Sebuah esensi Angin Surgawi berwarna hijau telah bersemayam di dadanya, memberikan energi yang begitu luar biasa hingga membuatnya seperti itu. Makhluk superior itu masih berdiam di pusat gelombang energi, ia nampak masih menyesuaikan diri dengan esensi yang bergabung dengan tubuhnya.
Pegunungan batu Vodor yang bersebelahan langsung dengan samudera itu memiliki ujung yang masuk ke dalam laut dan ada sebuah rongga. Rongga besar yang masuk ke dalam pegunungan, memiliki nama Gnome. Kota yang dikenal sebagai surganya para penempa, kini di atasnya sudah penuh dengan puluhan pasukan. Mereka masing-masing menunggangi seekor Wyvrn, makhluk seperti naga eropa, namun hanya memiliki dua kaki dan ukurannya sebesar Komo. Yog Aren, seorang pria bertubuh besar dan kekar, memimpin pasukan itu setelah gelombang energi melewati kota mereka...Untung saja saat itu Akara bergegas turun, kalau tidak, pasti ia masih terjebak di atas. Pasalnya, altar teleportasi tidak dapat digunaka"Pasukan kota Shuyal bersiap untuk bergabung dengan pasukan kota Gnome! Bagi master aura lainnya yang ingin bergabung, kami akan sangat berterima kasih!" Raja kota Shuyal lalu melakukan segel tangan, membuat lubang besar pada kubah pelindung. Tidak banyak yang mau bergabung, bahkan pasukan kota saja hanya segelintir yang membuka sayap perinya dan menyusul Raja Bento Besiah. "Siapa juga yang mau bunuh diri melawan monster itu, lebih baik menunggu Kaisar Amerta!" seru salah seorang warga."Walau banyak master aura di ranah abadi, apa mampu melawan monster yang dapat meratakan hutan sejauh ratusan kilometer hanya dengan hentakan energinya saja!?""Makhluk yang seharusnya tidak berada di dunia fana, sama saja dengan menyerankan nyawa padanya!" .."Sangat sedikit sekali yang ikut!" ujar seseorang di dekat Bento Besiah hingga terdengar olehnya."Akan dampak yang telah diperbuat makhluk itu, tidak heran jika mental mereka terganggu," ujar
Kini Formasi Penyegelan Gunung Vodor telah terbentuk sepenuhnya. Lonjakan tanah seperti balok telah berbentuk seperti gunung batu yang runcing, mengepung Amphipthere. Sekarang yang terlihat dari makhluk itu hanya tersisa kepalanya yang seperti Naga dan esensi Angin Surgawi di dadanya. "Keempat tetua, pertahankan formasi!" seru Yog Aren, ia kemudian membuat lubang pada kubah pelindung dan masuk ke dalam."Sudah gila!" gumam Bento Besiah. "Kita berjaga saja di sini, bersiap-siap jika ada hal yang tak terduga!" serunya pada para master aura dari kota Shuyal.Yog Aren kini turun tepat di depan dada Amphipthere, menutup sayap perinya, namun masih menyalakan aura ranahnya. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya, menghentakkan energinya, lalu muncul semburan Magma dari tanah di belakangnya. Magmanya tidak seperti milik Salamander yang menyala merah, milik Yog Aren memiliki warna dominan hitam karena sebagian besar membatu. Walaupun membatu, tapi di atasnya
Karena tekanan gravitasi yang disebabkan oleh aura Naga, membuat para master aura terjerembab di tanah. Para penunggang Wyvrn juga tersungkur di atas bintang sihir mirip naga itu, yang masih bisa bertahan hanyalah kedua Raja dan juga tetuanya. Walau begitu, energi mereka terkuras dengan cepat dan memutuskan untuk menutup sayap perinya."Cepat ambil posisi kembali!" teriak tetua pada pasukan penunggang Wyvrn. Mereka segera di posisinya masing-masing, namun para master aura dari kota Shuyal memutuskan untuk kembali. Bento Besiah tidak melarangnya, namun masih menahan beberapa pasukannya. Amphipthere mencoba untuk keluar dari kubah pelindung, ia menabrakkan kepalanya, namun tidak dapat menghancurkan pelindung kuat itu. Setelah itu ia terbang, memutari bagian pinggir kubah beberapa putaran hingga terbangnya semakin cepat. Setelah itu meluncur ke arah terjauh dan menabraknya. Walau pelindung tidak hancur, tapi terguncang dengan hebatnya."Kalian jaga pelindung
Untung saja ada lonjakan tanah yang diluncurkan oleh Yog Aren, mendorong Amphipthere dan menggagalkan serangannya. Setelah mengambil senjatanya, mereka melesat lagi. Kini bukanlah kejar-kejaran, namun saling melesat antara kedua raja dan Amphipthere. Saling menyerang di udara dengan sangat cepat hingga hanya terlihat beberapa percikan energi dalam satu detik. Cukup lama mereka bertarung hingga kelelahan, namun tidak dengan ular itu. Ia masih terlihat bugar dan hanya beberapa sisiknya yang terlepas."Alihkan pandangannnya! Aku akan menyiapkan Dunia Magma!" seru Yog Aren yang langsung terbang menjauh dan turun."Baiklah!" Bento nampak tenang, menutup sayap perinya, lalu menghentakkan ujung belakang tombak di tanah. Jlenggg!Terjadi getaran, padahal hanya pelan ia hentakkan, lalu disusul oleh keluarnya air dari dalam tanah. Air itu melayang ke udara seperti tetesan kecil, namun segera berkumpul membentuk aliran sungai. Beberapa orang terkejut sekali
"Buka!" teriaknya saat hampir mencapai ujung kubah dan punggungnya mulai terbakar.Woshhhhhh!!Tornado api memenuhi kubah pelindung, bahkan keluar dari lubang seperti semburan dari mesin roket. Semburan api sejauh ratusan meter, yanng perlahan mulai mengecil dan lenyap karena kubah yang tertutup. Bekas semburan di luar kubah bahkan sampai membakar tanah menjadi magma. Kedua Raja itu ternyata berada di samping semburan, hanya berjarak satu meter saja. Mereka terkapar di tanah dengan pakaian yang bolong-bolong karena terbakar. Mereka semua jadi bergidik ngeri, membayangkan betapa panasnya api itu di dalam kubah. "Yang Mulia!" Dua orang tetua langsung mendekati Raja mereka masing-masing dan membantunya berdiri."Segera pergi dari sini," ucap Lemon, karena Bento Besiah sekarang lebih lemas daripada Yog Aren."Kubah pelindung bisa bertahan dengan energinya sendiri selama beberapa saat, aku tidak bisa mematikan api itu lagi," imbuh Yog Aren."Tapi Yang Mulia! Jika pelindung pecah, kota Shuy
"Bertahan!" serunya sambil mengeluarkan kedua aura dan api Surgawi, ia kemudian menyelimuti tubuh Ken menggunakan apinya. Kini tidak ada lagi api yang menembus masuk, bahkan tubuh Ken rasa sakitnya mulai berkurang. Mereka kagum akan regenerasi ranah milik Akara yang kini telah berada di ranah Mijil penuh. Akan tetapi, tiba-tiba api miliknya terserap masuk ke dalam kepala Ken."Apa yang terjadi!?" Akara cukup terkejut dan membesarkan apinya, namun tetap saja mau seberapa besar api itu akan terserap. Kini rintihan kesakitan ular raksasa itu kembali terdengar, ia benar-benar terbakar dari luar. Walaupun demikian, Akara tetap tidak menyerah dan terus-menerus mengalirkan apinya. Kini tidak hanya Ken yang merasa kepanasan, mereka yang ada di bawahnya juga merasakan panas. Menyadari hal itu, Akara lalu mengalirkan energi dinginnya dan tetap membuat api yang terus diserap oleh Ken."Agkhhhh!" Ia benar-benar berjuang sekuat tenaga hingga membuat mereka khawatir."T
Di kota ShuyalAda seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan dengan rambut hitam panjang dan kumis berbentuk garis centang, mendekati Bento Besiah yang tengah terbaring di istana. Aura tenang dan berwibawa terpancar dari penampilannya. Namanya Alred Jati, seorang Master Alkemis tingkat enam dari kota Shuyal.Di sisi lain, ada pria tua yang sudah botak, hanya menyisakan rambut putih tipis di bagian sampingnya saja. Tubuhnya bungkuk, juga ada sebuah tongkat kayu yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya. Sebuah lencana master Alkemis level enam tergantung pada kepala tongkat itu. Dia juga Master Alkemis tingkat enam dari kota itu, tepatnya Aliansi Angin Malam. Ia langsung mendekati ketua Aliansi bernama Lemon.Keduanya begitu khawatir dan langsung memberikan pil Penyembuhan kepada mereka. Alred Jati juga mendekati Raja kota Gnome dan dengan halus menawarkan pil Penyembuhan padanya. Segera setelah itu mereka bersila, masuk dalam mode latihan untuk memulihkan
"Kalian sudah tau siapa saya, saya hanya mengkonfirmasi bahwa apa yang dikatakan oleh Raja Bento Besiah adalah benar adanya! Hujan petir beberapa bulan yang lalu merupakan malapetaka yang menimpa para Kaisar termasuk Kaisar Amerta!" ucapnya disusul oleh dentuman keras karena Amphipthere menabrak kubah pelindung. Kepanikan masal langsung terjadi, dalam sekejap aliran energi terputus semua, termasuk beberapa pasukan yang juga mentalnya goyah. Mereka langsung bergegas menuju sisi lain kota, namun Amphipthere ternyata terus mengikuti mereka. Binatang Sihir tingkat Naga tiga pola itu ternyata tertarik oleh aura keberadaan manusia. Oleh karena itu, mereka kepanikan dan memilih berada di dekat istana yang ada di tengah kota. Kini Amphipthere berada tepat di atas mereka, mencoba menghancurkan kubah pelindung. Harapan mereka untuk kabur telah hancur, ditambah dengan teriakan kepanikan emak-emak dan anak-anak kecil. Tiba-tiba salah satu tetua mendekati Bento Besiah dan mengusulkan suatu ide.