Martis kemudian mendekatkan wajahnya pada Mona. Martis memperhatikan kedua bola matanya. Dan akhirnya, Martis menemukan sesuatu yang terasa janggal. "Tunggu...! Siapa namamu?" tanya Martis, ia segera menarik tangan Mona yang hendak berbalik badan kemudian pergi. Jantung Mona berdebar lebih cepat saat tangannya ditarik oleh Martis. Ia mendengar nada bicara Martis tadi seperti mencurigainya. "Na-namaku Mona, Tuan." Mona akhirnya memutuskan untuk menjawab. "Sini, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Martis lalu mengajak Mona duduk di tempatnya semula ketika menyendiri tadi. "Aku tahu, kau adalah seorang mata-mata." Martis mengatakan dengan santainya. Namun tidak dengan Mona, kedua matanya terbelalak. Ia bingung harus berkata apa kepada Martis. Ia langsung berpikir, bahwa hidupnya akan berakhir tak lama dari malam ini. "Tapi tenang saja, hanya aku seorang yang tahu tentangmu yang sebenarnya. Aku tidak akan memberitahu siapapun akan hal itu, akan tetapi, aku harus mengetahui du
Keesokan harinya, saat Martis terbangun dan keluar dari tendanya, ia sangat terkejut kerena melihat para Suku Mungulion yang nampak panik. "Hey, Osef! Ada apa ini? Kenapa pagi-pagi sudah ada keributan?" tanya Martis, ia menghampiri Osef. "Martis, salah satu anggota kami ada yang hilang. Dia adalah orang yang paling penting, dia Peramal Suci kami, Martis," jawab Osef, wajahnya terlihat panik. Martis menepuk jidatnya sendiri kemudian berkata, "Aduh! Celaka...!" Melihat ekspresi Martis yang tak biasa, membuat Osef curiga. "Martis, jangan bilang kau yang menculiknya? Kau sengaja berpura-pura menganggap kami sebagai saudara hanya karena ingin mengetahui tentang rahasia Peramal Suci, kan?! Martis, benar, tidak?!" Nada bicara dan wajah Osef yang semula nampak panik, kini mulai berubah menjadi waspada dan siap untuk bertarung. "Huft...!" Tapi Martis malah membuang nafasnya, ia bingung ingin menjelaskan dari mana. "Baiklah, akan aku katakan yang sebenarnya." Suasana menjadi tegang.
Martis memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia sempat bingung setelah membaca arti kebenaran. "Sistem, apakah semua data sudah lengkap?" tanya Martis pada sistemnya. Tring! "Sistem berhasil mendapatkan data yang dibutuhkan Martis dengan lengkap. Akan tetapi, ada satu server yang bersifat rahasia." "Rahasia? Jadi begitu ya, kelakuan para oknum pemerintah di planet ini. Mereka yang sengaja menenggelamkan data penting." Data rahasia inilah yang membuat Martis semakin merasa curiga bahwa World Government menyembunyikan sesuatu. "Sebenarnya apa yang terjadi di Planet ini? Kebanyakan semuanya hancur. Dan ditambah lagi, dengan ukuran hewan yang besarnya berkali lipat dari hewan yang ada di Bumi." Martis terus menelusuri dan mencari tahu apa yang harus dilakukannya di hari esok. Esok harinya, Martis menemui Mona. "Mona, apa kabarmu?" tanya martis seraya tersenyum. Mona pun menjawab, "Tuan Martis? Aku..., aku baik-baik saja." Martis memperhatikan ekspresi Mona yang
Martis yang terus ditatap oleh Mona dengan cara tidak biasa akhirnya merasakan tatapan itu. "Ada apa, Mona? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Martis secara langsung, ia justru mendekatkan wajahnya pada Mona. Mona yang tersadar langsung terkejut. "Eh, anu, itu, aku..., tidak, tidak! Tidak ada apa-apa." Mona mendorong tubuh Martis. Martis menghentikan bahunya sambil menatap langit, sepertinya ia sedang berpikir sesuatu hal. Namun, pikiran Martis seketika buyar, karena tiba-tiba Mona menarik tangan Martis dan mengajaknya ke suatu tempat. "Mona, ada apa?" tanya Martis bingung. "Martis, aku ingin bertanya denganmu. Sebenarnya, kau ini siapa? Dari mana asalmu?" tanya Mona dengan wajah yang sangat serius. Martis mengerti apa yang Mona maksudkan. Akan tetapi, sepertinya Martis sengaja tidak ingin mengumbar identitasnya. Ia tidak mau identitasnya terbongkar, karena pasti akan ada orang yang datang mencarinya. Martis sudah membayangkan hal yang dipikirnya sangat rumit. Jadi,
