."Perempuan itu memang ibumu Hai Ruhcinta. Dia ibu kandungmu, tetapi dia bukan Ruhpiranti. Bukan anak Ruhniknik nenekmu ini. Bukan adik Patampi...""Gila! Aku mau gila mendengar kata-katamu!" sentak Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh. "Kalau perempuan gantung diri di hutan itu bukan anakku, bukan Ruhpiranti lalu siapa dia?!""Maafkan aku Ruhniknik. Aku mohon padamu dan pada semua yang ada di sini," Ruhmundinglaya susut air matanya, lalu meneruskan ucapannya. "Waktu Ruhpiranti masih bayi dirinya kuculik, kutukar dengan bayi orang lain.""Jahanam! Mengapa k
"Kau membunuh dua insan tidak berdosa! Anakku dan perempuan yang gantung diri itu!" teriak Ruhniknik. Lalu nenek ini menangis sesenggukan."Aku mohon ampun, dosaku memang setinggi gunung sedalam lautan. Aku..." Suara Ruhmundinglaya terputus. Di tenggorokannya terdengar suara seperti tercekik. Tubuhnya bergetar keras lalu jatuh tertelentang di atas tandu.Ruhcinta menekap mulutnya menahan ratap tangis yang seperti hendak meledakkan dadanya. Ketika akhirnya dia mengangkat kepalanya pandangannya bertemu dengan pandangan Patampi. Di lubuk hatinya saat itu muncul perasaan betapa besar dosanya selama ini karena tidak pernah mengakui lelaki itu sebagai ayahnya. Rahasia besar yang disingkapkan Ruhmundinglaya memberi kenyataan bahwa Patampi bukanlah kakak kandung ibunya. Dan dia terlahir secara wajar dari hasil hubungan sepasang suami istri yang bukan merupakan kakak adik. Apa yang selama ini menghantui jalan hidup dan pikiran serta hati Ruhcinta kini hilang lenyap tak berbekas
Ketika tadi hampir terjadi bentrokan hebat dan akhirnya Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab dan kawan- kawan kembali ke kursi barisan hitam, Ruhrembulan tidak kembali ke kursinya di barisan merah, melainkan melangkah ke deretan kursi hitam dan berhenti di hadapan Sepasang Gadis Bahagia."Ada apa kau berdiri di hadapan kami?!" menghardik Ruhkenanga, gadis termuda dari sepasang gadis kembar ini.Ruhkemboja sang kakak memegang tangan adiknya sambil tersenyum dia berkata lembut. "Gadis cantik, aku tidak pernah melihat dirimu sebelumnya. Kecantikanmu sungguh luar biasa, membuat kami kagum. Sehabis pertemuan ini apakah kita bisa berjumpa? Jika kau sudi kami berdua akan mengundangmu ke tempat kediaman kami.""Aku tahu apa yang ada di dalam benakmu, Hai gadis bernama Ruhkemboja!""Hai! Kau tahu namaku!""Lebih dari itu aku tahu kelainan yang ada dalam dirimu dan adikmu! Kelainan yang selama ini menebar kekejian tiada tara. ""Kakakku, agaknya si cantik in
SUARA terompet menggema untuk Ketiga kalinya di Ruang Seribu Kehormatan. Sesaat kemudian Jin Muka Seribu muncul dari balik sebuah pintu di dinding hitam, langsung melangkah dan naik ke mimbar. Semua orang yang ada di barisan kursi hitam bangkit berdiri dan membungkuk hormat lalu mengelu-elu sang Raja Diraja dengan tepuk tangan menggemuruh. Para tamu lainnya ada yang ikut bertepuk tangan sekedar memberi penghormatan.Jin Muka Seribu angkat tangan kanannya tinggi- tinggi. Setelah suara tepukan sirap dan para pengikutnya di barisan kursi hitam duduk kembali di tempat masing-masing. Penguasa Istana Surga Dunia ini membuka mulut. Suaranya keras menggetarkan enam dinding ruangan pertanda dia memiliki tenaga dalam sangat tinggi."Terima kasih. Terima kasih untuk segala kehadiran dan penghormatan. Hai! Semua penghormatan itu aku kembalikan pada semua tamu yang ada di sini tanpa kecuali. Aku mengucapkan selamat datang. Sebelum aku memberi tahukan maksud undangan pertemuan besar
