Karena tekanan gravitasi yang disebabkan oleh aura Naga, membuat para master aura terjerembab di tanah. Para penunggang Wyvrn juga tersungkur di atas bintang sihir mirip naga itu, yang masih bisa bertahan hanyalah kedua Raja dan juga tetuanya. Walau begitu, energi mereka terkuras dengan cepat dan memutuskan untuk menutup sayap perinya."Cepat ambil posisi kembali!" teriak tetua pada pasukan penunggang Wyvrn. Mereka segera di posisinya masing-masing, namun para master aura dari kota Shuyal memutuskan untuk kembali. Bento Besiah tidak melarangnya, namun masih menahan beberapa pasukannya. Amphipthere mencoba untuk keluar dari kubah pelindung, ia menabrakkan kepalanya, namun tidak dapat menghancurkan pelindung kuat itu. Setelah itu ia terbang, memutari bagian pinggir kubah beberapa putaran hingga terbangnya semakin cepat. Setelah itu meluncur ke arah terjauh dan menabraknya. Walau pelindung tidak hancur, tapi terguncang dengan hebatnya."Kalian jaga pelindung
Untung saja ada lonjakan tanah yang diluncurkan oleh Yog Aren, mendorong Amphipthere dan menggagalkan serangannya. Setelah mengambil senjatanya, mereka melesat lagi. Kini bukanlah kejar-kejaran, namun saling melesat antara kedua raja dan Amphipthere. Saling menyerang di udara dengan sangat cepat hingga hanya terlihat beberapa percikan energi dalam satu detik. Cukup lama mereka bertarung hingga kelelahan, namun tidak dengan ular itu. Ia masih terlihat bugar dan hanya beberapa sisiknya yang terlepas."Alihkan pandangannnya! Aku akan menyiapkan Dunia Magma!" seru Yog Aren yang langsung terbang menjauh dan turun."Baiklah!" Bento nampak tenang, menutup sayap perinya, lalu menghentakkan ujung belakang tombak di tanah. Jlenggg!Terjadi getaran, padahal hanya pelan ia hentakkan, lalu disusul oleh keluarnya air dari dalam tanah. Air itu melayang ke udara seperti tetesan kecil, namun segera berkumpul membentuk aliran sungai. Beberapa orang terkejut sekali
"Buka!" teriaknya saat hampir mencapai ujung kubah dan punggungnya mulai terbakar.Woshhhhhh!!Tornado api memenuhi kubah pelindung, bahkan keluar dari lubang seperti semburan dari mesin roket. Semburan api sejauh ratusan meter, yanng perlahan mulai mengecil dan lenyap karena kubah yang tertutup. Bekas semburan di luar kubah bahkan sampai membakar tanah menjadi magma. Kedua Raja itu ternyata berada di samping semburan, hanya berjarak satu meter saja. Mereka terkapar di tanah dengan pakaian yang bolong-bolong karena terbakar. Mereka semua jadi bergidik ngeri, membayangkan betapa panasnya api itu di dalam kubah. "Yang Mulia!" Dua orang tetua langsung mendekati Raja mereka masing-masing dan membantunya berdiri."Segera pergi dari sini," ucap Lemon, karena Bento Besiah sekarang lebih lemas daripada Yog Aren."Kubah pelindung bisa bertahan dengan energinya sendiri selama beberapa saat, aku tidak bisa mematikan api itu lagi," imbuh Yog Aren."Tapi Yang Mulia! Jika pelindung pecah, kota Shuy
"Bertahan!" serunya sambil mengeluarkan kedua aura dan api Surgawi, ia kemudian menyelimuti tubuh Ken menggunakan apinya. Kini tidak ada lagi api yang menembus masuk, bahkan tubuh Ken rasa sakitnya mulai berkurang. Mereka kagum akan regenerasi ranah milik Akara yang kini telah berada di ranah Mijil penuh. Akan tetapi, tiba-tiba api miliknya terserap masuk ke dalam kepala Ken."Apa yang terjadi!?" Akara cukup terkejut dan membesarkan apinya, namun tetap saja mau seberapa besar api itu akan terserap. Kini rintihan kesakitan ular raksasa itu kembali terdengar, ia benar-benar terbakar dari luar. Walaupun demikian, Akara tetap tidak menyerah dan terus-menerus mengalirkan apinya. Kini tidak hanya Ken yang merasa kepanasan, mereka yang ada di bawahnya juga merasakan panas. Menyadari hal itu, Akara lalu mengalirkan energi dinginnya dan tetap membuat api yang terus diserap oleh Ken."Agkhhhh!" Ia benar-benar berjuang sekuat tenaga hingga membuat mereka khawatir."T
