"Begini, dulu sebelum aku menjadi pengguna kekuatan biji setan, aku sering melakukan meditasi dan berlatih mengendalikan pikiranku. Dan hasilnya, ketika aku terkena serangan gangguan dari energi biji setan, aku bisa menahan diri dan menjinakkannya. Akan tetapi, suatu saat aku kebetulan bertemu sesosok peri suci dan ia memberikan aku biji setan langka. Ternyata setelah aku pikir dan telaah, itulah yang memberiku kemampuan untuk menyerap dan mengendalikan lebih dari lima biji setan. Inilah yang terjadi pada keenam biji setan yang tadi. Aku tidak sengaja menyerapnya karena aku lupa untuk menjaga jarak dengan biji setan tadi," jelas Martis kepada Vivi dan Lucas."Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini semua begitu fantastis!" ucap Lucas berkata sambil menggelengkan kepalanya."Pertama-tama kita harus memulihkan Martis dan menemukan cara agar efek negatif biji setan tersebut tidak menguar dari tubuhnya," sela Edi.Lucas setuju dengan apa yang Edi katakan dan segera ia mengambil sebuah
Martis yang ditanyai pun berpikir sejenak. Kemudian ia mencoba membuka layar sistemnya dan membaca detail profil keenam biji setan baru yang ia peroleh.Kemudian ia berkata, "Guru, maafkan aku. Jujur saja, bahkan sampai saat ini aku masih belum tahu masing-masing kekuatan yang dimiliki oleh bini setan kemarin itu." Martis menggelengkan kepalanya."Ya sudahlah, jangan terlalu dipikirkan kalau begitu. Oh iya, aku ada satu permintaan padamu. Maukah kau mengadakan sesi latihan bersama Vivi besok?" tanya Edi."Eh...? Apakah kondisi Vivi sudah benar-benar pulih? Kalau memang iya, boleh saja. Aku justru akan senang jika ada yang menemaniku berlatih," jawab Martis."Tenang saja, dia baik-baik saja. Kalau begitu, aku akan mengatakan padanya bahwa kau akan menunggunya di pinggir sungai dekat desa kita ini."***Matahari sedang terbit ketika Martis dan Vivi terlihat berdiri di tepi sungai yang tenang dan jernih. Mereka berlatih pukulan dan tendangan yang penuh energi untuk membentuk gaya pertaru
Tapi Martis melihat wajah Edi yang berbeda setelah menerima gulungan suci tersebut. "Apa yang terjadi, Guru? Apa isi gulungan suci ini tidak sesuai dengan yang Guru harapkan?" tanya Martis kepada Edi.Edi menekankan sedikit gumamannya. "Ini adalah pengisi kertas kosong. Tidak ada tulisan atau menandakan sama sekali. Bagaimana mungkin ini bisa menjadi gulungan suci yang sangat berharga?" tanya Edi.Martis dan Vivi saling pandang. Mereka berdua tidak mengerti apa maksud yang dikatakan oleh Edi."Guru, jangan bercanda. Kami sudah memeriksanya sebelum membawa gulungan suci ini kembali ke sini." Vivi terlihat skeptis.Begitu juga dengan Martis. "Benar sekali, kami berdua tidak akan salah dengan gulungan suci yang ada di rumah suci itu."Lalu Vivi memperhatikan wajah Edi dengan seksama. Dan pada saat itulah ia baru mulai sadar. "Martis! Dia bukan Guruku!" seru Vivi, kemudian ia menarik Martis ke samping dan mengambil kuda-kuda."Benarkah itu, Vivi? Kalau begitu, siapa dia?" Saat Martis mas
Martis menghela napas panjang, lalu mengangguk, "Kamu benar, Vivi. Aku terlalu terburu-buru dan meninggalkan nalarku. Tapi kita masih bisa mencarinya. Kita harus berusaha menemukan gulungan suci yang sebenarnya."Vivi mengangguk seraya menatap Martis dengan mata lelah. "Sudahlah, Martis. Kita sudah berjuang keras sampai sekarang. Mungkin ini hanya takdir kita untuk gagal menemukan gulungan suci itu."Martis tersenyum pahit, "Tidak, Vivi. Kita tidak bisa menyerah sekarang. Do you remember apa yang dulu dikatakan oleh Guru kamu, 'Ketika semuanya terlihat suram dan tidak ada jalan keluar, itulah saat kita harus bertahan terus dan tidak menyerah'."Vivi mengangguk mengingat kata-kata Edi, gurunya, dan tersenyum pahit, "Ya, kamu benar. Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Kita akan kembali lagi?"Martis berpikir sejenak, lalu mengeluarkan peta dari dalam kantongnya dan menunjuk beberapa area di peta, "Kita perlu mencoba mencarinya di sini."Vivi meraih peta itu dan melihat daerah yang di
