Setelah beberapa hari kemudian, Martis akhirnya memutuskan untuk meninggalkan desa itu. Dan tak disangka, semua suku Beberian bersikeras ingin ikut ke manapun Martis pergi. Padahal, Martis memiliki niat awal untuk menyuruh suku Beberian bekerja membangun desa tersembunyi dan menjaga keamanan di sana. Namun siapa sangka? Mereka semua kompak mengangkat Martis sebagai Kepala Suku yang baru. "Tunggu dulu. Jumlah kalian ini sangat banyak. Jika kalian ikut pergi berkelana bersamaku, bukankah nantinya terlihat seperti aku yang memimpin kalian untuk melakukan tindak kejahatan pada desa lain? Tidak! Aku tidak mau dicap buruk karena hal itu." Martis mengungkapkan isi pikirannya dengan jujur. Lagi pula, itu akan ia jadikan sebuah alasan agar mereka tidak mengikutinya pergi mencari keberadaan gerbang dimensi. "Kepala Suku, kami semua mau merubah perilaku dan penampilan kami. Asalkan, kita terus bersama-sama." Ada salah satu dari mereka yang menyelutuk. "Iya benar. Kami mau melakukannya." S
Martis menatap pria yang mengaku sebagai Kepala suku Mungulion, ia diam beberapa detik. Setelah itu ia malah berjalan menuju pinggir sungai kemudian duduk dengan santainya. Melihat hal itu, tentu saja membuat orang-orang dari suku Mungulion menjadi geram. "Cih! Orang itu sangat menyebalkan!" teriak salah satu anggota suku Mungulion sambil mencabut kapaknya. Namun saat ia hendak maju mendekati Martis, ia merasakan sesuatu di bagian pergelangan tangannya yang kemudian berteriak, "Argh...! Tanganku...!" Ternyata, telapak tangan pria yang berniat melawan Martis tadi seketika terputus, tergeletak di atas tanah dengan darah yang bercucuran. Keadaan sempat hening sejenak, hanya terdengar suara pria yang kesakitan sambil berguling di tanah memegangi tangannya yang putus. "Siapa yang berani melukai anak buah Ku, maka dia akan aku habisi!" seru Kepala suku Mungulion. "Aku yang melakukannya. Maju saja jika kau memang berani melawanku. Tapi, bukankah tadi kau menantang Kepala Suku kami u
Martis menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Belmont. "Sedari tadi, aku merasa kau belum mau menunjukkan kekuatan sejatimu. Kalau kau bertarung seperti itu terus, kau tidak akan mendapatkan hadiah dari Ku." Upaya Martis untuk mendongkrak semangat Belmont akhirnya berhasil. Belmont meningkatkan kekuatan tubuhnya. Bukan hanya itu, kecepatan tiap pukulan yang Belmont lakukan berhasil membalikkan keadaan. Musuhnya kini mulai nampak kewalahan menahan tiap pukulan itu. "Kau harus bersyukur, karena berhasil kuberikan pukulan terkuatku. Itu akan membuatmu tenang di alam Baka, hehe." Tangan Belmont terlihat berubah, ada asap yang keluar dari tiap tubuhnya. Bam, bam, bam...! Belmont semakin mendesak musuhnya. Martis yang tadi duduk dengan santai, langsung bangkit setelah melihat gaya bertarung Belmont dan membaca pemberitahuan dari sistemnya. "Sistem, apakah benar yang kau katakan? Apakah kau yakin dengan itu?" tanya Martis pada sistemnya. Sistem segera menjawabnya. Dan
Yayan sangat yakin bahwa ia berhasil menyerang Martis dengan cara diam-diam. Tapi Yayan tidak tahu bahwa Martis adalah seorang Pengendali Sistem Terkuat. Secara otomatis, saat Martis terkena serangan dari Yayan, ia mengetahuinya berkat pemberitahuan sistem. "Jadi, kau menggunakan cara licik, Ya?" tanya Martis pada Osef. "Cara licik? Apa maksudmu?" jawab Osef, ia malah balik bertanya karena belum mengerti apa yang Martis maksudkan. "Lihat ini. Benda kecil beracun seperti ini sangatlah berbahaya." Martis menunjukkan sebuah benda di telapak tangannya. Osef menautkan alisnya, ia segera faham apa yang Martis maksud. "Aku mau duel ini dihentikan!" seru Osef, seketika membuat suasana ricuh penuh bisikan. "Apa maksudmu?" tanya Martis. "Aku tidak mau, duel di antara kita ada yang menggangu. Tunggu sebentar, aku akan mengurus masalah ini." Osef berbalik badan dan kembai dalam barisan pasukannya. Di sana, Osef sangat marah. Dia langsung menjatuhkan hukuman eksekusi bagi orang yang t
