Share

Part 60. Menyeka Bulir Bening di Wajah Senja

Aku dan ibu masih menangis tak lama kemudian ku lepaskan pelukan ibu perlahan, lalu menyeka bulir bening yang membasahi pipinya, pipi yang tidak selentur dulu. Beribu garis halus sudah memenuhi wajahnya.

Apa aku tega meratapi nasib dan takdirku di depan ibu? Apa jadinya aku jika mimpi semalam menjadi kenyataan? Apa aku akan tetap punya masa depan? Oh Tuhan, panjangkan umur ibu ku, doaku dalam hati.

"Bu, jika saat ini aku belum sepenuhnya ikhlas menerima takdir yang ada padaku, ibu jangan memaksaku untuk mengakui bahwa dia adik tiriku. Aku bukan malaikat yang berbesar hati menerima wanita tak berhati seperti dia" ucapku dengan lirih pada ibu.

"Iya, Nak. Ibu mengerti, maafkan ibu. Ini semua salah ibu, Nak." ibu pun menyeka air mataku, masih berlomba-lomba membasahi pipi.

Sebagai manusia biasa ingin ku memberontak sekeras-kerasnya. Ini rasanya tidak adil, ayahku yang berbuat keji mengapa aku dan ibu ikut menuainya. Ini tidak adil, sungguh tidak adil, aku bergumam dengan hati ku sendiri.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status