Martis melihat bahwa tubuh Roger perlahan menjadi serpihan debu lalu melayang ke atas langit. Namun Martis melihat ada yang tersisa dari tubuh Roger. "Apa itu? Apakah ini berkaitan dengan fenomena barusan?" tanya Martis seraya meraih benda yang menurutnya aneh. Treng...! Tapi ternyata, benda yang Martis pegang itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan. "Apa ini...?" tanya Martis. Setelah penglihatan kembali normal, Martis melihat ada pusaran gerbang dimensi di depannya. Ia bingung, apakah ini gerbang menuju masa depan, atau masa lalu? "Itu adalah gerbang dimensi masa depan." Terdengar suara seseorang yang tak asing bagi Martis. Martis berbalik badan, ia melihat ada Jack Martis di hadapannya. "Kakek, apa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam gerbang dimensi ini?" tanya Martis dengan wajah serius. "Kau akan terlempar ke masa depan. Tapi tidak tahu bagaimana caranya kembali. Mungkin kau harus mencari gerbang dimensi juga di dunia masa depan itu nanti, barulah kau dapat k
Bam...! Tubuh Martis jatuh di suatu tempat. Martis memegangi kepalanya seraya menggelengkannya beberapa kali untuk menstabilkan kesadarannya. "Di mana ini...?" tanya Martis ketika melihat dan memperhatikan keadaan sekelilingnya. Yang Martis lihat, hanyalah hamparan Padang rumput yang luas, dan ada banyak sekali terlihat pepohonan yang ukurannya sangat besar menghiasi daratan sekitarnya. "Kenapa Kakek kejam sekali? Teganya dia mendorongku ke gerbang dimensi itu, huft...!" Martis mendengus kesal saat teringat bahwa kakeknya lah yang membuat dirinya masuk ke dalam gerbang dimensi tanpa sengaja. Namun, Martis tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Dia tidak mau membuang banyak waktu untuk melampiaskan kekesalannya atas kejahilan kakeknya. Justru tiba-tiba ia merasa penasaran saat melihat seekor burung yang ukurannya sangat besar melintas di udara. Bukan hanya itu, banyak hal lain yang membuat Martis semakin penasaran, seperti jamur yang ada di sampingnya, ukuranya sebesar bak m
Martis memperhatikan arah di depannya. Ia merasakan tanah yang bergetar, yang seakan-akan terasa seperti sedang terjadi gempa bumi. Dan tak lama kemudian, munculah seekor binatang buas. Binatang itu bentuknya mirip seperti beruang, memiliki cakar yang besar dan tajam, serta memiliki gigi taring yang sangat runcing. Tubuhnya sangatlah besar, tiga kali lipat lebih besar dibanding beruang yang ada di Bumi. Ketika binatang buas itu menatap Martis, ia nampak sangat marah. Sepertinya ia tidak senang karena ada yang berani memasuki wilayah kekuasaannya tanpa seizinnya. "Roar...! Hurg, hurg...! Haurgh...!" Binatang buas itu bersuara, dan bertingkah seakan mengatakan bahwa Martis tidak seharusnya berada di sini. "A-apa ini...?" Martis terkejut saat binatang yang besar itu melompat ke arahnya yang kemudian mengayunkan cakarnya untuk menangkap Martis. Untungnya Martis memiliki reflek yang sangat peka. Dia menghindar lalu mencoba untuk mencari tempat bersembunyi. Namun ketika ia bersembu
Dengan harapan yang besar, Martis membuka matanya untuk melihat kemampuan baru yang telah ia pilih secara acak. Dalam hatinya, ia berharap bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Saat ia melihat kemampuan baru yang telah ia dapatkan, cahaya yang memancar dari kemampuan itu memenuhi tubuhnya. Martis merasakan energi yang membara dan kekuatan yang mengalir melalui dirinya, memberinya keberanian dan keyakinan baru untuk melanjutkan pertempuran melawan binatang buas besar itu. "Wah ini saatnya aku menggunakan kekuatan baruku! Dan ini adalah kekuatan cahaya, kekuatan elemen cahaya adalah kekuatan yang sangat langka. Tenyata aku sangat beruntung!" Martis merasa senang atas pilihannya. "Kalau begitu baiklah, aku akan melawan beruang itu untuk menguji seberapa kuatnya kekuatanku ini!" Seketika waktu kembali berputar. Kemudian Martis yang ingin menguji kemampuan barunya, ia mengepalkan tangannya yang nampak bersinar, lalu dia maju dan melancarkan serangannya kepada binatang itu. Ketika tangan
