"Ada apa, Vivi? Jangan ragu untuk bercerita padaku," kata Martis sambil memandang Vivi dengan perhatian.Vivi terdiam sejenak, merenung sebelum akhirnya ia menghela nafas dan memulai ceritanya. "Aku khawatir dengan kepergianmu, Martis. Kau tahu sendiri, meskipun Guru telah memberikan banyak pelajaran dan arahan, tapi kita tetap belum begitu ahli dalam menghadapi kekuatan jahat. Kita masih butuh bimbinganmu, Martis. Aku merasa khawatir jika kau pergi meninggalkan kami," ujar Vivi dengan lapar mata.Martis tersenyum dan meraih tangan Vivi, "Sudahlah, Vivi. Kau dan yang lain pasti akan baik-baik saja. Guru telah memberikan banyak pelajaran yang berharga bagi kita semua. Aku hanya perlu pergi sejenak untuk menyelesaikan beberapa urusan yang masih harus aku selesaikan. Dan jangan khawatir, aku akan segera kembali ke desa ini dan kelak kita akan bisa berlatih bersama-sama lagi."Vivi masih merasa sedih dan khawatir, "Tapi aku khawatir kita tidak bisa melindungi desa ini dari kejahatan jika
Dalam pertarungan yang sengit itu, Vivi berjuang dengan gigih melawan sekelompok orang asing itu. Dia menggunakan berbagai macam teknik yang telah dia pelajari dari Guru mereka, tapi masih terdapat beberapa orang yang berhasil menghindarinya. Vivi terus mencoba melindungi diri dan rumahnya, tetapi kekuatan mereka terlalu besar dan Vivi menjadi semakin terdesak.Tiba-tiba, ketika situasi semakin kacau, Martis muncul dari kegelapan dan bergabung dalam pertarungan itu. Dia membantu Vivi dan berhasil menjatuhkan beberapa orang dalam sekelompok pemburu biji setan itu."Mari kita hentikan mereka bersama-sama!" teriak Martis sambil bergerak dengan lincah menyerang musuh-musuhnya. Vivi bergabung kembali dalam pertarungan itu dan mereka berdua saling melindungi satu sama lain.Tak lama kemudian, serangan mereka berhasil mengusir seluruh anggota pemburu biji setan itu dari desa mereka. Kemenangan itu memberikan kekuatan baru bagi Vivi dan Martis, terutama setelah mereka membuka koper barang-bar
Martis mengambil benda tersebut, merasa senang dengan bantuan dan arahan yang diberikan guru itu. Namun, sesuatu yang aneh terasa saat menengok benda tersebut. Ada sebuah symbol yang terukir di permukaannya, namun Martis tidak mengenalinya."Maafkan saya, Guru. Apa maksud dari simbol ini?" Martis menunjukkan simbol tersebut pada sang guru.Pria itu tersenyum kecil. "Simbol tersebut adalah simbol kuno untuk kelompok pertapa yang sudah meredup sejak lama. Mereka memiliki keahlian dalam mengendalikan kekuatan magis, namun terlalu fokus pada kesempurnaan dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan dunia luar."Martis merasa penasaran. "Apakah simbol ini sangat berharga?"Guru itu menggeleng. "Tidak perlu terlalu memasukkannya dalam pikiranmu. Hanya simbol kepingan biasa yang cukup berguna untuk dipakai."Martis merasa percaya pada guru itu, lalu berpisah dan melanjutkan perjalanan dengan benda yang telah diberikan sang guru. Ia terus berusaha mengaktifkan artefak yang dimilikinya, dan sem
Selanjutnya, Martis meminta bantuan lagi pada para petarung bayaran itu untuk mencari tahu tentang penguasa The Silent Hand. Namun sepertinya, Martis hanya mendapatkan sedikit informasi saja. Dan Martis juga merasa keanehan dengan ekspresi yang ditunjukkan wajah para petarung bayaran itu saat ia membahas tentang penguasa The Silent Hand ini."Ada apa? Sepertinya kalian menyembunyikan sesuatu dariku? Apakah bayaran yang aku berikan tidak cukup?" tanya Martis terang-terangan."Huft..., bukan begitu. Kami sangat berterima kasih atas bayaran yang kau berikan. Itu lebih dari cukup, ini dapat aku gunakan untuk biaya hidup keluarga kami. Tapi, jujur saja. Mengenai penguasa organisasi jahat yang satu ini, aku sarankan kau jangan mencari masalah dengannya," jawab salah satu petarung bayaran itu, wajahnya terlihat takut ketika membahas penguasa The Silent Hand."Em..., memangnya ada apa? Bisakah kamu menjelaskan alasan dari saranmu itu, Bro?" tanya Martis lagi."Begini...," ucap pria itu, kali i
