Home / Romansa / Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku / Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona

Share

Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona

Author: Nana
last update Last Updated: 2025-03-13 22:00:26

BAB 5

Merasa hidupnya terancam, wanita itu buru-buru keluar dari kamar. Tidak hanya keluar kamar, Arra bertekad untuk pergi dari mansion detik ini juga.

Marah ... Tentu saja Arra marah, wanita itu teramat sangat marah, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Arra masih lebih sayang nyawanya untuk melakukan balas dendam sekarang. Arra berniat untuk mengumpulkan uang yang banyak, lalu pada akhirnya saat dirinya sudah memiliki kuasa dan uang, ia akan datang lagi menuntut balas akan kematian orang tuanya.

“Nona mau kemana?” Security yang melihat Arra hendak keluar gerbang, lantas menghampiri wanita itu.

“Aku ingin membeli beberapa camilan, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?” Arra sebisa mungkin bersikap normal, kesedihan, kemarahan dan kekecewaannya dia tutupi dengan senyum.

Melihat keraguan di wajah security itu, Arra langsung bicara lagi, “Eiden sudah memberi izin, justru kau akan dapat masalah jika kau tidak membuka gerbangnya. Boss kamu sedang banyak pekerjaan, jadi dia tidak bisa mengantarku seperti biasanya.”

Security itu pun dengan segera membuka gerbang, takut jika dia mendapat masalah seperti yang Arra bilang.

Tiba di luar, Arra berjalan ke arah supermarket yang memang tidak jauh dari sana, namun setibanya di depan supermarket, Arra bukan masuk ke dalam, dia justru menyetop taksi dan pergi dari sana.

“Shit ... Aku baru sadar bahwa dia melarang ku pergi dari mansionnya hanya agar dia lebih mudah mengawasiku. Dan betapa bodohnya, aku baru menyadarinya sekarang.”

“Mau ke mana, Nona?” Sopir taksi itu mengembalikan atensinya yang mengembara pada seminggu yang sudah dia lalui di mansion Eiden.

Arra menyebutkan tempat apartemennya. Arra kembali ke apartemennya bukan untuk tinggal di sana lagi, melainkan hanya untuk mengambil beberapa baju untuk dia pergi jauh dari kota ini sebelum Eiden menyadari bahwa dia sudah kabur dari mansionnya. Arra harus bergerak cepat sebelum orang suruhan Eiden berhasil menyusulnya seperti waktu lalu.

Belajar dari pengalaman saat dia kabur setelah menghabiskan malam bersama pria jahat itu, Arra berhasil ditemukan dan dibawa ke mansion pria itu. Arra merasa bahwa ia tak bisa tetap tinggal di kota yang sama dengan orang yang mengincar nyawanya. Terlebih, sampai saat ini Arra belum tahu bagaimana nasib sang ayah yang jasadnya tak juga ditemukan. Entah ayahnya juga sudah tiada, atau justru disekap oleh pria jahat itu.

Tak ada lagi penilaian baik dari Arra untuk Eiden. Kendati selama seminggu ini pria itu memperlakukannya dengan sangat baik dan istimewa, tapi Arra kini menyadari semua itu semata-mata untuk menutupi kejahatannya.

Selesai berkemas, Arra lantas memesan taksi, menggunakan sisa uang yang dia punya, Arra pergi ke stasiun. Dengan menggunakan kereta, dia meninggalkan kota kelahirannya. Arra akan pulang ke kampung halaman ibunya di pedesaan.

“Maafkan aku, Bu. Aku terpaksa pergi.”

“Aku yakin ibu mengerti kondisi ku sekarang. Jika ibu masih hidup, ibu pasti sudah menyuruh ku untuk pergi demi keselamatan ku, kan?” Air mata Arra jatuh terlebih saat dia sadar bahwa setelah ini, dia tak kan bisa mengunjungi makam ibunya lagi.

Sepanjang perjalanan, Arra hanya terus menangis, dia tak peduli dengan tatapan beberapa penumpang kereta yang lain yang diam-diam melirik padanya.

Sekarang kereta tiba di stasiun, Arra hanya perlu naik taksi dari stasiun ke alamat rumah neneknya. Namun baru tiba di gang yang menuju ke rumah sang nenek, ia melihat banyak orang berkumpul dan beberapa orang berjalan tergesa-gesa menuju ke rumah neneknya.

Arra lantas menghentikan salah seorang yang baru lewat di sampingnya. “Maaf ... Itu di sana ada apa? Kenapa ramai sekali?”

“Nenek Shopia ditemukan meninggal di dalam rumahnya. Sekarang masih dievakuasi oleh petugas. Sayangnya anak satu-satunya yang berada di kota tidak bisa dihubungi,” ucap orang itu.

Arra merasa tubuhnya kembali lemas, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Jelas anaknya Nenek Shopia tidak bisa dihubungi, sebab ia sudah meninggal seminggu yang lalu.

“Tuhan ... Bahkan nenek pun tidak luput dari kekejian mereka.” Arra kini berbalik. Dia rasa kampung halaman neneknya bukanlah tempat yang tepat untuk dijadikan persembunyiannya, sebab orang-orang suruhan Eiden rupanya sudah mengetahui semua tentang dirinya.

Arra terpaksa berbalik pergi, dia khawatir keberadaannya diketahui oleh orang-orang suruhan Eiden atau bahkan oleh pria itu.

Arra berjalan dengan menarik koper besar di tangannya, dia tak punya tujuan sekarang. Sampai tiba-tiba ponselnya berdering dan rupanya itu adalah rekan kerjanya yang menanyakan kemana dia satu Minggu ini tidak pernah masuk kerja?

Arra mengatakan bahwa dia memiliki urusan keluarga di kampungnya, dan kemungkinan ia tak kan bisa bekerja lagi sebab dia akan menetap di kampung.

Obrolan singkat itu berakhir setelah temannya mengatakan bahwa dia akan membantu Arra jika wanita itu memiliki masalah. Arra tentu saja berterima kasih untuk itu, namun dia tidak mengatakan masalahnya yang sebenarnya.

Arra tidak tahu sudah berapa lama ia berjalan, dia juga tak memerhatikan sudah berapa jauh dia melangkah, dia benar-benar tak memiliki tujuan. Saat merasa kakinya cukup pegal dan perutnya terasa keroncongan, dia memutuskan untuk berhenti di sebuah bangku taman yang di pinggir taman itu ada banyak orang berjualan makanan.

Arra melihat penjual pirozhki yang berada tak jauh dari tempat duduknya, ia teringat ibunya membuatkan makanan itu terakhir kali saat dia berkunjung. Arra lantas memesan itu untuk mengganjal perutnya yang sejak kabur dari mansion Eiden, belum diisi sama sekali.

“Terimakasih,” ucapnya ramah saat pedagang yang sudah cukup tua itu mengantarkan pesanannya.

Arra mengamati bentuk pirozhki di tangannya, seketika wajah ibunya yang sedang tersenyum berkelebat dalam ingatannya.

Arra lantas memotong roti itu menjadi dua bagian, menampakkan isian dari pirozhki yang begitu penuh dan menggugah selera. Terlebih aroma daging bercampur dengan bumbu di dalamnya yang semakin menguar saat roti itu dibuka.

“Hmmppp ....” Arra lekas menutup mulutnya saat dia tiba-tiba merasa ingin muntah begitu mencium aroma makanan itu.

Arra juga merasa kepalanya tiba-tiba pusing, aroma daging giling, kentang tumbuk, jamur, dengan daun bawang yang seharusnya membuat selera makannya bertambah justru kini membuat perutnya ingin muntah. Arra pun segera membayar makanan itu dan lekas pergi dari sana. Namun baru beberapa langkah ia keluar meninggalkan taman, tubuhnya limbung dan Arra jatuh pingsan.

****

Arra terbangun dalam kamar bernuansa putih dan berbau obat-obatan. Dia sangat hapal dengan aroma ini, ini adalah rumah sakit.

Arra melihat sekitar, tidak ada siapapun yang di sekitarnya. Arra takut Eiden atau anak buahnya akan mengetahui keberadaannya, jadi dia harus segera pergi dari rumah sakit ini.

Namun baru saja dia turun dari ranjang, seseorang datang dan menyapanya.

"Akhirnya kau siuman juga."

Arra menoleh dan mendapati pria berseragam dokter berjalan ke arahnya.

"Ya, aku sudah sehat dan harus segera pergi. terimakasih anda sudah menolongku." Arra tak mau terlalu lama berada di rumah sakit, sekali lagi dia takut kalau sampai Eiden berhasil menemukannya.

Dokter tampan itu tersenyum, "kau memang tidak sedang sakit, tapi kurasa kau perlu vitamin agar bayimu tumbuh sehat."

Arra yang semula sibuk mencari baju ganti, seketika berhenti mendengar ucapan sang dokter.

"A-apa?! Bayi?" Arra berbalik, tercetak jelas keterkejutan di wajahnya.

"Ya. Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona. usia kehamilanmu baru satu minggu."

Dan penjelasan dokter itu membuat Arra nyaris limbung, namun tangannya berhasil berpegangan pada pinggiran ranjang rumah sakit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Pria baik atau jahat?

    "Ya. Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona. usia kehamilanmu baru satu minggu." Syok dan kaget Arra mendengar pernyataan dari dokter itu, dia bahkan nyaris terjatuh namun buru-buru berpegangan pada pinggiran ranjang rumah sakit. "T-tidak mungkin!" Arra bergumam sendiri. Seketika bayangan seminggu yang lalu terekam dalam ingatannya. Bagaimana dia mabuk sampai menghabiskan malam panas bersama dengan Eiden. Pria itu sungguh brengsek! Setelah tidur dengan Arra, dia lalu membunuh orang tua Arra, lalu sekarang, bisa-bisanya dia bikin Arra hamil?! Arkh ... Arra seperti mau gila memikirkan ini. Ditambah selama seminggu tinggal di mansion Eiden, pria itu selalu memperlakukannya dengan sangat manis. Meski Arra tak diperbolehkan keluar, tapi hampir setiap malam Eiden memberi kejutan manis padanya, entah itu makan malam romantis atau sekedar memberi hadiah padanya. Jika teringat perlakuan manis pria itu, rasanya Arra ingin kembali dan memberitahu kehamilannya. Tapi bayangan kematian sang a

    Last Updated : 2025-04-09
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Tentang Mia

    'Apa Dokter Andrew ini tak sebaik yang aku kira.' 'Ah, sekalipun iya, sepertinya dia hanya gila wanita. Bukan jahat yang tega membunuh orang seperti pria gila itu.' Arra bergumam dalam hatinya. Pria gila yang dia maksud tentu saja Eiden. Dari rasa yang mulai tumbuh seketika berubah menjadi kebencian, bak tunas tanaman yang siap tumbuh menjadi batang, namun disiram air panas yang langsung mati seketika. Begitulah perumpamaan hati Arra sekarang. Arra menghela napas panjang, bodoh sekali! Entah kenapa di setiap situasi, dia selalu membawa nama Eiden di pikirannya. Kendati sebatas membandingkan, tapi itu justru membuat Arra mengingat pria itu tanpa disadari. "Bi ... Jangan paksa dia, biarkan Arra yang memilih sendiri. Toh, selama ini tak ada siapapun yang mau pakai kamar itu karena bekas orang mati." Tiba-tiba Andrew muncul, wajahnya tampak sendu. "Tidak! Bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa tak pantas memakai kamar ini, karena aku bukan Mia, gadis kecil yang kalian sayang.

    Last Updated : 2025-04-09
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Dokter bodoh!

    Mendengar kata 'ingin sendiri', Andrew langsung panik. Dia berlari menaiki tangga menuju tempat di mana Arra berada. Entah kenapa, bayangan saat Mia tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan penuh darah seketika memenuhi kepalanya. Andrew khawatir, dia juga takut kalau sampai Arra melakukan hal bodoh seperti yang Mia lakukan. Membuka pintu, Andrew berlari masuk ke dalam. "Arra!" Melotot pria itu saat melihat Arra duduk berjongkok mengobrak-abrik isi kopernya. "Aaaa ...." Melihat Andrew muncul di dalam kamarnya, Arra reflek mengambil dan melempar barang dari dalam kopernya. Dan itu mengenai kepala Andrew. "Dokter ... Kenapa kau masuk tidak mengetuk pintu?" Arra seketika menutupi dadanya yang sialnya anggota tubuhnya yang lain malah terekspos di depan Andrew. "A-aku kaget. Eh, maksudku, aku tadi khawatir kamu bilang ingin sendiri. Aku takut kamu -" "Dokter, jangan khawatir! Aku tidak seberani adikmu," jawab Arra sembari berbalik badan membelakangi Andrew. "Aku

    Last Updated : 2025-04-11
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Semua ini salah ayahmu!