Martis menjadi pusat perhatian warga desa karena dirinya yang di kurung dan ia berada di tengah tanah yang cukup lapang. Yang membuat Martis merasa sangat asing adalah pakaian. "Kenapa aku merasa seperti badut? Pakaian yang mereka kenakan berbeda dengan pakaianku. Kira-kira, apa yang akan mereka lakukan padaku selanjutnya, ya? Apakah aku akan dijadikan persembahan? Tidak, tidak...! Semoga saja tidak." Martis berbicara sendiri. Tak lama kemudian, Martis melihat ada dua orang tetua yang diiringi oleh rombongan di belakangnya. Tetua itu memperhatikan Martis dari setiap sudut. Bahkan ia sempat menyuruh Martis membuka bajunya sampai telanjang bulat. "Ini sesuai ramalan...!" seru salah satu pria tua yang melihat simbol di lengan Martis. "Tetua..., apakah dia orangnya? Orang yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan desa kita?" tanya seorang pria. Tetua itu menjawab, "Aku yakin, itu benar. Cepat kalian keluarkan dia dari kurungan itu! Kalian telah memperlakukannya dengan buruk!" Meli
Martis membuka menu pada sistemnya untuk mencari teknik baru yang akan digunakan dalam menghadapi suku Beberian nanti. Namun sepertinya Martis nampak kesal. "Sial! Kenapa teknik-teknik itu harganya sangat mahal?! Kalau begitu, aku terpaksa harus lebih giat lagi menyelesaikan misi harian, huft!" Dalam beberapa hari ini Martis fokus menyelesaikan latihan-latihan yang ada dalam daftar sistem. Mulai dari push-up, sit-up, dan yang lainnya. Dia sangat gigih demi mendapatkan saldo untuk membeli salah satu teknik yang menarik perhatiannya pada menu penjualan sistem. Dan akhirnya, tepat sehari sebelum suku Beberian mendatangi desa, Martis berhasil mendapatkan satu teknik baru dari kekuatan elemen cahaya miliknya. "Akhirnya..., aku bisa juga menguasai teknik ini. Teknik ini sangat berguna dalam pertarungan. Aku yakin, akan sangat sulit menghadapi teknik baru ini." Wajah Martis nampak berseri-seri. Kebetulan, kedatangan suku Beberian memberikan Martis peluang untuk mencoba menggunakan t
Tring! "Sistem mendeteksi nama Mamet. Dia adalah salah satu orang yang ada dalam daftar buronan. Kalahkan dia, ambil bonusnya!" Martis menyeringai saat melihat isi dari pemberitahuan sistem miliknya. Ia sangat menginginkan saldo yang didapatkan nantinya setelah menyelesaikan misi yang muncul pada sistemnya. Kemudian, Mamet lah yang memulai pertarungan yang disebut duel maut dalam suku mereka dengan cara menyerang Martis menggunakan pukulannya yang sangat kuat. Wish...! Wish, wish, wish...! Sangking kuatnya pukulan Mamet itu, sampai terdengar suara yang menderu. Tapi nampaknya Mamet tidak berhasil mendaratkan satu pukulannya pun pada tubuh Martis. Melihat gerakan Martis yang amat cepat itu, Mamet merubah penilaiannya terhadap Martis. Awalnya ia sangat meremehkan, tapi setelah melihat kemampuan Martis yang bergerak dengan kecepatan cahaya, Mamet jadi frustasi. "Sial! Apakah kau hanya dapat menghindar?! Mau sampai kapan, hah...?!" teriak Mamet kesal. Mamet terus mencoba
Semua orang suku Beberian terdiam. Tadi, teriakan mereka sangat bising menyoraki Mamet untuk menghajar Martis. Namun mulut mereka semua kini bungkam. Karena apa? Karena mereka semua tak menyangka Mamet yang terkenal sangat kuat dan lincah saat bertarung berhasil Martis kalahkan. Dan parahnya lagi, Mamet kalah dalam duel maut. Duel maut, dalam tradisi suku Beberian berarti harus ada yang mati diantara orang yang bertarung. Jika pemenang tidak mau membunuh lawannya yang sudah menyerah, maka orang yang kalah itu diwajibkan bunuh diri. Saat ini, Martis berdiri tegak di hadapan tubuh Mamet yang sudah tak berdaya. "Bagaimana? Apakah kalian semua mengakui kekalahan Kepala Suku kalian ini? Jika memang masih ada yang kurang puas, silahkan maju. Akan aku ladeni satu persatu." Martis memancarkan auranya, sehingga orang-orang yang ada di sana bergidik dibuatnya. Martis kembali berbicara, karena tidak ada yang berani menjawabnya. "Kalau begitu, sesuai perjanjian atas duel yang tadi kami laku