Martis yang terus ditatap oleh Mona dengan cara tidak biasa akhirnya merasakan tatapan itu. "Ada apa, Mona? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Martis secara langsung, ia justru mendekatkan wajahnya pada Mona. Mona yang tersadar langsung terkejut. "Eh, anu, itu, aku..., tidak, tidak! Tidak ada apa-apa." Mona mendorong tubuh Martis. Martis menghentikan bahunya sambil menatap langit, sepertinya ia sedang berpikir sesuatu hal. Namun, pikiran Martis seketika buyar, karena tiba-tiba Mona menarik tangan Martis dan mengajaknya ke suatu tempat. "Mona, ada apa?" tanya Martis bingung. "Martis, aku ingin bertanya denganmu. Sebenarnya, kau ini siapa? Dari mana asalmu?" tanya Mona dengan wajah yang sangat serius. Martis mengerti apa yang Mona maksudkan. Akan tetapi, sepertinya Martis sengaja tidak ingin mengumbar identitasnya. Ia tidak mau identitasnya terbongkar, karena pasti akan ada orang yang datang mencarinya. Martis sudah membayangkan hal yang dipikirnya sangat rumit. Jadi,
Martis, Mamet, dan Belmont berdiskusi tentang situasi yang terjadi, di mana mereka curiga bahwa Suku Senyap sedang memata-matai mereka. Belmont yakin bahwa orang yang memata-matai mereka berasal dari Suku Senyap, karena reputasi mereka dalam menyelinap dan memata-matai suku lain. Martis, yang tertarik dengan informasi tersebut, bertanya kepada Belmont tentang kepastiannya bahwa orang tersebut berasal dari Suku Senyap. Belmont menjelaskan bahwa sebelumnya dia pernah ditawari jasa mata-mata oleh Suku Senyap, namun menolaknya karena alasan tertentu. Mamet juga ikut memberikan informasi bahwa mereka juga pernah mendapat tawaran serupa dari Suku Senyap, namun mereka menolaknya karena permintaan bayaran yang sangat mahal. Mereka berdua telah memiliki pengalaman langsung dengan Suku Senyap, sehingga mereka curiga bahwa orang yang memata-matai mereka saat ini berasal dari suku tersebut. Dengan informasi ini, Martis, Mamet, dan Belmont semakin yakin bahwa Suku Senyap adalah dalang di bali
Entah apa yang ada dalam benak Martis, sehingga ia berbohong dan mengatakan bahwa ia adalah suami dari wanita tersebut. "Kau suaminya? Bagus, kalau begitu kami tidak perlu repot-repot mencarimu. Ayo teman-teman, segera tangkap dia juga!" Sedangkan wanita yang dikepung itu sempat bingung dengan kehadiran Martis. 'Siapa dia? Kenapa dia begitu bodohnya mengaku sebagai suamiku? Apakah dia tidak tahu, kalau orang-orang ini adalah kaki tangan World Government?' tanya wanita itu dalam hati. Keadaan mulai berubah, karena kini para pria itu beralih perhatiannya pada Martis untuk menangkapnya. Namun para pria itu terkejut saat merasa Martis bukanlah orang yang lemah. Salah satu dari beberapa pria itu berbisik pada teman yang di sebelahnya. Ia mengatakan, "Hey, apakah kita tidak salah target? Kenapa rasanya orang ini bukanlah orang sembarangan? Dia kuat, dia memiliki kemampuan di atas kita." Temannya menjawab, "Benar sekali. Aku juga merasa kesulitan menghadapinya. Padahal, misi kita ka
Setelah beberapa orang pria itu sadar, mereka terkejut karena kondisi tubuh mereka yang terikat. Dan lagi, yang membuat mereka sempat merinding adalah ketika melihat di sekeliling mereka yang ternyata ada suku Beberian dan Mungulion. "Ma-mau apa kalian? Cepat bebaskan kami...!" pinta salah satu pria itu. Bam...! Namun ucapannya malah disambut pukulan keras pada bagian wajahnya oleh Belmont. "Apa-apaan pria sialan ini! Baru sadar, langsung berani membentak kami! Cih!" seru Belmont dengan tatapan garangnya. Martis memberikan isyarat pada Belmont untuk berhenti memukuli mereka. "Belmont, tunggu sebentar. Jika kau memukuli mereka lagi, maka mereka nanti bisa kembali tak sadarkan diri. Aku ingin memastikan pada mereka dulu, apa yang mereka lakukan pada wanita tadi." Martis memberikan beberapa pertanyaan. Meskipun awalnya para pria itu tidak mau menjawab dengan jujur, namun mulut mereka yang bungkam akhirnya berbicara setelah melihat Belmont yang menyiksa salah satu temannya deng