Martis kemudian mendekatkan wajahnya pada Mona. Martis memperhatikan kedua bola matanya. Dan akhirnya, Martis menemukan sesuatu yang terasa janggal. "Tunggu...! Siapa namamu?" tanya Martis, ia segera menarik tangan Mona yang hendak berbalik badan kemudian pergi. Jantung Mona berdebar lebih cepat saat tangannya ditarik oleh Martis. Ia mendengar nada bicara Martis tadi seperti mencurigainya. "Na-namaku Mona, Tuan." Mona akhirnya memutuskan untuk menjawab. "Sini, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Martis lalu mengajak Mona duduk di tempatnya semula ketika menyendiri tadi. "Aku tahu, kau adalah seorang mata-mata." Martis mengatakan dengan santainya. Namun tidak dengan Mona, kedua matanya terbelalak. Ia bingung harus berkata apa kepada Martis. Ia langsung berpikir, bahwa hidupnya akan berakhir tak lama dari malam ini. "Tapi tenang saja, hanya aku seorang yang tahu tentangmu yang sebenarnya. Aku tidak akan memberitahu siapapun akan hal itu, akan tetapi, aku harus mengetahui du
Keesokan harinya, saat Martis terbangun dan keluar dari tendanya, ia sangat terkejut kerena melihat para Suku Mungulion yang nampak panik. "Hey, Osef! Ada apa ini? Kenapa pagi-pagi sudah ada keributan?" tanya Martis, ia menghampiri Osef. "Martis, salah satu anggota kami ada yang hilang. Dia adalah orang yang paling penting, dia Peramal Suci kami, Martis," jawab Osef, wajahnya terlihat panik. Martis menepuk jidatnya sendiri kemudian berkata, "Aduh! Celaka...!" Melihat ekspresi Martis yang tak biasa, membuat Osef curiga. "Martis, jangan bilang kau yang menculiknya? Kau sengaja berpura-pura menganggap kami sebagai saudara hanya karena ingin mengetahui tentang rahasia Peramal Suci, kan?! Martis, benar, tidak?!" Nada bicara dan wajah Osef yang semula nampak panik, kini mulai berubah menjadi waspada dan siap untuk bertarung. "Huft...!" Tapi Martis malah membuang nafasnya, ia bingung ingin menjelaskan dari mana. "Baiklah, akan aku katakan yang sebenarnya." Suasana menjadi tegang.
Martis memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia sempat bingung setelah membaca arti kebenaran. "Sistem, apakah semua data sudah lengkap?" tanya Martis pada sistemnya. Tring! "Sistem berhasil mendapatkan data yang dibutuhkan Martis dengan lengkap. Akan tetapi, ada satu server yang bersifat rahasia." "Rahasia? Jadi begitu ya, kelakuan para oknum pemerintah di planet ini. Mereka yang sengaja menenggelamkan data penting." Data rahasia inilah yang membuat Martis semakin merasa curiga bahwa World Government menyembunyikan sesuatu. "Sebenarnya apa yang terjadi di Planet ini? Kebanyakan semuanya hancur. Dan ditambah lagi, dengan ukuran hewan yang besarnya berkali lipat dari hewan yang ada di Bumi." Martis terus menelusuri dan mencari tahu apa yang harus dilakukannya di hari esok. Esok harinya, Martis menemui Mona. "Mona, apa kabarmu?" tanya martis seraya tersenyum. Mona pun menjawab, "Tuan Martis? Aku..., aku baik-baik saja." Martis memperhatikan ekspresi Mona yang
Martis yang terus ditatap oleh Mona dengan cara tidak biasa akhirnya merasakan tatapan itu. "Ada apa, Mona? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Martis secara langsung, ia justru mendekatkan wajahnya pada Mona. Mona yang tersadar langsung terkejut. "Eh, anu, itu, aku..., tidak, tidak! Tidak ada apa-apa." Mona mendorong tubuh Martis. Martis menghentikan bahunya sambil menatap langit, sepertinya ia sedang berpikir sesuatu hal. Namun, pikiran Martis seketika buyar, karena tiba-tiba Mona menarik tangan Martis dan mengajaknya ke suatu tempat. "Mona, ada apa?" tanya Martis bingung. "Martis, aku ingin bertanya denganmu. Sebenarnya, kau ini siapa? Dari mana asalmu?" tanya Mona dengan wajah yang sangat serius. Martis mengerti apa yang Mona maksudkan. Akan tetapi, sepertinya Martis sengaja tidak ingin mengumbar identitasnya. Ia tidak mau identitasnya terbongkar, karena pasti akan ada orang yang datang mencarinya. Martis sudah membayangkan hal yang dipikirnya sangat rumit. Jadi,