Martis, Mamet, dan Belmont berdiskusi tentang situasi yang terjadi, di mana mereka curiga bahwa Suku Senyap sedang memata-matai mereka. Belmont yakin bahwa orang yang memata-matai mereka berasal dari Suku Senyap, karena reputasi mereka dalam menyelinap dan memata-matai suku lain. Martis, yang tertarik dengan informasi tersebut, bertanya kepada Belmont tentang kepastiannya bahwa orang tersebut berasal dari Suku Senyap. Belmont menjelaskan bahwa sebelumnya dia pernah ditawari jasa mata-mata oleh Suku Senyap, namun menolaknya karena alasan tertentu. Mamet juga ikut memberikan informasi bahwa mereka juga pernah mendapat tawaran serupa dari Suku Senyap, namun mereka menolaknya karena permintaan bayaran yang sangat mahal. Mereka berdua telah memiliki pengalaman langsung dengan Suku Senyap, sehingga mereka curiga bahwa orang yang memata-matai mereka saat ini berasal dari suku tersebut. Dengan informasi ini, Martis, Mamet, dan Belmont semakin yakin bahwa Suku Senyap adalah dalang di bali
Entah apa yang ada dalam benak Martis, sehingga ia berbohong dan mengatakan bahwa ia adalah suami dari wanita tersebut. "Kau suaminya? Bagus, kalau begitu kami tidak perlu repot-repot mencarimu. Ayo teman-teman, segera tangkap dia juga!" Sedangkan wanita yang dikepung itu sempat bingung dengan kehadiran Martis. 'Siapa dia? Kenapa dia begitu bodohnya mengaku sebagai suamiku? Apakah dia tidak tahu, kalau orang-orang ini adalah kaki tangan World Government?' tanya wanita itu dalam hati. Keadaan mulai berubah, karena kini para pria itu beralih perhatiannya pada Martis untuk menangkapnya. Namun para pria itu terkejut saat merasa Martis bukanlah orang yang lemah. Salah satu dari beberapa pria itu berbisik pada teman yang di sebelahnya. Ia mengatakan, "Hey, apakah kita tidak salah target? Kenapa rasanya orang ini bukanlah orang sembarangan? Dia kuat, dia memiliki kemampuan di atas kita." Temannya menjawab, "Benar sekali. Aku juga merasa kesulitan menghadapinya. Padahal, misi kita ka
Setelah beberapa orang pria itu sadar, mereka terkejut karena kondisi tubuh mereka yang terikat. Dan lagi, yang membuat mereka sempat merinding adalah ketika melihat di sekeliling mereka yang ternyata ada suku Beberian dan Mungulion. "Ma-mau apa kalian? Cepat bebaskan kami...!" pinta salah satu pria itu. Bam...! Namun ucapannya malah disambut pukulan keras pada bagian wajahnya oleh Belmont. "Apa-apaan pria sialan ini! Baru sadar, langsung berani membentak kami! Cih!" seru Belmont dengan tatapan garangnya. Martis memberikan isyarat pada Belmont untuk berhenti memukuli mereka. "Belmont, tunggu sebentar. Jika kau memukuli mereka lagi, maka mereka nanti bisa kembali tak sadarkan diri. Aku ingin memastikan pada mereka dulu, apa yang mereka lakukan pada wanita tadi." Martis memberikan beberapa pertanyaan. Meskipun awalnya para pria itu tidak mau menjawab dengan jujur, namun mulut mereka yang bungkam akhirnya berbicara setelah melihat Belmont yang menyiksa salah satu temannya deng
Sedangkan di kejauhan, di wilayah yang di sekelilingnya dipenuhi salju dan es, ada seseorang yang tengah marah. Yah, dia adalah salah satu Edmiral yang bernama Kaziru. "Kurang ajar! Teryata ada lagi orang-orang bodoh yang mencari mati!" seru Kaziru. "Hey kalian! Apakah benar, Kepala Suku Rebelion itu memiliki kekuatan aneh?!" tanyanya kepada salah satu anak buahnya yang kala itu pernah ditangkap Martis. "Be-benar Edmiral. Dia juga sangat kuat," jawab anak buah Kaziru dengan wajah ketakutan dan cemas. Bam...! Kaziru memukul meja yang ada di hadapannya sampai meja itu hancur berkeping-keping. Padahal, itu hanyalah pukulan biasa saja, namun ternyata sangat kuat. "Kalau begitu baiklah, cepat kita atur pasukan untuk membasmi suku Rebelion! Ayo, segera kerahkan pasukan kelas menengah ke sana!" seru Kaziru yang kemudian pergi ke ruangannya untuk menghubungi seseorang. Ternyata, yang dihubungi Kaziru adalah organisasi yang dibentuk oleh World Government untuk membasmi orang-orang y