Sedangkan di kejauhan, di wilayah yang di sekelilingnya dipenuhi salju dan es, ada seseorang yang tengah marah. Yah, dia adalah salah satu Edmiral yang bernama Kaziru. "Kurang ajar! Teryata ada lagi orang-orang bodoh yang mencari mati!" seru Kaziru. "Hey kalian! Apakah benar, Kepala Suku Rebelion itu memiliki kekuatan aneh?!" tanyanya kepada salah satu anak buahnya yang kala itu pernah ditangkap Martis. "Be-benar Edmiral. Dia juga sangat kuat," jawab anak buah Kaziru dengan wajah ketakutan dan cemas. Bam...! Kaziru memukul meja yang ada di hadapannya sampai meja itu hancur berkeping-keping. Padahal, itu hanyalah pukulan biasa saja, namun ternyata sangat kuat. "Kalau begitu baiklah, cepat kita atur pasukan untuk membasmi suku Rebelion! Ayo, segera kerahkan pasukan kelas menengah ke sana!" seru Kaziru yang kemudian pergi ke ruangannya untuk menghubungi seseorang. Ternyata, yang dihubungi Kaziru adalah organisasi yang dibentuk oleh World Government untuk membasmi orang-orang y
Dengan nama Martis yang semakin dikenal luas setelah berbagai berita tentang pertempuran suku Rebelion dan konfrontasi dengan World Government tersebar, reputasinya semakin meningkat. Mona, salah satu anggota suku Rebelion, memberikan informasi tambahan kepada Martis tentang Aligator dan sejarahnya yang terkait dengan kerajaan di dekat wilayah mereka. Meskipun dihadapkan pada ancaman yang serius, Martis tetap tenang dan percaya diri dalam menghadapi tantangan ini. Dengan keyakinan dan ketenangan, Martis menanggapi Mona dengan santai, menunjukkan bahwa dia telah siap untuk menghadapi Aligator dan organisasi Sachibaki. Dengan informasi yang telah ia peroleh dan kepercayaan pada kemampuannya sendiri. "Mona, aku tahu pria yang bernama Aligator ini pasti sangat kuat. Tapi tenang saja, aku akan berusaha semaksimal mungkin mengalahkannya. Akan aku tunggu kedatangannya." Begitulah yang terdengar oleh Mona dari mulut Martis. Ternyata, sebenarnya ada cerita buruk tentang Mona dan Organi
Dengan teriakan pasukannya yang membara, Martis menunggu kedatangan Aligator. Dan akhirnya, setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Aligator yang ditunggu telah tiba. Ketika pertama kali Martis bertemu dengan Aligator, ia merasakan kekuatan yang luar biasa. Saat Martis dan Aligator saling menatap satu sama lain, keadaan di area sekitar mereka langsung terasa ada aura menakutkan yang saling beradu. "Apakah kau yang bernama Martis?" tanya Aligator, dengan gaya sombong seperti biasanya. "Iya, aku adalah Martis. Ada apa?" jawab Martis dengan santai. Mereka berdua terlihat sama-sama tenang. Namun, di balik ketenangan itu terdapat luapan aura kekuatan yang sangat menekan, dan itu tak dapat dibendung sehingga akhirnya para pasukan dari kedua belah pihak yang tidak dapat menahan tekanan itu langsung pingsan. Mereka tak sadarkan diri secara tiba-tiba. "Ternyata kau sudah menguasai tingkatan itu ya? Wajar saja jika kau besar kepala. Tapi Martis, aku beritahu kepadamu terlebih dahulu.
Martis tadi sangat yakin bahwa dia berhasil memukul wajah Aligator. Tapi ternyata, Martis gagal melancarkan serangannya. Tadi, yang Martis pukul dengan sekuat tenaga rupanya hanyalah sebongkah pasir yang parasnya berbentuk seperti Aligator. "Sial! Ini hanyalah kloning! Tapi, kenapa kau mampu membuat kloning dengan pasir?" tanya Martis. Aligator menjawab sambil tertawa, dan tubuhnya saat ini tak kasat mata. "Pintar sekali kau dapat mengetahui bahwa itu adalah kloning ku. Hahahaha...! Hey, Martis..., tunjukkan kekuatanmu yang sebenarnya. Aku yakin, kau tidak selemah ini. Iya kan? Hem?" Martis nampak memejamkan kedua matanya. Lalu, setelah Martis membuka kedua matanya itu, kedua mata Martis berubah warna menjadi kuning keemasan. "Bagaimana kalau dengan ini?" tanya Martis. "Nah, ini baru benar. Jiahahahaha...!" Aligator nampak bersemangat untuk menghadapi Martis. Akan tetapi, semangat yang ada dalam jiwa dan raga Aligator itu hanyalah semangat sesaat. Tiba-tiba saja, wajah Al