Rupanya, pria itu benar-benar licik. Dia yang tahu dengan kekuatan Martis yang hebat, menggunakan trik licik dengan cara menjadikan Edi dan Lucas sebagai tawanan."Martis, Vivi, sudahlah. Kalian jangan khawatirkan kami. Kami berdua ini sudah tua, memang sudah sepantasnya meninggalkan dunia ini. Jadi, aku meminta tolong pada kalian berdua untuk merebut kembali gulungan itu, bagaimanapun caranya. Jangan hiraukan kami, kalian fokus saja untuk merebut kembali gulungan suci itu," ungkap Edi.Martis dan Vivi merasa sangat bingung. Kali ini, mereka berdua harus benar-benar berpikir dengan jernih.Akan tetapi, ketika Martis sedang ingin mengulur waktu, ada suara tubuh seseorang yang jatuh ke lantai.Gedebugh...!"Lu-lucas...? Hey, Lucas...!" teriak Edi ketika melihat yang ternyata Lucas sudah tergeletak dan bersimbah darah."Hahaha...! Lihatlah, ini hanya peringatan kecil saja. Jika kalian masih terus mengotot ingin mengambil gulungan ini, aku akan membunuh dia juga!" Pria itu menunjuk Edi.Me
Martis sempat kewalahan ketika menghadapi kekuatan Bayangan musuhnya. Biasanya, dulu ketika Martis masih memiliki sistem yang lama, ia pasti akan melawan jurus bayangan ini dengan jurus bayangan pula. Tapi sekarang, sistem yang ia miliki berbeda. Sistem miliknya bisa dikatakan seperti sistem yang baru saja di reset ulang.Dan saat ia menghadapi pria yang menggunakan jurus bayangan ini, Martis mencoba berbagai hal. Bahkan ia menggunakan biji setan gravitasinya untuk menekan lawan, namun ia gagal menjatuhkan lawannya. Karena setiap kali ia menekan tubuh lawannya, ternyata itu hanyalah sebuah bayangan.Kemudian terdengar suara musuh Martis tertawa senang. "Apakah kamu masih belum mengerti juga, Hem? Sejak tadi aku melihatmu menyerang tanpa henti, namun semuanya gagal.""Aku tidak akan berhenti, sebelum bisa mengalahkanmu." Tekad Martis tidak berkurang sedikitpun. Justru ia menjadi semakin tertantang untuk mengalahkan pria itu. Yah, walaupun kerap merasa kesal akibat serangannya gagal, na
Setelah Martis berada di hadapan penjara gelembung yang mengurung Edi dan Lucas tadi, ia segera mencari cara untuk menghancurkan penjara gelembung itu.Duar, duar, duar...!Bam...!JELEGER...!Martis berkali-kali melancarkan serangannya guna menghancurkan penjara gelembung itu.Namun rasanya gelembung ini memiliki pertahanan yang sangat kuat. 'Eh...? Kuat sekali penjara gelembung ini,' gumam Martis.Saat Martis berusaha menggempur penjara gelembung itu untuk mengeluarkan Edi, ia mendengar pria misterius bertopeng berkata, "Percuma saja, kau tidak akan bisa menghancurkan belenggu itu, kecuali membunuhku! Hahaha..., ayo, cepat bunuh aku kalau berani...!" Meski tubuhnya tidak mampu bergerak lagi, namun suara dan tawa dari pria ini membuat Martis bingung. Pasalnya, Martis mengerti apa maksud pria itu.'Jadi begitu ya? Kalau aku tidak membunuhnya, berarti belenggu yang menahan Guru ini tidak akan hancur.' Martis segera memutar otaknya untuk menemukan solusi.Bles...!Tiba-tiba Martis menga
Gulungan suci itu beresonansi langsung dengan simbol yang ada di lengan Martis. Ada cahaya Aurora di langit yang memancarkan keindahan."Apa ini?" tanya Martis."Ini adalah keberkahan Dewa. Aku tak menyangka, Martis, bahwa kau ini memang benar-benar orang yang terpilih. Ayo, cepat duduklah, dan segera rasakan aura positif dari keberkahan Dewa ini." Edi kemudian duduk, ia menunjukkan bagaimana caranya untuk menerima keberkahan Dewa yang ia katakan.Ketika Martis dan yang lainnya duduk sambil memejamkan matanya, tubuh mereka masing-masing merasakan ketenangan dan kenyamanan.'Jadi, ini yang dinamakan keberkahan Dewa, ya? Rasanya..., tubuhku terasa sangat rileks dan sangat bugar.' Martis angkat menikmati moment ini.Dan setelah beberapa menit kemudian, Edi, Lucas dan Vivi membuka mata mereka. Namun tidak dengan Martis. Ia masih tetap duduk dan kedua matanya masih terlihat terpejam."Martis...?" sapa Vivi, ia mencoba menyentuh bahu Martis dari belakang.Namun Martis tidak tergugah. Ia mas