    "Dokter! Kembali!" Arra berteriak saat melihat pintu kamarnya yang ternyata dibiarkan terbuka oleh Andrew. Tepat setelah dia berteriak, gadis itu segera berlari ke kamar mandi, takut Andrew tiba-tiba datang dan masuk seperti tadi. Benar saja, tak sampai sepuluh detik pria itu sudah berdiri di depan pintu dengan wajah bingungnya. Andrew ingin bertanya kenapa Arra menyuruhnya kembali? tapi dia takut Arra belum mengenakan apapun seperti tadi. "Dokter, kau lupa menutup pintu," ucap Arra kemudian, gadis itu menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi. "Astaga, maaf ... Aku tadi buru-buru," sahut Andrew salah tingkah. "Maaf juga soal yang tadi," gugup Andrew, dia bahkan tak berani melihat ke dalam. "Hmm ... Tidak usah dibahas." Jangankan membahas itu, mengingatnya saja, Arra merasa sangat malu. "Oke. kalau begitu, aku tunggu di bawah. Kau cepatlah turun," ucap Andrew yang tepat setelah mengatakan itu, dia menarik pintu tanpa melihat ke dalam, dan langsung berlalu pergi.**** Selesa

    Last Updated : 2025-04-21
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Pengkhianat yang malang

    Masih di Palhington, tepatnya di ruang bawah tanah. Eiden tengah menyesap nikotin yang sudah seminggu ini hampir tidak bisa lepas dari hidupnya. Di saat yang sama, Leo tiba-tiba datang dan melemparkan seorang pria dengan wajah yang penuh lebam kebiruan, bahkan dari pelipisnya mengalir darah segar menandakan pria itu habis dipukuli. Leo adalah tangan kanan Eiden yang diberi wewenang untuk memimpin wilayah bagian Utara. Biar ku jelaskan! Eiden Woods adalah pimpinan D'trask mafia yang berkuasa di Amareka. Saking luasnya wilayah kekuasaannya, dia membagi itu menjadi dua bagian, wilayah utara dipimpin oleh Leo Gustom. Sedangkan wilayah selatan dia serahkan kepada sahabatnya, Adam Poulter. Dan sekarang, Leo, si pimpinan wilayah utara berhasil menangkap satu anak buahnya yang berkhianat. "Ampuni saya, Tuan. Saya tidak berniat untuk berkhianat. Mereka yang memaksa saya," ucap pria itu. "Ck! Kau apa tidak punya dialog lain?" bosan Leo mendengar ucapan pria itu yang diulang-ulang terus sej

    Last Updated : 2025-04-22
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Kemeja keberuntungan

    Arra merasa bosan, sudah dua hari dia hanya berdiam diri dalam rumah Andrew tanpa melakukan apa-apa. Terpikir olehnya untuk mencari pekerjaan.Dia teringat dengan kemeja putih yang dijahit sendiri oleh Kelly. Kata Kelly baju pemberiannya adalah baju keberuntungan, jadi harus Arra pakai saat pergi melamar kerja. Dan memang terbukti, dahulu Arra memakainya saat melamar kerja pertama kali, dia langsung diterima. Wanita itu pun mengecek barang bawaan yang sebagian belum dia pindahkan, seketika senyumnya mengembang saat kemeja yang dimaksud ada di dalam kopernya. Arra memeluk kemeja itu, namun pelukannya mengendur saat sebuah ingatan terlintas dalam pikirannya. Malam panas yang terjadi antara dia dan Eiden, adalah ketika dia memakai kemeja ini juga. Ahhh ... Kalau begitu, baju ini bukan lagi membawa keberuntungan, pikir Arra. Alih-alih beruntung, itu tak ubahnya sebuah petaka. Sebab setelah itu, Arra kehilangan Kelly, tak cukup sampai di situ, Arra juga ditipu habis-habisan oleh si br

    Last Updated : 2025-04-23
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   sebentar lagi giliran mu

