Tapi Martis melihat wajah Edi yang berbeda setelah menerima gulungan suci tersebut. "Apa yang terjadi, Guru? Apa isi gulungan suci ini tidak sesuai dengan yang Guru harapkan?" tanya Martis kepada Edi.Edi menekankan sedikit gumamannya. "Ini adalah pengisi kertas kosong. Tidak ada tulisan atau menandakan sama sekali. Bagaimana mungkin ini bisa menjadi gulungan suci yang sangat berharga?" tanya Edi.Martis dan Vivi saling pandang. Mereka berdua tidak mengerti apa maksud yang dikatakan oleh Edi."Guru, jangan bercanda. Kami sudah memeriksanya sebelum membawa gulungan suci ini kembali ke sini." Vivi terlihat skeptis.Begitu juga dengan Martis. "Benar sekali, kami berdua tidak akan salah dengan gulungan suci yang ada di rumah suci itu."Lalu Vivi memperhatikan wajah Edi dengan seksama. Dan pada saat itulah ia baru mulai sadar. "Martis! Dia bukan Guruku!" seru Vivi, kemudian ia menarik Martis ke samping dan mengambil kuda-kuda."Benarkah itu, Vivi? Kalau begitu, siapa dia?" Saat Martis mas
Martis menghela napas panjang, lalu mengangguk, "Kamu benar, Vivi. Aku terlalu terburu-buru dan meninggalkan nalarku. Tapi kita masih bisa mencarinya. Kita harus berusaha menemukan gulungan suci yang sebenarnya."Vivi mengangguk seraya menatap Martis dengan mata lelah. "Sudahlah, Martis. Kita sudah berjuang keras sampai sekarang. Mungkin ini hanya takdir kita untuk gagal menemukan gulungan suci itu."Martis tersenyum pahit, "Tidak, Vivi. Kita tidak bisa menyerah sekarang. Do you remember apa yang dulu dikatakan oleh Guru kamu, 'Ketika semuanya terlihat suram dan tidak ada jalan keluar, itulah saat kita harus bertahan terus dan tidak menyerah'."Vivi mengangguk mengingat kata-kata Edi, gurunya, dan tersenyum pahit, "Ya, kamu benar. Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Kita akan kembali lagi?"Martis berpikir sejenak, lalu mengeluarkan peta dari dalam kantongnya dan menunjuk beberapa area di peta, "Kita perlu mencoba mencarinya di sini."Vivi meraih peta itu dan melihat daerah yang di
Rupanya, pria itu benar-benar licik. Dia yang tahu dengan kekuatan Martis yang hebat, menggunakan trik licik dengan cara menjadikan Edi dan Lucas sebagai tawanan."Martis, Vivi, sudahlah. Kalian jangan khawatirkan kami. Kami berdua ini sudah tua, memang sudah sepantasnya meninggalkan dunia ini. Jadi, aku meminta tolong pada kalian berdua untuk merebut kembali gulungan itu, bagaimanapun caranya. Jangan hiraukan kami, kalian fokus saja untuk merebut kembali gulungan suci itu," ungkap Edi.Martis dan Vivi merasa sangat bingung. Kali ini, mereka berdua harus benar-benar berpikir dengan jernih.Akan tetapi, ketika Martis sedang ingin mengulur waktu, ada suara tubuh seseorang yang jatuh ke lantai.Gedebugh...!"Lu-lucas...? Hey, Lucas...!" teriak Edi ketika melihat yang ternyata Lucas sudah tergeletak dan bersimbah darah."Hahaha...! Lihatlah, ini hanya peringatan kecil saja. Jika kalian masih terus mengotot ingin mengambil gulungan ini, aku akan membunuh dia juga!" Pria itu menunjuk Edi.Me
Martis sempat kewalahan ketika menghadapi kekuatan Bayangan musuhnya. Biasanya, dulu ketika Martis masih memiliki sistem yang lama, ia pasti akan melawan jurus bayangan ini dengan jurus bayangan pula. Tapi sekarang, sistem yang ia miliki berbeda. Sistem miliknya bisa dikatakan seperti sistem yang baru saja di reset ulang.Dan saat ia menghadapi pria yang menggunakan jurus bayangan ini, Martis mencoba berbagai hal. Bahkan ia menggunakan biji setan gravitasinya untuk menekan lawan, namun ia gagal menjatuhkan lawannya. Karena setiap kali ia menekan tubuh lawannya, ternyata itu hanyalah sebuah bayangan.Kemudian terdengar suara musuh Martis tertawa senang. "Apakah kamu masih belum mengerti juga, Hem? Sejak tadi aku melihatmu menyerang tanpa henti, namun semuanya gagal.""Aku tidak akan berhenti, sebelum bisa mengalahkanmu." Tekad Martis tidak berkurang sedikitpun. Justru ia menjadi semakin tertantang untuk mengalahkan pria itu. Yah, walaupun kerap merasa kesal akibat serangannya gagal, na
Setelah Martis berada di hadapan penjara gelembung yang mengurung Edi dan Lucas tadi, ia segera mencari cara untuk menghancurkan penjara gelembung itu.Duar, duar, duar...!Bam...!JELEGER...!Martis berkali-kali melancarkan serangannya guna menghancurkan penjara gelembung itu.Namun rasanya gelembung ini memiliki pertahanan yang sangat kuat. 'Eh...? Kuat sekali penjara gelembung ini,' gumam Martis.Saat Martis berusaha menggempur penjara gelembung itu untuk mengeluarkan Edi, ia mendengar pria misterius bertopeng berkata, "Percuma saja, kau tidak akan bisa menghancurkan belenggu itu, kecuali membunuhku! Hahaha..., ayo, cepat bunuh aku kalau berani...!" Meski tubuhnya tidak mampu bergerak lagi, namun suara dan tawa dari pria ini membuat Martis bingung. Pasalnya, Martis mengerti apa maksud pria itu.'Jadi begitu ya? Kalau aku tidak membunuhnya, berarti belenggu yang menahan Guru ini tidak akan hancur.' Martis segera memutar otaknya untuk menemukan solusi.Bles...!Tiba-tiba Martis menga
Gulungan suci itu beresonansi langsung dengan simbol yang ada di lengan Martis. Ada cahaya Aurora di langit yang memancarkan keindahan."Apa ini?" tanya Martis."Ini adalah keberkahan Dewa. Aku tak menyangka, Martis, bahwa kau ini memang benar-benar orang yang terpilih. Ayo, cepat duduklah, dan segera rasakan aura positif dari keberkahan Dewa ini." Edi kemudian duduk, ia menunjukkan bagaimana caranya untuk menerima keberkahan Dewa yang ia katakan.Ketika Martis dan yang lainnya duduk sambil memejamkan matanya, tubuh mereka masing-masing merasakan ketenangan dan kenyamanan.'Jadi, ini yang dinamakan keberkahan Dewa, ya? Rasanya..., tubuhku terasa sangat rileks dan sangat bugar.' Martis angkat menikmati moment ini.Dan setelah beberapa menit kemudian, Edi, Lucas dan Vivi membuka mata mereka. Namun tidak dengan Martis. Ia masih tetap duduk dan kedua matanya masih terlihat terpejam."Martis...?" sapa Vivi, ia mencoba menyentuh bahu Martis dari belakang.Namun Martis tidak tergugah. Ia mas
"Ada apa, Vivi? Jangan ragu untuk bercerita padaku," kata Martis sambil memandang Vivi dengan perhatian.Vivi terdiam sejenak, merenung sebelum akhirnya ia menghela nafas dan memulai ceritanya. "Aku khawatir dengan kepergianmu, Martis. Kau tahu sendiri, meskipun Guru telah memberikan banyak pelajaran dan arahan, tapi kita tetap belum begitu ahli dalam menghadapi kekuatan jahat. Kita masih butuh bimbinganmu, Martis. Aku merasa khawatir jika kau pergi meninggalkan kami," ujar Vivi dengan lapar mata.Martis tersenyum dan meraih tangan Vivi, "Sudahlah, Vivi. Kau dan yang lain pasti akan baik-baik saja. Guru telah memberikan banyak pelajaran yang berharga bagi kita semua. Aku hanya perlu pergi sejenak untuk menyelesaikan beberapa urusan yang masih harus aku selesaikan. Dan jangan khawatir, aku akan segera kembali ke desa ini dan kelak kita akan bisa berlatih bersama-sama lagi."Vivi masih merasa sedih dan khawatir, "Tapi aku khawatir kita tidak bisa melindungi desa ini dari kejahatan jika
Dalam pertarungan yang sengit itu, Vivi berjuang dengan gigih melawan sekelompok orang asing itu. Dia menggunakan berbagai macam teknik yang telah dia pelajari dari Guru mereka, tapi masih terdapat beberapa orang yang berhasil menghindarinya. Vivi terus mencoba melindungi diri dan rumahnya, tetapi kekuatan mereka terlalu besar dan Vivi menjadi semakin terdesak.Tiba-tiba, ketika situasi semakin kacau, Martis muncul dari kegelapan dan bergabung dalam pertarungan itu. Dia membantu Vivi dan berhasil menjatuhkan beberapa orang dalam sekelompok pemburu biji setan itu."Mari kita hentikan mereka bersama-sama!" teriak Martis sambil bergerak dengan lincah menyerang musuh-musuhnya. Vivi bergabung kembali dalam pertarungan itu dan mereka berdua saling melindungi satu sama lain.Tak lama kemudian, serangan mereka berhasil mengusir seluruh anggota pemburu biji setan itu dari desa mereka. Kemenangan itu memberikan kekuatan baru bagi Vivi dan Martis, terutama setelah mereka membuka koper barang-bar