Martis dengan cepat menebas kepala pemimpin hewan liar itu."Memangnya, apa yang aku dapatkan jika aku mengalahkanmu, hah?" tanya Martis seraya menendang kepala iblis yang mirip kepala anjing.Berp...!Akan tetapi, Martis mendengar suara berderap.Ketika Martis berbalik badan, ia melihat semua hewan liar iblis di sana tunduk padanya."Eh...? Kok, kalian...?" Martis menggaruk kepalanya karena bingung dengan adegan ini.Kemudian, munculah sesosok iblis wanita dengan penampilan yang menawan."Hormat, Hamba, pada Bos...!"Martis semakin bingung, tapi ia segera menemukan ide cemerlang."Kalian semua, bangunlah."Setelah Martis memerintahkan mereka bangkit dari sujudnya, barulah mereka berdiri."Namaku adalah Martis! Aku Bos di sini sekarang! Bagi siapa yang menentangku, silahkan temui aku, dan aku siap menghadapinya!"Ternyata, Martis tiba pertama kali di alam iblis berada di sebuah desa yang lumayan besar. Kawanan hewan yang nampak liat tadi ternyata adalah salah satu garis pertahanan des
Setelah menempuh ruang dimensi yang sistem ciptakan, akhirnya Martis Tiba di dunia iblis."Wah..., pemandangannya tidak jauh beda dengan dimensi kami.""Roar...! Hargh...!"Tiba-Tiba Martis di seruduk oleh sekor binatang buas."Wow...! A-apakah semua hewan liar di alam iblis ini semuanya besar seperti ini?" ujar Martis seraya menghindari serangan dari hewan liar tadi."Baru juga sampai, langsung disambut dengan beginian...? Hadeh...!" Martis sedikit mengeluh.Awalnya, Martis berharap saat tiba di alam iblis akan mendapatkan suatu hal menarik yang berbeda dari dunianya. Dan ternyata..., ya memang benar berbeda. Sungguh sangat berbeda sekali dengan keadaan di dunianya.Martis yang diserang hewan liar tentunya tidak akan diam saja. Dia memperhatikan area sekitarnya sesaat, kemudian mengatur siasat untuk pertarungan. "Ternyata benar dugaanku...," ujar Martis, di mana saat ini ia tengah di kelilingi oleh gerombolan hewan liar yang penampilannya sedikit mirip seperti anjing, tapi ada yang
Martis kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan. "Huft...! Baiklah kalau begitu. Yang pasti, Ririn, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu. Berkat adanya kehadiran dirimu dalam hidupku, semuanya berubah total. Dan semuanya berubah menjadi jauh lebih baik, dan tidak pernah sekali pun aku merasakan perubahan yang dampaknya buruk dalam hidupku selama ini." Meskipun Martis tahu, bahwasanya Ririn yang tampilannya tidak dapat nyata seutuhnya, tapi Martis tetap menganggap bahwa sistem adalah kunci dari semua keberhasilannya selama ini. Kemudian, Martis memperhatikan Ririn yang nampak akan melakukan sesuatu. "Ririn..., apa yang akan kau lakukan...? Apakah jangan-jangan..., kamu...?" Ririn menjawab dengan senyuman, tidak, saat ini tubuh visual Ririn bentuknya sama persis dengan Mia. Jadi, yang Martis rasakan saat ini adalah melihat senyuman dari seorang Mia, Istri tercintanya Martis seorang. Kemudian Martis merasakan ruangan di sekitarnya berubah
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang. "Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya." Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomuni
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah ku
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang