Martis tak menyangka jika serangan pukulan beruntun dari Roger tadi dapat menjebolkan pertahannya. Kemudian Martis kembali bangkit, ia mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. 'Aku tidak boleh sembarang menerima serangannya. Itu cukup menyakitkan. Aku akan coba menyerang balik,' gumam Martis. Siuw...! Martis melesat ke arah Roger. "Pukulan Roket Balistik...!" teriak Martis. Tangan kanan Martis nampak berubah menjadi hitam dan diselimuti warna kemerahan. Kepalan tangan Maris itu juga mengeluarkan asap. Martis menarik tangan itu ke belakang, dan tangan itu melar seperti karet. Lalu Martis mendorongnya ke arah Roger. Tinju Martis itu sangat berat dan juga cepat. Boom...! Saat Roger mencoba menahannya, terjadilah ledakan hebat. Roger akhirnya berhasil menahan serangan Martis itu. Namun ternyata, Martis tidak berhenti dengan serangan itu saja. Martis melanjutkan serangan lainnya. "Pukulan Jet Bertubi-tubi...! Hiyat...!" Kali ini, Martis menggunakan kedua tangannya untuk m
Martis melihat bahwa tubuh Roger perlahan menjadi serpihan debu lalu melayang ke atas langit. Namun Martis melihat ada yang tersisa dari tubuh Roger. "Apa itu? Apakah ini berkaitan dengan fenomena barusan?" tanya Martis seraya meraih benda yang menurutnya aneh. Treng...! Tapi ternyata, benda yang Martis pegang itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan. "Apa ini...?" tanya Martis. Setelah penglihatan kembali normal, Martis melihat ada pusaran gerbang dimensi di depannya. Ia bingung, apakah ini gerbang menuju masa depan, atau masa lalu? "Itu adalah gerbang dimensi masa depan." Terdengar suara seseorang yang tak asing bagi Martis. Martis berbalik badan, ia melihat ada Jack Martis di hadapannya. "Kakek, apa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam gerbang dimensi ini?" tanya Martis dengan wajah serius. "Kau akan terlempar ke masa depan. Tapi tidak tahu bagaimana caranya kembali. Mungkin kau harus mencari gerbang dimensi juga di dunia masa depan itu nanti, barulah kau dapat k
Bam...! Tubuh Martis jatuh di suatu tempat. Martis memegangi kepalanya seraya menggelengkannya beberapa kali untuk menstabilkan kesadarannya. "Di mana ini...?" tanya Martis ketika melihat dan memperhatikan keadaan sekelilingnya. Yang Martis lihat, hanyalah hamparan Padang rumput yang luas, dan ada banyak sekali terlihat pepohonan yang ukurannya sangat besar menghiasi daratan sekitarnya. "Kenapa Kakek kejam sekali? Teganya dia mendorongku ke gerbang dimensi itu, huft...!" Martis mendengus kesal saat teringat bahwa kakeknya lah yang membuat dirinya masuk ke dalam gerbang dimensi tanpa sengaja. Namun, Martis tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Dia tidak mau membuang banyak waktu untuk melampiaskan kekesalannya atas kejahilan kakeknya. Justru tiba-tiba ia merasa penasaran saat melihat seekor burung yang ukurannya sangat besar melintas di udara. Bukan hanya itu, banyak hal lain yang membuat Martis semakin penasaran, seperti jamur yang ada di sampingnya, ukuranya sebesar bak m
Martis memperhatikan arah di depannya. Ia merasakan tanah yang bergetar, yang seakan-akan terasa seperti sedang terjadi gempa bumi. Dan tak lama kemudian, munculah seekor binatang buas. Binatang itu bentuknya mirip seperti beruang, memiliki cakar yang besar dan tajam, serta memiliki gigi taring yang sangat runcing. Tubuhnya sangatlah besar, tiga kali lipat lebih besar dibanding beruang yang ada di Bumi. Ketika binatang buas itu menatap Martis, ia nampak sangat marah. Sepertinya ia tidak senang karena ada yang berani memasuki wilayah kekuasaannya tanpa seizinnya. "Roar...! Hurg, hurg...! Haurgh...!" Binatang buas itu bersuara, dan bertingkah seakan mengatakan bahwa Martis tidak seharusnya berada di sini. "A-apa ini...?" Martis terkejut saat binatang yang besar itu melompat ke arahnya yang kemudian mengayunkan cakarnya untuk menangkap Martis. Untungnya Martis memiliki reflek yang sangat peka. Dia menghindar lalu mencoba untuk mencari tempat bersembunyi. Namun ketika ia bersembu
Dengan harapan yang besar, Martis membuka matanya untuk melihat kemampuan baru yang telah ia pilih secara acak. Dalam hatinya, ia berharap bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Saat ia melihat kemampuan baru yang telah ia dapatkan, cahaya yang memancar dari kemampuan itu memenuhi tubuhnya. Martis merasakan energi yang membara dan kekuatan yang mengalir melalui dirinya, memberinya keberanian dan keyakinan baru untuk melanjutkan pertempuran melawan binatang buas besar itu. "Wah ini saatnya aku menggunakan kekuatan baruku! Dan ini adalah kekuatan cahaya, kekuatan elemen cahaya adalah kekuatan yang sangat langka. Tenyata aku sangat beruntung!" Martis merasa senang atas pilihannya. "Kalau begitu baiklah, aku akan melawan beruang itu untuk menguji seberapa kuatnya kekuatanku ini!" Seketika waktu kembali berputar. Kemudian Martis yang ingin menguji kemampuan barunya, ia mengepalkan tangannya yang nampak bersinar, lalu dia maju dan melancarkan serangannya kepada binatang itu. Ketika tangan
Martis menjadi pusat perhatian warga desa karena dirinya yang di kurung dan ia berada di tengah tanah yang cukup lapang. Yang membuat Martis merasa sangat asing adalah pakaian. "Kenapa aku merasa seperti badut? Pakaian yang mereka kenakan berbeda dengan pakaianku. Kira-kira, apa yang akan mereka lakukan padaku selanjutnya, ya? Apakah aku akan dijadikan persembahan? Tidak, tidak...! Semoga saja tidak." Martis berbicara sendiri. Tak lama kemudian, Martis melihat ada dua orang tetua yang diiringi oleh rombongan di belakangnya. Tetua itu memperhatikan Martis dari setiap sudut. Bahkan ia sempat menyuruh Martis membuka bajunya sampai telanjang bulat. "Ini sesuai ramalan...!" seru salah satu pria tua yang melihat simbol di lengan Martis. "Tetua..., apakah dia orangnya? Orang yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan desa kita?" tanya seorang pria. Tetua itu menjawab, "Aku yakin, itu benar. Cepat kalian keluarkan dia dari kurungan itu! Kalian telah memperlakukannya dengan buruk!" Meli
Martis membuka menu pada sistemnya untuk mencari teknik baru yang akan digunakan dalam menghadapi suku Beberian nanti. Namun sepertinya Martis nampak kesal. "Sial! Kenapa teknik-teknik itu harganya sangat mahal?! Kalau begitu, aku terpaksa harus lebih giat lagi menyelesaikan misi harian, huft!" Dalam beberapa hari ini Martis fokus menyelesaikan latihan-latihan yang ada dalam daftar sistem. Mulai dari push-up, sit-up, dan yang lainnya. Dia sangat gigih demi mendapatkan saldo untuk membeli salah satu teknik yang menarik perhatiannya pada menu penjualan sistem. Dan akhirnya, tepat sehari sebelum suku Beberian mendatangi desa, Martis berhasil mendapatkan satu teknik baru dari kekuatan elemen cahaya miliknya. "Akhirnya..., aku bisa juga menguasai teknik ini. Teknik ini sangat berguna dalam pertarungan. Aku yakin, akan sangat sulit menghadapi teknik baru ini." Wajah Martis nampak berseri-seri. Kebetulan, kedatangan suku Beberian memberikan Martis peluang untuk mencoba menggunakan t
Tring! "Sistem mendeteksi nama Mamet. Dia adalah salah satu orang yang ada dalam daftar buronan. Kalahkan dia, ambil bonusnya!" Martis menyeringai saat melihat isi dari pemberitahuan sistem miliknya. Ia sangat menginginkan saldo yang didapatkan nantinya setelah menyelesaikan misi yang muncul pada sistemnya. Kemudian, Mamet lah yang memulai pertarungan yang disebut duel maut dalam suku mereka dengan cara menyerang Martis menggunakan pukulannya yang sangat kuat. Wish...! Wish, wish, wish...! Sangking kuatnya pukulan Mamet itu, sampai terdengar suara yang menderu. Tapi nampaknya Mamet tidak berhasil mendaratkan satu pukulannya pun pada tubuh Martis. Melihat gerakan Martis yang amat cepat itu, Mamet merubah penilaiannya terhadap Martis. Awalnya ia sangat meremehkan, tapi setelah melihat kemampuan Martis yang bergerak dengan kecepatan cahaya, Mamet jadi frustasi. "Sial! Apakah kau hanya dapat menghindar?! Mau sampai kapan, hah...?!" teriak Mamet kesal. Mamet terus mencoba
Martis kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan. "Huft...! Baiklah kalau begitu. Yang pasti, Ririn, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu. Berkat adanya kehadiran dirimu dalam hidupku, semuanya berubah total. Dan semuanya berubah menjadi jauh lebih baik, dan tidak pernah sekali pun aku merasakan perubahan yang dampaknya buruk dalam hidupku selama ini." Meskipun Martis tahu, bahwasanya Ririn yang tampilannya tidak dapat nyata seutuhnya, tapi Martis tetap menganggap bahwa sistem adalah kunci dari semua keberhasilannya selama ini. Kemudian, Martis memperhatikan Ririn yang nampak akan melakukan sesuatu. "Ririn..., apa yang akan kau lakukan...? Apakah jangan-jangan..., kamu...?" Ririn menjawab dengan senyuman, tidak, saat ini tubuh visual Ririn bentuknya sama persis dengan Mia. Jadi, yang Martis rasakan saat ini adalah melihat senyuman dari seorang Mia, Istri tercintanya Martis seorang. Kemudian Martis merasakan ruangan di sekitarnya berubah
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang. "Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya." Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomuni
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia