Martis sempat kewalahan ketika menghadapi kekuatan Bayangan musuhnya. Biasanya, dulu ketika Martis masih memiliki sistem yang lama, ia pasti akan melawan jurus bayangan ini dengan jurus bayangan pula. Tapi sekarang, sistem yang ia miliki berbeda. Sistem miliknya bisa dikatakan seperti sistem yang baru saja di reset ulang.Dan saat ia menghadapi pria yang menggunakan jurus bayangan ini, Martis mencoba berbagai hal. Bahkan ia menggunakan biji setan gravitasinya untuk menekan lawan, namun ia gagal menjatuhkan lawannya. Karena setiap kali ia menekan tubuh lawannya, ternyata itu hanyalah sebuah bayangan.Kemudian terdengar suara musuh Martis tertawa senang. "Apakah kamu masih belum mengerti juga, Hem? Sejak tadi aku melihatmu menyerang tanpa henti, namun semuanya gagal.""Aku tidak akan berhenti, sebelum bisa mengalahkanmu." Tekad Martis tidak berkurang sedikitpun. Justru ia menjadi semakin tertantang untuk mengalahkan pria itu. Yah, walaupun kerap merasa kesal akibat serangannya gagal, na
Setelah Martis berada di hadapan penjara gelembung yang mengurung Edi dan Lucas tadi, ia segera mencari cara untuk menghancurkan penjara gelembung itu.Duar, duar, duar...!Bam...!JELEGER...!Martis berkali-kali melancarkan serangannya guna menghancurkan penjara gelembung itu.Namun rasanya gelembung ini memiliki pertahanan yang sangat kuat. 'Eh...? Kuat sekali penjara gelembung ini,' gumam Martis.Saat Martis berusaha menggempur penjara gelembung itu untuk mengeluarkan Edi, ia mendengar pria misterius bertopeng berkata, "Percuma saja, kau tidak akan bisa menghancurkan belenggu itu, kecuali membunuhku! Hahaha..., ayo, cepat bunuh aku kalau berani...!" Meski tubuhnya tidak mampu bergerak lagi, namun suara dan tawa dari pria ini membuat Martis bingung. Pasalnya, Martis mengerti apa maksud pria itu.'Jadi begitu ya? Kalau aku tidak membunuhnya, berarti belenggu yang menahan Guru ini tidak akan hancur.' Martis segera memutar otaknya untuk menemukan solusi.Bles...!Tiba-tiba Martis menga
Gulungan suci itu beresonansi langsung dengan simbol yang ada di lengan Martis. Ada cahaya Aurora di langit yang memancarkan keindahan."Apa ini?" tanya Martis."Ini adalah keberkahan Dewa. Aku tak menyangka, Martis, bahwa kau ini memang benar-benar orang yang terpilih. Ayo, cepat duduklah, dan segera rasakan aura positif dari keberkahan Dewa ini." Edi kemudian duduk, ia menunjukkan bagaimana caranya untuk menerima keberkahan Dewa yang ia katakan.Ketika Martis dan yang lainnya duduk sambil memejamkan matanya, tubuh mereka masing-masing merasakan ketenangan dan kenyamanan.'Jadi, ini yang dinamakan keberkahan Dewa, ya? Rasanya..., tubuhku terasa sangat rileks dan sangat bugar.' Martis angkat menikmati moment ini.Dan setelah beberapa menit kemudian, Edi, Lucas dan Vivi membuka mata mereka. Namun tidak dengan Martis. Ia masih tetap duduk dan kedua matanya masih terlihat terpejam."Martis...?" sapa Vivi, ia mencoba menyentuh bahu Martis dari belakang.Namun Martis tidak tergugah. Ia mas
"Ada apa, Vivi? Jangan ragu untuk bercerita padaku," kata Martis sambil memandang Vivi dengan perhatian.Vivi terdiam sejenak, merenung sebelum akhirnya ia menghela nafas dan memulai ceritanya. "Aku khawatir dengan kepergianmu, Martis. Kau tahu sendiri, meskipun Guru telah memberikan banyak pelajaran dan arahan, tapi kita tetap belum begitu ahli dalam menghadapi kekuatan jahat. Kita masih butuh bimbinganmu, Martis. Aku merasa khawatir jika kau pergi meninggalkan kami," ujar Vivi dengan lapar mata.Martis tersenyum dan meraih tangan Vivi, "Sudahlah, Vivi. Kau dan yang lain pasti akan baik-baik saja. Guru telah memberikan banyak pelajaran yang berharga bagi kita semua. Aku hanya perlu pergi sejenak untuk menyelesaikan beberapa urusan yang masih harus aku selesaikan. Dan jangan khawatir, aku akan segera kembali ke desa ini dan kelak kita akan bisa berlatih bersama-sama lagi."Vivi masih merasa sedih dan khawatir, "Tapi aku khawatir kita tidak bisa melindungi desa ini dari kejahatan jika
Dalam pertarungan yang sengit itu, Vivi berjuang dengan gigih melawan sekelompok orang asing itu. Dia menggunakan berbagai macam teknik yang telah dia pelajari dari Guru mereka, tapi masih terdapat beberapa orang yang berhasil menghindarinya. Vivi terus mencoba melindungi diri dan rumahnya, tetapi kekuatan mereka terlalu besar dan Vivi menjadi semakin terdesak.Tiba-tiba, ketika situasi semakin kacau, Martis muncul dari kegelapan dan bergabung dalam pertarungan itu. Dia membantu Vivi dan berhasil menjatuhkan beberapa orang dalam sekelompok pemburu biji setan itu."Mari kita hentikan mereka bersama-sama!" teriak Martis sambil bergerak dengan lincah menyerang musuh-musuhnya. Vivi bergabung kembali dalam pertarungan itu dan mereka berdua saling melindungi satu sama lain.Tak lama kemudian, serangan mereka berhasil mengusir seluruh anggota pemburu biji setan itu dari desa mereka. Kemenangan itu memberikan kekuatan baru bagi Vivi dan Martis, terutama setelah mereka membuka koper barang-bar
Martis mengambil benda tersebut, merasa senang dengan bantuan dan arahan yang diberikan guru itu. Namun, sesuatu yang aneh terasa saat menengok benda tersebut. Ada sebuah symbol yang terukir di permukaannya, namun Martis tidak mengenalinya."Maafkan saya, Guru. Apa maksud dari simbol ini?" Martis menunjukkan simbol tersebut pada sang guru.Pria itu tersenyum kecil. "Simbol tersebut adalah simbol kuno untuk kelompok pertapa yang sudah meredup sejak lama. Mereka memiliki keahlian dalam mengendalikan kekuatan magis, namun terlalu fokus pada kesempurnaan dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan dunia luar."Martis merasa penasaran. "Apakah simbol ini sangat berharga?"Guru itu menggeleng. "Tidak perlu terlalu memasukkannya dalam pikiranmu. Hanya simbol kepingan biasa yang cukup berguna untuk dipakai."Martis merasa percaya pada guru itu, lalu berpisah dan melanjutkan perjalanan dengan benda yang telah diberikan sang guru. Ia terus berusaha mengaktifkan artefak yang dimilikinya, dan sem
Selanjutnya, Martis meminta bantuan lagi pada para petarung bayaran itu untuk mencari tahu tentang penguasa The Silent Hand. Namun sepertinya, Martis hanya mendapatkan sedikit informasi saja. Dan Martis juga merasa keanehan dengan ekspresi yang ditunjukkan wajah para petarung bayaran itu saat ia membahas tentang penguasa The Silent Hand ini."Ada apa? Sepertinya kalian menyembunyikan sesuatu dariku? Apakah bayaran yang aku berikan tidak cukup?" tanya Martis terang-terangan."Huft..., bukan begitu. Kami sangat berterima kasih atas bayaran yang kau berikan. Itu lebih dari cukup, ini dapat aku gunakan untuk biaya hidup keluarga kami. Tapi, jujur saja. Mengenai penguasa organisasi jahat yang satu ini, aku sarankan kau jangan mencari masalah dengannya," jawab salah satu petarung bayaran itu, wajahnya terlihat takut ketika membahas penguasa The Silent Hand."Em..., memangnya ada apa? Bisakah kamu menjelaskan alasan dari saranmu itu, Bro?" tanya Martis lagi."Begini...," ucap pria itu, kali i
Martis melangkah maju, memindai area sekitarnya dengan cermat. Dia merasa ada gangguan di udara, seperti kehadiran seseorang yang terus mengintai dan mengamatinya. Martis harus mengakui bahwa dia merasa tertekan dan ketakutan. Dia sudah terbiasa dengan keheningan malam yang dingin dan sunyi, tapi kehadiran seseorang yang misterius, yang tidak bisa dia lihat, membuat hatinya berdegup kencang.Seketika, dia mendengar bunyi langkah cepat dari sekitar, dan kemudian mendengar suara tawa menggema di sekitarnya."Tinggal di The Silent Hand selama bertahun-tahun, tidak cukup membuatku menemukan orang yang lebih kuat."Martis menyadari dengan terkejut. "Siapa kau? Keluarlah dari persembunyianmu dan hadapi aku secara langsung!" gumamnya dengan tegas.Setelah beberapa saat, sosok seorang wanita muncul dari bayangan, namun martis mengenali identitas orang itu. "Aku melihat kehancuran di masa depanmu," ujar Marsha, salah satu anggota The Silent Hand.Martis menghapus keringat di dahinya, "Terserah