    "Di rumah saja, kalau begitu," jawab Bi Merry cepat. Takut Arra mengajaknya masuk ke dalam klinik, Bi Merry buru-buru mengajak wanita itu untuk pergi dari sana. Kembali mereka berjalan pulang, sambil mengobrol terkait keinginan Arra untuk mencari pekerjaan. "Nona ... Apakah anda masih berniat untuk mencari pekerjaan?" tanya Bi Merry, dia harap setelah melihat sedikit kebaikan Andrew di klinik itu, membuat wanita itu mengurungkan niatnya mencari kerja. Maksudnya setelah melihat bahwa Andrew tidak pernah mempermasalahkan soal uang, dia berharap Luisa tak lagi terpikir untuk mendapatkan uang. Bukan apa-apa, Bi Merry ingat betul dengan pesan Andrew."Jangan sampai ada orang luar yang tahu keberadaannya." "Dan jika dia ingin keluar saat aku tidak ada, usahakan untuk menahannya bagaimanapun caranya." Dan cara inilah yang terpikir oleh Bi Merry, menunjukkan klinik yang dibangun Andrew untuk merawat orang sakit tanpa memungut biaya sepeserpun. "Tentu saja. Aku tetap ingin bekerja dan m

    Last Updated : 2025-04-24
  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Desa Werdho

    "Kau tak bisa lari lagi, sebentar lagi giliran mu!"Tulisan berwarna merah yang bisa Eiden tebak adalah darah. Anak buah Leo sudah menceritakan segala yang terjadi di rumah ini, tentang kematian Nenek Shopia yang ditemukan sudah tak bernyawa. "Ada berapa anggota D'trask di desa ini?" tanya Eiden. "Tidak banyak, Tuan. Kami hanya kebetulan pulang kampung sebab orang tua kami akan panen." "Berapa teman kalian?" "Empat orang." Artinya anggota D'trask yang berasal dari desa ini hanya berjumlah empat orang. "Kumpulkan keempatnya kemari." Eiden berniat meminta empat orang anggotanya untuk mencari Arra di desa ini, dia yakin Arra belum meninggalkan desa. "Baik, Tuan." Pria itu membungkuk, memberi hormat sebelum akhirnya keluar dari rumah Nenek Shopia. Sementara Eiden, berjalan ke tengah ruangan di mana di sana terdapat sebuah kursi tua. Eiden mendaratkan pantatnya di sana lalu memejamkan mata sembari berpikir keras. 'Di mana kamu, Arra?' Awalnya dia pikir, Arra diculik oleh penjaha

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Desa Werdho

    "Kau tak bisa lari lagi, sebentar lagi giliran mu!"Tulisan berwarna merah yang bisa Eiden tebak adalah darah. Anak buah Leo sudah menceritakan segala yang terjadi di rumah ini, tentang kematian Nenek Shopia yang ditemukan sudah tak bernyawa. "Ada berapa anggota D'trask di desa ini?" tanya Eiden. "Tidak banyak, Tuan. Kami hanya kebetulan pulang kampung sebab orang tua kami akan panen." "Berapa teman kalian?" "Empat orang." Artinya anggota D'trask yang berasal dari desa ini hanya berjumlah empat orang. "Kumpulkan keempatnya kemari." Eiden berniat meminta empat orang anggotanya untuk mencari Arra di desa ini, dia yakin Arra belum meninggalkan desa. "Baik, Tuan." Pria itu membungkuk, memberi hormat sebelum akhirnya keluar dari rumah Nenek Shopia. Sementara Eiden, berjalan ke tengah ruangan di mana di sana terdapat sebuah kursi tua. Eiden mendaratkan pantatnya di sana lalu memejamkan mata sembari berpikir keras. 'Di mana kamu, Arra?' Awalnya dia pikir, Arra diculik oleh penjaha

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   sebentar lagi giliran mu

    "Di rumah saja, kalau begitu," jawab Bi Merry cepat. Takut Arra mengajaknya masuk ke dalam klinik, Bi Merry buru-buru mengajak wanita itu untuk pergi dari sana. Kembali mereka berjalan pulang, sambil mengobrol terkait keinginan Arra untuk mencari pekerjaan. "Nona ... Apakah anda masih berniat untuk mencari pekerjaan?" tanya Bi Merry, dia harap setelah melihat sedikit kebaikan Andrew di klinik itu, membuat wanita itu mengurungkan niatnya mencari kerja. Maksudnya setelah melihat bahwa Andrew tidak pernah mempermasalahkan soal uang, dia berharap Luisa tak lagi terpikir untuk mendapatkan uang. Bukan apa-apa, Bi Merry ingat betul dengan pesan Andrew."Jangan sampai ada orang luar yang tahu keberadaannya." "Dan jika dia ingin keluar saat aku tidak ada, usahakan untuk menahannya bagaimanapun caranya." Dan cara inilah yang terpikir oleh Bi Merry, menunjukkan klinik yang dibangun Andrew untuk merawat orang sakit tanpa memungut biaya sepeserpun. "Tentu saja. Aku tetap ingin bekerja dan m

