Setelah pertempuran sengit dengan musuhnya dan berhasil melukai pria bertopeng misterius tersebut, Martis langsung bergegas kembali ke sisi Vivi. Dia merasa lega melihat Vivi telah kembali siuman, meskipun tampak lemah dan terluka."Vivi, kamu sudah sadar. Bagaimana perasaanmu?" tanya Martis dengan nada yang penuh kekhawatiran. Dia membantu Vivi duduk dan memeriksa luka-lukanya untuk memastikan tidak ada yang serius.Setelah memastikan bahwa Vivi cukup stabil, Martis mengajaknya untuk menghancurkan markas 'The Silent Hand'. "Vivi, kita harus menghancurkan tempat ini. Kita tidak bisa membiarkan 'The Silent Hand' terus melakukan kejahatan mereka," kata Martis dengan tekad yang kuat.Vivi, meskipun ia masih lemah, menyetujui rencana Martis. Mereka berdua bekerja sama, menggunakan kekuatan dan keahlian mereka untuk menghancurkan markas 'The Silent Hand'. Mereka berharap dengan melakukan ini, mereka dapat mencegah lebih banyak orang menjadi korban organisasi jahat ini.Setelah berhasil men
Martis duduk di tepi sungai di bawah cahaya bulan purnama. Sudah beberapa lama sejak anak dan istrinya diculik oleh 'the silent hand'. Dia merasa kesepian tanpa mereka, dan kesal terhadap dirinya sendiri karena tidak mampu melindungi orang yang dia cintai.'Apakah mereka disiksa? Apa yang mereka lakukan dengan anak dan istriku?' gumam Martis sambil menangis.Saat dia merenungkan nasibnya, ia mendengar suara di balik semak-semak. Dia bangkit dan siap berperang, tetapi ternyata itu adalah seorang pria tua."Pak Tua, apa yang anda lakukan pada malam begini di sini?" tanya Martis curiga."Pergilah ke semenanjung Onseta dan temukan Blue Dragon Flower. Itu adalah satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan yang diculik oleh 'the silent hand'," kata pria tua dengan suara serak."Eh...? Tapi..., apa maksudnya? Kenapa kau tahu kalau anak dan istriku telah diculik oleh mereka?" Martis berjalan, mencoba mendekati pria tua itu."Pergilah ke sana, wahai Anak Muda." Namun pria tua itu segera berbalik
Guru Vivi dan pria tua itu saling pandang kemudian menatap Martis dengan senyuman."Martis, dia adalah teman lamaku. Dulu, ketika kami masih muda, kami berjuang bersama untuk menghadapi musuh yang saat ini telah menjadi musuhmu juga." Dengan senyum di wajahnya, guru Vivi memberi tahu hubungan mereka sekilas."Itu benar, Anak Muda. Dan sebenarnya aku sudah mengawasimu sedari awal. Dan aku jadi tertarik setelah mendengar cerita Edi." Pria tua itu menimpali Edi, guru Vivi.Guru Vivi kembali tersenyum dan menanggapi pria tua itu, "Lucas, apakah menurutmu aku berbohong tentang Martis?" tanyanya."Tidak, Edi. Sedikitpun kau tidak berbohong. Dia memang pria yang datang sesuai ramalan kita kala itu."Setelah mendengarkan sejenak perbincangan itu, Martis mengatakan kepada dua pria tua itu untuk beristirahat.***Keesokan harinya, Martis kemudian berlatih di halaman belakang tempat tinggal sementaranya itu. Kali ini ia ditemani oleh guru Vivi dan seorang pria tua yang dikenalnya sebagai teman g
"Begini, dulu sebelum aku menjadi pengguna kekuatan biji setan, aku sering melakukan meditasi dan berlatih mengendalikan pikiranku. Dan hasilnya, ketika aku terkena serangan gangguan dari energi biji setan, aku bisa menahan diri dan menjinakkannya. Akan tetapi, suatu saat aku kebetulan bertemu sesosok peri suci dan ia memberikan aku biji setan langka. Ternyata setelah aku pikir dan telaah, itulah yang memberiku kemampuan untuk menyerap dan mengendalikan lebih dari lima biji setan. Inilah yang terjadi pada keenam biji setan yang tadi. Aku tidak sengaja menyerapnya karena aku lupa untuk menjaga jarak dengan biji setan tadi," jelas Martis kepada Vivi dan Lucas."Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini semua begitu fantastis!" ucap Lucas berkata sambil menggelengkan kepalanya."Pertama-tama kita harus memulihkan Martis dan menemukan cara agar efek negatif biji setan tersebut tidak menguar dari tubuhnya," sela Edi.Lucas setuju dengan apa yang Edi katakan dan segera ia mengambil sebuah
Martis yang ditanyai pun berpikir sejenak. Kemudian ia mencoba membuka layar sistemnya dan membaca detail profil keenam biji setan baru yang ia peroleh.Kemudian ia berkata, "Guru, maafkan aku. Jujur saja, bahkan sampai saat ini aku masih belum tahu masing-masing kekuatan yang dimiliki oleh bini setan kemarin itu." Martis menggelengkan kepalanya."Ya sudahlah, jangan terlalu dipikirkan kalau begitu. Oh iya, aku ada satu permintaan padamu. Maukah kau mengadakan sesi latihan bersama Vivi besok?" tanya Edi."Eh...? Apakah kondisi Vivi sudah benar-benar pulih? Kalau memang iya, boleh saja. Aku justru akan senang jika ada yang menemaniku berlatih," jawab Martis."Tenang saja, dia baik-baik saja. Kalau begitu, aku akan mengatakan padanya bahwa kau akan menunggunya di pinggir sungai dekat desa kita ini."***Matahari sedang terbit ketika Martis dan Vivi terlihat berdiri di tepi sungai yang tenang dan jernih. Mereka berlatih pukulan dan tendangan yang penuh energi untuk membentuk gaya pertaru
Tapi Martis melihat wajah Edi yang berbeda setelah menerima gulungan suci tersebut. "Apa yang terjadi, Guru? Apa isi gulungan suci ini tidak sesuai dengan yang Guru harapkan?" tanya Martis kepada Edi.Edi menekankan sedikit gumamannya. "Ini adalah pengisi kertas kosong. Tidak ada tulisan atau menandakan sama sekali. Bagaimana mungkin ini bisa menjadi gulungan suci yang sangat berharga?" tanya Edi.Martis dan Vivi saling pandang. Mereka berdua tidak mengerti apa maksud yang dikatakan oleh Edi."Guru, jangan bercanda. Kami sudah memeriksanya sebelum membawa gulungan suci ini kembali ke sini." Vivi terlihat skeptis.Begitu juga dengan Martis. "Benar sekali, kami berdua tidak akan salah dengan gulungan suci yang ada di rumah suci itu."Lalu Vivi memperhatikan wajah Edi dengan seksama. Dan pada saat itulah ia baru mulai sadar. "Martis! Dia bukan Guruku!" seru Vivi, kemudian ia menarik Martis ke samping dan mengambil kuda-kuda."Benarkah itu, Vivi? Kalau begitu, siapa dia?" Saat Martis mas
Martis menghela napas panjang, lalu mengangguk, "Kamu benar, Vivi. Aku terlalu terburu-buru dan meninggalkan nalarku. Tapi kita masih bisa mencarinya. Kita harus berusaha menemukan gulungan suci yang sebenarnya."Vivi mengangguk seraya menatap Martis dengan mata lelah. "Sudahlah, Martis. Kita sudah berjuang keras sampai sekarang. Mungkin ini hanya takdir kita untuk gagal menemukan gulungan suci itu."Martis tersenyum pahit, "Tidak, Vivi. Kita tidak bisa menyerah sekarang. Do you remember apa yang dulu dikatakan oleh Guru kamu, 'Ketika semuanya terlihat suram dan tidak ada jalan keluar, itulah saat kita harus bertahan terus dan tidak menyerah'."Vivi mengangguk mengingat kata-kata Edi, gurunya, dan tersenyum pahit, "Ya, kamu benar. Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Kita akan kembali lagi?"Martis berpikir sejenak, lalu mengeluarkan peta dari dalam kantongnya dan menunjuk beberapa area di peta, "Kita perlu mencoba mencarinya di sini."Vivi meraih peta itu dan melihat daerah yang di
Rupanya, pria itu benar-benar licik. Dia yang tahu dengan kekuatan Martis yang hebat, menggunakan trik licik dengan cara menjadikan Edi dan Lucas sebagai tawanan."Martis, Vivi, sudahlah. Kalian jangan khawatirkan kami. Kami berdua ini sudah tua, memang sudah sepantasnya meninggalkan dunia ini. Jadi, aku meminta tolong pada kalian berdua untuk merebut kembali gulungan itu, bagaimanapun caranya. Jangan hiraukan kami, kalian fokus saja untuk merebut kembali gulungan suci itu," ungkap Edi.Martis dan Vivi merasa sangat bingung. Kali ini, mereka berdua harus benar-benar berpikir dengan jernih.Akan tetapi, ketika Martis sedang ingin mengulur waktu, ada suara tubuh seseorang yang jatuh ke lantai.Gedebugh...!"Lu-lucas...? Hey, Lucas...!" teriak Edi ketika melihat yang ternyata Lucas sudah tergeletak dan bersimbah darah."Hahaha...! Lihatlah, ini hanya peringatan kecil saja. Jika kalian masih terus mengotot ingin mengambil gulungan ini, aku akan membunuh dia juga!" Pria itu menunjuk Edi.Me
Emily menyadari bahwa mereka berdua tengah menarik perhatian. Kemudian, Emily menarik tangan Martis dan mengajaknya keluar dari tempat pemandian tempatnya bekerja.Setelah berada di gang yang cukup sepi, barulah Emily berhenti. "Huft..., di sini sepi, kita bisa berbicara sekarang, Tuan Martis." Emily nampak terengah.Martis yang sejak tadi tak mampu berkata-kata akibat tingkah Emily akhirnya bertanya. "Emily, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Martis menoleh ke kanan dan ke kiri, rasanya tempat ini sangat sepi."Maafkan aku, Tuan Martis. Baiklah, aku akan mengatakan padamu," ujar Emily menjelaskan.Emily menjelaskan bahwa Martis sebenarnya cukup terkenal karena cerita tentang prestasinya yang berhasil mengalahkan Raja Kegelapan. Akan tetapi, Emily memberitahu kepada Martis bahwa sebenarnya ada mata-mata di tempatnya bekerja. Mata-mata yang Emily maksud adalah seseorang yang bekerja atas perintah Raja Kegelapan guna menyelidiki dan memantau perkembangan keadaan Martis.Menden
Beberapa hari kemudian, Martis ternyata mendapatkan sebuah rekaman dari sistem miliknya. Rekaman itu berisikan tentang dirinya yang beberapa waktu lalu menjadi orang linglung alias dianggap depresi oleh orang-orang di sekitarnya. Dan di suatu pagi, Martis teringat akan Phynoglip yang dulu pernah menyatu dengan sistem miliknya. Ia mencoba memanggil Phynoglip itu dalam sistem, namun ia tak dapat jawaban. 'Ke mana Phynoglip pergi, ya? Apakah dia menghilang karena sistem reset ulang kemarin? Tapi..., entah kenapa, aku merasa kalau Phynoglip masih ada di dalam sistem. Tapi kenapa dia tidak menanggapi panggilanku? Apakah aku telah melakukan kesalahan padanya?' gumam Martis, ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Phynoglip. Kemudian Martis juga ingat. "Oh iya, bukankah waktu itu Phynoglip pernah menunjukkan dirinya dalam wujud manusia? Jangan-jangan...?" Martis tiba-tiba saja memikirkan sesuatu hal yang buruk telah menimpa Phynoglip merah muda itu. Kemudian Martis mengusir pikiran
Black Rose sangat terkejut melihat teknik dan jurus bela diri yang Martis gunakan. Saat melihat teknik yang Martis gunakan, ingatan Black Rose kembali pada kejadian seratus tahun silam."Teknik ini...?! Tidak...! Tidak mungkin...!" teriak Black Rose yang tak dapat menahan serangan Martis.Tubuh Black Rose langsung nampak compang-camping akibat daya ledak dan tekanan dari serangan yang baru saja Martis lancarkan.Martis kemudian menatap kedua tangannya. "Akhirnya..., kekuatanku yang dulu benar-benar pulih." Bibir Martis tersenyum merkah."Kalau begitu baiklah, kebetulan ada target untuk melakukan panasan," ujar Martis, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Black Rose."Hey, kau...! Iya, kau. Ayo serang aku." Martis nampak dalam kondisi hati yang bahagia.Sedangkan Black Rose yang melihat ekspresi yang ia anggap tidak wajar di wajah Martis, ia yang tadi terjatuh memundurkan dirinya. "Jangan mendekat! Tidak...!" Black Rose terlihat sangat ketakutan.Kedua alis Martis pun mengerut
Tubuh Martis yang tadinya terlihat lemah kini bangkit dan nampak sangat gagah. Kejadian ini membuat Black Rose marah. Hingga akhirnya ia langsung keluar menemui Martis. "Kurang ajar...!" teriak Black Rose seraya menyabetkan pecut yang ia pegang ke arah Martis. Martis yang merasakan adanya bahaya mendekat, tentu saja instingnya bekerja dengan cepat. "Aw...! Ampun! Aduh, atit...," ujar Martis mengejek Black Rose. "Sialan kau! Rupanya, kau pura-pura gila dan lemah selama ini hanya untuk mengungkap markas Hawa Vampire?!" Wajah Black Rose nampak sangat jelas bahwa saat ini ia sedang dalam emosi amarah tertinggi yang ia miliki. Padahal, Martis baru saja sadarkan diri. Akan tetapi, ia terus berlanjut mengerjakan tugas dan misi baru yang didapat dari sistem. "Apa kau bilang? Gila dan lemah?" Martis bingung dengan apa yang dikatakan oleh Black Rose. "Cih! Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura. Selama ini dikatakan bahwa kau sempat depresi atas kehilangan dua temanmu yang berhas
Black Rose pergi ke suatu tempat. Nampaknya ia akan melakukan suatu ritual. "Bangkitlah...! Para pengikut ku...! Bangkit...!" Crash...! Sebilah pisau melukai tangan Black Rose, kemudian dengan adanya tetesan darah itu memancing sesuatu. Dan tak lama kemudian, datanglah puluhan wanita dengan paras cantik dan tubuh yang sexy. "Hahaha...! Bagus! Ini adalah saatnya kita untuk beraksi...!" Kemudian Black Rose mengawaikan tangannya tanda untuk ikut pergi mengikutinya. Dan tak lama kemudian, Black Rose tiba di sebuah bangunan yang ukurannya sangat besar. "Ini adalah Istana kita sekarang. Kemanapun kalian pergi, maka ke sinilah kalian akan kembali pulang. Apakah kalian semua mengerti...?!" ujar Black Rose dengan nada menggertak. "Siap! Mengerti...!" Tapi jawaban mereka benar-benar tetap kompak. "Bagus! Kalau begitu baiklah. Kita akan mengatur rencana dan strategi yang bertujuan untuk melawan manusia yang bernama Martis." Black Rose memberi penjelasan pada bawahannya. "Mart
Ternyata Martis melompat ke dalam bak mandi untuk berendam. Sedangkan yang ada di pikiran Emily bahwa Martis mau melakukan hal mesum padanya. Ternyata pikiran Emily terlalu berlebihan. Emily kemudian tertegun sejenak. 'Eh...? Heh...?' gumam Emily teriak dalam hatinya. Kemudian Emily menutup wajahnya sambil bergumam, 'Emily...! Kenapa kau bisa berpikiran sebodoh itu?!' Kemudian ia menghela nafasnya, 'Huft..., hampir saja. Kalau begitu baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Iya, benar! Kau harus fokus, Emily! Fokus!' Setelah itu barulah Emily membersihkan tubuh Martis. Kemudian, kondisi Martis yang awalnya nampak kacau kini telah lebih baik. Hanya saja, ia masih terlihat bengong. Namun ada Emily yang terus mengajaknya bicara hingga sampai akhirnya Martis tiba-tiba tersenyum setelah mendengar berbagai cerita lucu dari Emily. 'Eh...? Dia baru saja tersenyum?' gumam Emily. "Mia..., Lancelot...," ucap Martis dengan suara agak serak. "Apa...? Mia dan Lancelot? Ada apa dengan
"Kau memang layak menjadi Istriku, hahaha...!" Terdengar suara Raja Kegelapan tertawa puas.Rupanya, tadi Raja Kegelapan menyerang Isterinya secara tiba-tiba. Dan ternyata, serangan sambutan itu dapat dihindarinya dengan cepat."Masih saja meragukan ku...?!" Wanita itu menatap Raja Kegelapan dengan geram. Namun Raja Kegelapan menanggapinya dengan senyum bahagia yang lalu membuka lebar kedua tangannya.Srek...!Tubuh mungil nan seksi wanita itu pun melesat ke dalam pelukan sang Raja Kegelapan."Suamiku..., aku lindu...," ujar wanita itu dengan manja. Kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap? Apakah wanita ini masih waras? Entahlah, mungkin memang begitu temperatur seseorang saat sedang dalam keadaan jatuh cinta. Saat jatuh cinta, dunia seseorang bisa langsung jungkir balik tak karuan. Ternyata sikap seperti itu berlaku di semua umat."Istriku, aku juga lindu...," Tak disangka! Ternyata Raja Kegelapan yang sosoknya sangat menyeramkan juga bisa menjadi seperti ini ketika dimab
Martis mempercepat langkahnya untuk mendekati Freya dan Alpha. Dan saat Martis berada di sana, ada kejadian yang tak terduga.Srek...!Terdengar suara sesuatu, lalu menyulur aura kegelapan."Martis! Awas!" Alpha meneriaki Martis.Martis mengerutkan kedua alisnya, kemudian kedua matanya terbelalak. "Tidak...! Alpha...!" kini bergantian Martis yang berteriak.Jleb!Aura kegelapan itu menembus tubuh Alpha yang mendorong tubuh Martis.Martis terdiam. Kedua matanya melotot, tubuhnya terasa lemas. Lalu kedua lututnya menyentuh lantai. Tangan kanan Martis angkat ke depan, lalu ia berkata dengan samar-samar. "F—frey..., a...,?" Tangan itu kemudian ikut menyentuh lantai bersamaan dengan tangan Martis yang satunya. "Al—ph—a...? Hiks...!" Air mata pun menetes."Tidak...!" Martis berteriak histeris. "Tidak mungkin...! Kita bertiga akan terus bersama...!" Tubuh Martis bangkit, kemudian ia mendongakkan wajahnya ke langit lalu kembali berteriak. "Tidak mungkin...! Alpha...! Freya...!"Hal yang sanga
Rupanya Martis sejak tadi tidak hanya menghindar dan menghindar saja. Ternyata Martis telah menyiapkan strategi singkat untuk pertempurannya melawan Archon."Apa yang kau serang? Hem?" tanya Martis seraya menghindari satu serangan dari Archon."Kau hanya bisa lari, lari, dan lari...! Dasar Martis sialan! Akan aku habisi kau sekarang juga!" Archon terus menyerang sesuai kehendaknya. Tanpa disadari Oleh Archon, rupanya tiap titik tempat di mana ia menyerang adalah sesuai yang Martis inginkan. Ternyata Martis telah membaca secara detail tentang area sekitar dan ingin memanfaatkannya dalam pertarungan. Dan benar saja, saat ini sudah terlihat dengan jelas jejak pertarungan antara Martis melawan Archon terlihat banyak sekali lubang-lubang yang ukurannya bervariasi. Ada yang besar, kecil, bahkan sangat besar.Rupanya, Martis melakukan hal ini untuk membuat benteng perlindungan bagi mereka di sekitarnya. Dengan adanya area yang berlubang, maka dapat digunakan untuk bersembunyi ketika ada hem