Di kota ShuyalAda seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan dengan rambut hitam panjang dan kumis berbentuk garis centang, mendekati Bento Besiah yang tengah terbaring di istana. Aura tenang dan berwibawa terpancar dari penampilannya. Namanya Alred Jati, seorang Master Alkemis tingkat enam dari kota Shuyal.Di sisi lain, ada pria tua yang sudah botak, hanya menyisakan rambut putih tipis di bagian sampingnya saja. Tubuhnya bungkuk, juga ada sebuah tongkat kayu yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya. Sebuah lencana master Alkemis level enam tergantung pada kepala tongkat itu. Dia juga Master Alkemis tingkat enam dari kota itu, tepatnya Aliansi Angin Malam. Ia langsung mendekati ketua Aliansi bernama Lemon.Keduanya begitu khawatir dan langsung memberikan pil Penyembuhan kepada mereka. Alred Jati juga mendekati Raja kota Gnome dan dengan halus menawarkan pil Penyembuhan padanya. Segera setelah itu mereka bersila, masuk dalam mode latihan untuk memulihkan
"Kalian sudah tau siapa saya, saya hanya mengkonfirmasi bahwa apa yang dikatakan oleh Raja Bento Besiah adalah benar adanya! Hujan petir beberapa bulan yang lalu merupakan malapetaka yang menimpa para Kaisar termasuk Kaisar Amerta!" ucapnya disusul oleh dentuman keras karena Amphipthere menabrak kubah pelindung. Kepanikan masal langsung terjadi, dalam sekejap aliran energi terputus semua, termasuk beberapa pasukan yang juga mentalnya goyah. Mereka langsung bergegas menuju sisi lain kota, namun Amphipthere ternyata terus mengikuti mereka. Binatang Sihir tingkat Naga tiga pola itu ternyata tertarik oleh aura keberadaan manusia. Oleh karena itu, mereka kepanikan dan memilih berada di dekat istana yang ada di tengah kota. Kini Amphipthere berada tepat di atas mereka, mencoba menghancurkan kubah pelindung. Harapan mereka untuk kabur telah hancur, ditambah dengan teriakan kepanikan emak-emak dan anak-anak kecil. Tiba-tiba salah satu tetua mendekati Bento Besiah dan mengusulkan suatu ide.
"Bisa kah? Itu Amphipthere berada di tengah kota yang bermil-mil jaraknya!" "Tentu saja!" Ken dengan yakin terus mendekat hingga jarak puluhan meter dari kubah. Ia lalu menghentakkan batu tadi di depannya dan melata lebih cepat ke depan, lalu melontarkan batu itu sekuat tenaga.Suwhhh bwang!Batu itu melambung tinggi, lalu menghantam tubuh Amphipthere hingga menghentikan semburannya.Hwahhhh!Auman Amphipthere membuat debu yang menyebar dari batu menghilang, lalu menghadap ke arah Ken yang tengah berdiri. King Kobra raksasa ini lalu membalas aumannya sambil mengeluarkan aura Naganya. Kini kedua binatang sihir tingkat naga saling menatap, membuat para warga tertegun akan kehadirannya. Suasana malam itu benar-benar mencekam, kini terpampanglah King Kobra raksasa di bawah sinar aura Naga yang merah menyala."Tingkat Naga lainnya!? Berakhir sudah!" Harapan kecil yang mereka dapatkan jadi pupus kembali. Kedatangan binatang sihir ting
Warga kota hutan Araves begitu penasaran dengan kedua binatang sihir tingkat Naga. Kini karena keduanya saling melilit dan terbang, dapat terlihat jelas karena bantuan aura Naga mereka, serta energi Akara yang mengalir."Tiga pola!? Mungkinkah dia yang menyebabkan semua bencana ini!?""Kalaupun iya, siapa yang sedang melawannya itu?""Bagaimana bisa dia bekerjasama dengan binatang sihir tingkat Naga lainnya!?"Walaupun demikian, tidak ada satupun dari mereka yang memiliki niatan untuk membantu..."Tuan muda! Cari cara untuk mengambil esensinya!" teriak Ken sambil kepalanya terus bergerak untuk menghindari bilah angin yang disemburkan oleh Amphipthere."Tentu!" Akara kemudian mengambil kedua pedangnya, lalu melompat-lompat menuju Esensi Surgawi berada. Hembusan angin dari sayap Amphipthere membuatnya harus berhati-hati, sempat ia merasa ngeri saat melihat ke bawah. Mereka begitu jauh dari tanah, namun Akara menguatkan tekadnya dan akhirnya sampai di depan Esensi Angin Surgawi yang ia
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak