Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / 102. Damai Sebelum Badai!

Share

102. Damai Sebelum Badai!

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Ayo ke kota hutan," ucap Akara membuat Sania langsung memerah padam karena salah sangka. Ia lalu menangkap tangan Akara yang masih di pipinya, lalu menggigitnya.

"Akhhh. Ampun!" teriak Akara kesakitan, lalu Sania melepaskan gigitannya dan berlari ke arah lingkaran teleportasi di ruangan itu. Akara mengejarnya, namun Sania sudah terlebih dahulu berteleportasi menuju kota hutan Araves. Sania bergegas bersembunyi, menyelinap di kerumunan, berpakaian aneh, dan berbagai hal lainnya, namun Akara selalu bisa menemukannya. Setelah itu Sania membeli dua es krim dan dengan malu-malu diberikan pada Akara. Saat Akara ingin menggodanya, ia langsung menarik tangannya untuk pergi membeli bahan pil. Mereka juga membeli topeng yang menutupi matanya agar tidak lagi mengenakan tudung kepala.

Karena tidak memberi kesempatan untuk menggodanya dengan kata-kata, Akara kemudian mencari akal lain. Mencolekkan eskrim pada pipi Sania hingga gadis itu mengejarnya, lalu mendekati tanaman karnivora yang mengejutk
Aldho Alfina

Next 19 Maret 2023 103. Raja kota Shuyal dan Gnome 104. Raja Penempa! 105. Terror Naga!

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penguasa Dewa Naga    103. Raja kota Shuyal dan Gnome

    Sebuah esensi Angin Surgawi berwarna hijau telah bersemayam di dadanya, memberikan energi yang begitu luar biasa hingga membuatnya seperti itu. Makhluk superior itu masih berdiam di pusat gelombang energi, ia nampak masih menyesuaikan diri dengan esensi yang bergabung dengan tubuhnya.Pegunungan batu Vodor yang bersebelahan langsung dengan samudera itu memiliki ujung yang masuk ke dalam laut dan ada sebuah rongga. Rongga besar yang masuk ke dalam pegunungan, memiliki nama Gnome. Kota yang dikenal sebagai surganya para penempa, kini di atasnya sudah penuh dengan puluhan pasukan. Mereka masing-masing menunggangi seekor Wyvrn, makhluk seperti naga eropa, namun hanya memiliki dua kaki dan ukurannya sebesar Komo. Yog Aren, seorang pria bertubuh besar dan kekar, memimpin pasukan itu setelah gelombang energi melewati kota mereka...Untung saja saat itu Akara bergegas turun, kalau tidak, pasti ia masih terjebak di atas. Pasalnya, altar teleportasi tidak dapat digunaka

  • Penguasa Dewa Naga    104. Raja Penempa!

    "Pasukan kota Shuyal bersiap untuk bergabung dengan pasukan kota Gnome! Bagi master aura lainnya yang ingin bergabung, kami akan sangat berterima kasih!" Raja kota Shuyal lalu melakukan segel tangan, membuat lubang besar pada kubah pelindung. Tidak banyak yang mau bergabung, bahkan pasukan kota saja hanya segelintir yang membuka sayap perinya dan menyusul Raja Bento Besiah. "Siapa juga yang mau bunuh diri melawan monster itu, lebih baik menunggu Kaisar Amerta!" seru salah seorang warga."Walau banyak master aura di ranah abadi, apa mampu melawan monster yang dapat meratakan hutan sejauh ratusan kilometer hanya dengan hentakan energinya saja!?""Makhluk yang seharusnya tidak berada di dunia fana, sama saja dengan menyerankan nyawa padanya!" .."Sangat sedikit sekali yang ikut!" ujar seseorang di dekat Bento Besiah hingga terdengar olehnya."Akan dampak yang telah diperbuat makhluk itu, tidak heran jika mental mereka terganggu," ujar

  • Penguasa Dewa Naga    105. Terror Naga!

    Kini Formasi Penyegelan Gunung Vodor telah terbentuk sepenuhnya. Lonjakan tanah seperti balok telah berbentuk seperti gunung batu yang runcing, mengepung Amphipthere. Sekarang yang terlihat dari makhluk itu hanya tersisa kepalanya yang seperti Naga dan esensi Angin Surgawi di dadanya. "Keempat tetua, pertahankan formasi!" seru Yog Aren, ia kemudian membuat lubang pada kubah pelindung dan masuk ke dalam."Sudah gila!" gumam Bento Besiah. "Kita berjaga saja di sini, bersiap-siap jika ada hal yang tak terduga!" serunya pada para master aura dari kota Shuyal.Yog Aren kini turun tepat di depan dada Amphipthere, menutup sayap perinya, namun masih menyalakan aura ranahnya. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya, menghentakkan energinya, lalu muncul semburan Magma dari tanah di belakangnya. Magmanya tidak seperti milik Salamander yang menyala merah, milik Yog Aren memiliki warna dominan hitam karena sebagian besar membatu. Walaupun membatu, tapi di atasnya

  • Penguasa Dewa Naga    106. Kombo Dua Raja!