Sesaat Bintang tatap lekat-lekat wajah cantik jelita Ruhrembulan. Hatinya terenyuh haru. Walau dia tahu dia tak bisa balas menyampaikan ucapan ke telinga si gadis namun dalam hati Ksatria Pengembara berkata."Ruhrembulan, sungguh tulus hatimu. Selama ini kau menganggap diriku sebagai suamimu. Dan aku ini hanya milikmu seorang. Selama ini aku merasa seolah kau tidak akan melepaskan diriku untuk selama- lamanya, apalagi kalau sampai ada gadis lain merasa memiliki diri dan kasih sayangku. Namun ternyata kau masih mau membagi perhatian untuk melindungi orang yang katamu mencintai diriku. Tuhan akan memberkahi dan mengasihimu, Ruhrembulan."Diapit dua gadis cantik Dewi Awan Putih sampai di depan mimbar. Dua gadis segera berbisik pergi. Jin Muka Seribu memberi isyarat agar Dewi Awan Putih lebih mendekat. Dewi itu melangkah maju. Jarak mereka kini hanya terpisah satu langkah. Jin Muka Seribu masih tetap di atas mimbar sedang sang Dewi tegak di lantai agak lebih re
Sadar kalau dirinya segera akan dilanda gempuran serangan mematikan sambil berusaha menginjak alat rahasia di kaki mimbar Jin Muka Seribu membentengi dirinya dengan ilmu "Tangan Jin Tanpa Suara" Ilmu ini adalah ilmu yang dirampas Jin Muka Seribu dari tangan Jin Tangan Seribu Tubuhnya berputar seperti gasing, membentuk kerucut terbalik dan mengepulkan asap merah. Siapa saja lawan atau benda apa saja yang sempat tersedot gerakan berputar, sosok tubuhnya niscaya akan terpental bahkan bisa hancur luluh!Orang pertama yang berkelebat dan menghantam ke arah Jin Muka Seribu adalah Bintang. Sinar putih panas berkiblat dari tangannya, mengeluarkan suara gelegar dahsyat dan menyilaukan seantero ruangan. Itulah pukulan sakti "Matahari Terik"!Pukulan Kedua yang melabrak penguasa Istana Surga Dunia itu adalah selarik sinar kuning menebar santarnya bau setanggi. Berbarengan dengan itu ada udara sangat dingin menggetarkan tengkuk semua orang yang ada di sekitar situ."Pukulan
"Pukulan Lintah Penyedot Jantung! Itu adalah ilmu pukulan yang dimiliki muridku si Jin Santet Laknat! Siapa sebenarnya gadis cantik ini?!" Sang Junjungan berusaha mendekati tapi arus orang yang saling menggebrak membuat dirinya terpental tak karuan.Ketika kekacauan besar mulai pecah di Ruang Seribu Kehormatan, Ruhkinki dan Ruhtinti yang memangku Pakembangan keluarkan seruan tertahan. Karena tiba-tiba pemuda yang tengah sekarat ini berdiri bangkit sambil berucap."Kaki mimbar... alat rahasia di kaki mimbar..." Lalu seperti ada satu kekuatan gaib yang masuk ke dalam tubuhnya pemuda ini melompat berdiri, melangkah cepat menuju mimbar di tempat mana tengah terjadi perkelahian dahsyat antara Jin Muka Seribu dan para pembantunya melawan Ksatria Pengembara yang dibantu oleh para tokoh pembenci Jin Muka Seribu."Pakembangan! Kau mau kemana?!" teriak Ruhkinki."Pakembangan! Kembali ke sini!" berseru Ruhtinti.Tapi Pakembangan terus melangkah cepat ke arah
Kegemparan tambah menggelegar di Ruang Seribu Kehormatan. Banyak orang coba menerobos mencari jalan keluar untuk selamatkan diri. Tapi enam dinding laksana benteng baja yang tak mungkin ditembus.Ditengah kegaduhan itu Jin Terjungkir Langit berteriak keras."Maithatarun! Jin Bara Neraka! Jin Obat Seribu! Kalian semua anak-anakku! Lekas mendekat kemari!"Jin Muka Seribu sempat tercekat mendengar teriakan itu. Namun saat itu dia lebih memusatkan perhatian pada usaha menyelamatkan diri. Apa lagi sesuai rencana dilihatnya lantai di depan dinding hitam mulai bergerak turun. Dia cepat melayang ke bawah.Jin Muka Seribu memang hebat luar biasa. Begitu banyak pukulan sakti mematikan yang menghantam dirinya namun dia masih bisa bertahan menyelamatkan diri dengan ilmu andalannya "Tangan Jin Tanpa Suara". Sinar merah berputar dahsyat melindungi dirinya yang tergoncang hebat kian kemari ketika Patampi memghantamkanya dengan pukulan "Menebar Budi Hari ke Lima", dan Ks