Martis melangkah maju, memindai area sekitarnya dengan cermat. Dia merasa ada gangguan di udara, seperti kehadiran seseorang yang terus mengintai dan mengamatinya. Martis harus mengakui bahwa dia merasa tertekan dan ketakutan. Dia sudah terbiasa dengan keheningan malam yang dingin dan sunyi, tapi kehadiran seseorang yang misterius, yang tidak bisa dia lihat, membuat hatinya berdegup kencang.Seketika, dia mendengar bunyi langkah cepat dari sekitar, dan kemudian mendengar suara tawa menggema di sekitarnya."Tinggal di The Silent Hand selama bertahun-tahun, tidak cukup membuatku menemukan orang yang lebih kuat."Martis menyadari dengan terkejut. "Siapa kau? Keluarlah dari persembunyianmu dan hadapi aku secara langsung!" gumamnya dengan tegas.Setelah beberapa saat, sosok seorang wanita muncul dari bayangan, namun martis mengenali identitas orang itu. "Aku melihat kehancuran di masa depanmu," ujar Marsha, salah satu anggota The Silent Hand.Martis menghapus keringat di dahinya, "Terserah
"Dia sudah bangun...! Ayo tangkap dia!" teriak salah satu dari anggota The Silent Hand.Martis merasa sangat terkejut dan juga terancam di tengah situasi ini. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Martis mencoba untuk memahami situasi ini, dan merasa ada sesuatu yang aneh dengan seluruh keadaan ini.'Mereka pasti kelompok The Silent Hand. Memang benar, aku memang merasa pernah membunuh orang yang tidak dikenal kemarin. Ternyata wanita itu memiliki pengaruh yang cukup besar,' gumam Martis.Karena tidak sabaran, mereka akhirnya mengambil tenda tempat Martis berada dengan kasar untuk menyeret Martis keluar.Tring!"Sistem menemukan kekacauan di area sekitar! Apakah Martis ingin Sistem membuat pertahanan?""Aktifkan sistem darurat!" seru Martis tanpa ragu."Perintah dimengerti." Sistem menjawab dengan cepat.Martis mempercayakan nyawanya pada sistem yang ia miliki. Kemudian, terciptalah pagar kaleng keliling yang membentuk area perlindungan beberapa puluh meter yang berbentuk kubah. Pagar
Martis mengerutkan alisnya, lalu bersiap siaga, dan bergumam dalam hati, 'Ini bukan situasi yang menguntungkan. Kenapa aku malah memancing yang lainnya keluar? Menghadapi satu pengguna zirah pohon setan saja aku belum tahu bagaimana caranya. Kali ini, malah muncul empat orang lagi, sial!'Keempat orang musuh Martis itu berlagak sangat sombong. Padahal kemampuan bela diri mereka jauh di bawah Martis. Akan tetapi, yang membuat Martis sakit kepala adalah serangan dari kekuatan biji setannya yang tidak mempan sama sekali pada mereka. Ditambah lagi, masih banyak musuh lainnya yang terasa datang tidak ada habisnya.Martis menggerutu lagi, 'Sebenarnya ada berapa banyak jumlah mereka?! Cih!'Martis semakin lama mulai merasa lelah. Rupanya ini memanglah strategi dari musuhnya untuk menguras tenaganya."Sepertinya kau mulai nampak kelelahan?" ejek musuh Martis seraya menyeringai senang.Karena rasa lelah mulai membebaninya, Martis pun akhirnya lengah. Dari arah belakang ada dua pria pengguna zi
Dan akhirnya, orang-orang yang menangkap Martis pergi menemui Bos mereka. Ternyata Martis benar-benar di bawa untuk menemui Bos Besar The Silent Hand yang sebenarnya."Lapor, Bos! Kami sudah membawa pria itu. Kami menunggu perintah Bos selanjutnya." Mereka berlima berlutut di hadapan sang penguasa The Silent Hand.Keadaan sempat hening beberapa detik. Hanya terdengar suara jari penguasa The Silent Hand yang mengetuk singgasananya.Dan akhirnya penguasa The Silent Hand itu berbicara, "Bawa dia kemari. Setelah itu kalian ambil imbalan yang telah aku janjikan, dan segeralah pergi kembali ke pos kalian masing-masing.""Baik, Bos!" jawab mereka berlima serempak yang kemudian pergi dari hadapan Bos mereka.Tak lama kemudian Martis dibawa ke hadapan penguasa The Silent Hand. Tubuhnya masih dalam keadaan kedua tangan dan kaki terikat dengan erat.Martis memicingkan matanya untuk memperhatikan siapa yang ada di hadapannya saat ini. Lalu ia bertanya dengan suara yang lemah, "Apakah kau Penguasa