    Karena tekanan gravitasi yang disebabkan oleh aura Naga, membuat para master aura terjerembab di tanah. Para penunggang Wyvrn juga tersungkur di atas bintang sihir mirip naga itu, yang masih bisa bertahan hanyalah kedua Raja dan juga tetuanya. Walau begitu, energi mereka terkuras dengan cepat dan memutuskan untuk menutup sayap perinya."Cepat ambil posisi kembali!" teriak tetua pada pasukan penunggang Wyvrn. Mereka segera di posisinya masing-masing, namun para master aura dari kota Shuyal memutuskan untuk kembali. Bento Besiah tidak melarangnya, namun masih menahan beberapa pasukannya. Amphipthere mencoba untuk keluar dari kubah pelindung, ia menabrakkan kepalanya, namun tidak dapat menghancurkan pelindung kuat itu. Setelah itu ia terbang, memutari bagian pinggir kubah beberapa putaran hingga terbangnya semakin cepat. Setelah itu meluncur ke arah terjauh dan menabraknya. Walau pelindung tidak hancur, tapi terguncang dengan hebatnya."Kalian jaga pelindung

  • Penguasa Dewa Naga    107. Magma+Angin Surgawi

    Untung saja ada lonjakan tanah yang diluncurkan oleh Yog Aren, mendorong Amphipthere dan menggagalkan serangannya. Setelah mengambil senjatanya, mereka melesat lagi. Kini bukanlah kejar-kejaran, namun saling melesat antara kedua raja dan Amphipthere. Saling menyerang di udara dengan sangat cepat hingga hanya terlihat beberapa percikan energi dalam satu detik. Cukup lama mereka bertarung hingga kelelahan, namun tidak dengan ular itu. Ia masih terlihat bugar dan hanya beberapa sisiknya yang terlepas."Alihkan pandangannnya! Aku akan menyiapkan Dunia Magma!" seru Yog Aren yang langsung terbang menjauh dan turun."Baiklah!" Bento nampak tenang, menutup sayap perinya, lalu menghentakkan ujung belakang tombak di tanah. Jlenggg!Terjadi getaran, padahal hanya pelan ia hentakkan, lalu disusul oleh keluarnya air dari dalam tanah. Air itu melayang ke udara seperti tetesan kecil, namun segera berkumpul membentuk aliran sungai. Beberapa orang terkejut sekali

  • Penguasa Dewa Naga    108. Ken Terbakar!

    "Buka!" teriaknya saat hampir mencapai ujung kubah dan punggungnya mulai terbakar.Woshhhhhh!!Tornado api memenuhi kubah pelindung, bahkan keluar dari lubang seperti semburan dari mesin roket. Semburan api sejauh ratusan meter, yanng perlahan mulai mengecil dan lenyap karena kubah yang tertutup. Bekas semburan di luar kubah bahkan sampai membakar tanah menjadi magma. Kedua Raja itu ternyata berada di samping semburan, hanya berjarak satu meter saja. Mereka terkapar di tanah dengan pakaian yang bolong-bolong karena terbakar. Mereka semua jadi bergidik ngeri, membayangkan betapa panasnya api itu di dalam kubah. "Yang Mulia!" Dua orang tetua langsung mendekati Raja mereka masing-masing dan membantunya berdiri."Segera pergi dari sini," ucap Lemon, karena Bento Besiah sekarang lebih lemas daripada Yog Aren."Kubah pelindung bisa bertahan dengan energinya sendiri selama beberapa saat, aku tidak bisa mematikan api itu lagi," imbuh Yog Aren."Tapi Yang Mulia! Jika pelindung pecah, kota Shuy

  • Penguasa Dewa Naga    109. Amphipthere Menuju Kota!

    "Bertahan!" serunya sambil mengeluarkan kedua aura dan api Surgawi, ia kemudian menyelimuti tubuh Ken menggunakan apinya. Kini tidak ada lagi api yang menembus masuk, bahkan tubuh Ken rasa sakitnya mulai berkurang. Mereka kagum akan regenerasi ranah milik Akara yang kini telah berada di ranah Mijil penuh. Akan tetapi, tiba-tiba api miliknya terserap masuk ke dalam kepala Ken."Apa yang terjadi!?" Akara cukup terkejut dan membesarkan apinya, namun tetap saja mau seberapa besar api itu akan terserap. Kini rintihan kesakitan ular raksasa itu kembali terdengar, ia benar-benar terbakar dari luar. Walaupun demikian, Akara tetap tidak menyerah dan terus-menerus mengalirkan apinya. Kini tidak hanya Ken yang merasa kepanasan, mereka yang ada di bawahnya juga merasakan panas. Menyadari hal itu, Akara lalu mengalirkan energi dinginnya dan tetap membuat api yang terus diserap oleh Ken."Agkhhhh!" Ia benar-benar berjuang sekuat tenaga hingga membuat mereka khawatir."T

  • Penguasa Dewa Naga    110. Tidak Ada Harapan Lagi!

    Di kota ShuyalAda seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan dengan rambut hitam panjang dan kumis berbentuk garis centang, mendekati Bento Besiah yang tengah terbaring di istana. Aura tenang dan berwibawa terpancar dari penampilannya. Namanya Alred Jati, seorang Master Alkemis tingkat enam dari kota Shuyal.Di sisi lain, ada pria tua yang sudah botak, hanya menyisakan rambut putih tipis di bagian sampingnya saja. Tubuhnya bungkuk, juga ada sebuah tongkat kayu yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya. Sebuah lencana master Alkemis level enam tergantung pada kepala tongkat itu. Dia juga Master Alkemis tingkat enam dari kota itu, tepatnya Aliansi Angin Malam. Ia langsung mendekati ketua Aliansi bernama Lemon.Keduanya begitu khawatir dan langsung memberikan pil Penyembuhan kepada mereka. Alred Jati juga mendekati Raja kota Gnome dan dengan halus menawarkan pil Penyembuhan padanya. Segera setelah itu mereka bersila, masuk dalam mode latihan untuk memulihkan

Latest chapter

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

DMCA.com Protection Status