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Kemeja keberuntungan

    Arra merasa bosan, sudah dua hari dia hanya berdiam diri dalam rumah Andrew tanpa melakukan apa-apa. Terpikir olehnya untuk mencari pekerjaan.Dia teringat dengan kemeja putih yang dijahit sendiri oleh Kelly. Kata Kelly baju pemberiannya adalah baju keberuntungan, jadi harus Arra pakai saat pergi melamar kerja. Dan memang terbukti, dahulu Arra memakainya saat melamar kerja pertama kali, dia langsung diterima. Wanita itu pun mengecek barang bawaan yang sebagian belum dia pindahkan, seketika senyumnya mengembang saat kemeja yang dimaksud ada di dalam kopernya. Arra memeluk kemeja itu, namun pelukannya mengendur saat sebuah ingatan terlintas dalam pikirannya. Malam panas yang terjadi antara dia dan Eiden, adalah ketika dia memakai kemeja ini juga. Ahhh ... Kalau begitu, baju ini bukan lagi membawa keberuntungan, pikir Arra. Alih-alih beruntung, itu tak ubahnya sebuah petaka. Sebab setelah itu, Arra kehilangan Kelly, tak cukup sampai di situ, Arra juga ditipu habis-habisan oleh si br

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Pengkhianat yang malang

    Masih di Palhington, tepatnya di ruang bawah tanah. Eiden tengah menyesap nikotin yang sudah seminggu ini hampir tidak bisa lepas dari hidupnya. Di saat yang sama, Leo tiba-tiba datang dan melemparkan seorang pria dengan wajah yang penuh lebam kebiruan, bahkan dari pelipisnya mengalir darah segar menandakan pria itu habis dipukuli. Leo adalah tangan kanan Eiden yang diberi wewenang untuk memimpin wilayah bagian Utara. Biar ku jelaskan! Eiden Woods adalah pimpinan D'trask mafia yang berkuasa di Amareka. Saking luasnya wilayah kekuasaannya, dia membagi itu menjadi dua bagian, wilayah utara dipimpin oleh Leo Gustom. Sedangkan wilayah selatan dia serahkan kepada sahabatnya, Adam Poulter. Dan sekarang, Leo, si pimpinan wilayah utara berhasil menangkap satu anak buahnya yang berkhianat. "Ampuni saya, Tuan. Saya tidak berniat untuk berkhianat. Mereka yang memaksa saya," ucap pria itu. "Ck! Kau apa tidak punya dialog lain?" bosan Leo mendengar ucapan pria itu yang diulang-ulang terus sej

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Semua ini salah ayahmu!

    "Dokter! Kembali!" Arra berteriak saat melihat pintu kamarnya yang ternyata dibiarkan terbuka oleh Andrew. Tepat setelah dia berteriak, gadis itu segera berlari ke kamar mandi, takut Andrew tiba-tiba datang dan masuk seperti tadi. Benar saja, tak sampai sepuluh detik pria itu sudah berdiri di depan pintu dengan wajah bingungnya. Andrew ingin bertanya kenapa Arra menyuruhnya kembali? tapi dia takut Arra belum mengenakan apapun seperti tadi. "Dokter, kau lupa menutup pintu," ucap Arra kemudian, gadis itu menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi. "Astaga, maaf ... Aku tadi buru-buru," sahut Andrew salah tingkah. "Maaf juga soal yang tadi," gugup Andrew, dia bahkan tak berani melihat ke dalam. "Hmm ... Tidak usah dibahas." Jangankan membahas itu, mengingatnya saja, Arra merasa sangat malu. "Oke. kalau begitu, aku tunggu di bawah. Kau cepatlah turun," ucap Andrew yang tepat setelah mengatakan itu, dia menarik pintu tanpa melihat ke dalam, dan langsung berlalu pergi.**** Selesa

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Dokter bodoh!

    Mendengar kata 'ingin sendiri', Andrew langsung panik. Dia berlari menaiki tangga menuju tempat di mana Arra berada. Entah kenapa, bayangan saat Mia tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan penuh darah seketika memenuhi kepalanya. Andrew khawatir, dia juga takut kalau sampai Arra melakukan hal bodoh seperti yang Mia lakukan. Membuka pintu, Andrew berlari masuk ke dalam. "Arra!" Melotot pria itu saat melihat Arra duduk berjongkok mengobrak-abrik isi kopernya. "Aaaa ...." Melihat Andrew muncul di dalam kamarnya, Arra reflek mengambil dan melempar barang dari dalam kopernya. Dan itu mengenai kepala Andrew. "Dokter ... Kenapa kau masuk tidak mengetuk pintu?" Arra seketika menutupi dadanya yang sialnya anggota tubuhnya yang lain malah terekspos di depan Andrew. "A-aku kaget. Eh, maksudku, aku tadi khawatir kamu bilang ingin sendiri. Aku takut kamu -" "Dokter, jangan khawatir! Aku tidak seberani adikmu," jawab Arra sembari berbalik badan membelakangi Andrew. "Aku

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Tentang Mia

    'Apa Dokter Andrew ini tak sebaik yang aku kira.' 'Ah, sekalipun iya, sepertinya dia hanya gila wanita. Bukan jahat yang tega membunuh orang seperti pria gila itu.' Arra bergumam dalam hatinya. Pria gila yang dia maksud tentu saja Eiden. Dari rasa yang mulai tumbuh seketika berubah menjadi kebencian, bak tunas tanaman yang siap tumbuh menjadi batang, namun disiram air panas yang langsung mati seketika. Begitulah perumpamaan hati Arra sekarang. Arra menghela napas panjang, bodoh sekali! Entah kenapa di setiap situasi, dia selalu membawa nama Eiden di pikirannya. Kendati sebatas membandingkan, tapi itu justru membuat Arra mengingat pria itu tanpa disadari. "Bi ... Jangan paksa dia, biarkan Arra yang memilih sendiri. Toh, selama ini tak ada siapapun yang mau pakai kamar itu karena bekas orang mati." Tiba-tiba Andrew muncul, wajahnya tampak sendu. "Tidak! Bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa tak pantas memakai kamar ini, karena aku bukan Mia, gadis kecil yang kalian sayang.

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Pria baik atau jahat?

    "Ya. Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona. usia kehamilanmu baru satu minggu." Syok dan kaget Arra mendengar pernyataan dari dokter itu, dia bahkan nyaris terjatuh namun buru-buru berpegangan pada pinggiran ranjang rumah sakit. "T-tidak mungkin!" Arra bergumam sendiri. Seketika bayangan seminggu yang lalu terekam dalam ingatannya. Bagaimana dia mabuk sampai menghabiskan malam panas bersama dengan Eiden. Pria itu sungguh brengsek! Setelah tidur dengan Arra, dia lalu membunuh orang tua Arra, lalu sekarang, bisa-bisanya dia bikin Arra hamil?! Arkh ... Arra seperti mau gila memikirkan ini. Ditambah selama seminggu tinggal di mansion Eiden, pria itu selalu memperlakukannya dengan sangat manis. Meski Arra tak diperbolehkan keluar, tapi hampir setiap malam Eiden memberi kejutan manis padanya, entah itu makan malam romantis atau sekedar memberi hadiah padanya. Jika teringat perlakuan manis pria itu, rasanya Arra ingin kembali dan memberitahu kehamilannya. Tapi bayangan kematian sang a

  • Penguasa Arrogant itu Ayah Anakku   Selamat! Kau akan jadi ibu, Nona

    BAB 5 Merasa hidupnya terancam, wanita itu buru-buru keluar dari kamar. Tidak hanya keluar kamar, Arra bertekad untuk pergi dari mansion detik ini juga. Marah ... Tentu saja Arra marah, wanita itu teramat sangat marah, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Arra masih lebih sayang nyawanya untuk melakukan balas dendam sekarang. Arra berniat untuk mengumpulkan uang yang banyak, lalu pada akhirnya saat dirinya sudah memiliki kuasa dan uang, ia akan datang lagi menuntut balas akan kematian orang tuanya. “Nona mau kemana?” Security yang melihat Arra hendak keluar gerbang, lantas menghampiri wanita itu. “Aku ingin membeli beberapa camilan, bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?” Arra sebisa mungkin bersikap normal, kesedihan, kemarahan dan kekecewaannya dia tutupi dengan senyum. Melihat keraguan di wajah security itu, Arra langsung bicara lagi, “Eiden sudah memberi izin, justru kau akan dapat masalah jika kau tidak membuka gerbangnya. Boss kamu sedang banyak pekerjaan, jadi dia tidak bis

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status