Dalam kemarahan dan keputusasaannya, Martis tiada henti menyerang pria bertopeng misterius tersebut. Dia melancarkan serangkaian pukulan Bazoka yang kuat dan cepat, berharap dapat menghentikan pria itu dan mendapatkan informasi tentang keberadaan anak dan istri yang diculik.Namun, Martis telah menyadari bahwa pria bertopeng misterius tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa. Pria itu dengan mudah menghindari pukulan Bazoka yang dilancarkan Martis dan dengan cepat berpindah tempat.Martis mengerutkan alisnya, menyadari bahwa pria bertopeng misterius itu adalah pengguna biji setan yang memiliki kemampuan teleportasi. Meskipun Martis belum mengetahui kekuatan asli pria tersebut, dia bersumpah untuk mengalahkannya dan bertemu kembali dengan anak dan istri yang diculik.Tanpa ragu, Martis melanjutkan serangan-serangannya dengan tekad yang kuat. Dia menggunakan kekuatan dan keahliannya yang ditingkatkan oleh biji setan yang dimilikinya, berusaha untuk melumpuhkan pria bertopeng misterius
Setelah pertempuran sengit dengan musuhnya dan berhasil melukai pria bertopeng misterius tersebut, Martis langsung bergegas kembali ke sisi Vivi. Dia merasa lega melihat Vivi telah kembali siuman, meskipun tampak lemah dan terluka."Vivi, kamu sudah sadar. Bagaimana perasaanmu?" tanya Martis dengan nada yang penuh kekhawatiran. Dia membantu Vivi duduk dan memeriksa luka-lukanya untuk memastikan tidak ada yang serius.Setelah memastikan bahwa Vivi cukup stabil, Martis mengajaknya untuk menghancurkan markas 'The Silent Hand'. "Vivi, kita harus menghancurkan tempat ini. Kita tidak bisa membiarkan 'The Silent Hand' terus melakukan kejahatan mereka," kata Martis dengan tekad yang kuat.Vivi, meskipun ia masih lemah, menyetujui rencana Martis. Mereka berdua bekerja sama, menggunakan kekuatan dan keahlian mereka untuk menghancurkan markas 'The Silent Hand'. Mereka berharap dengan melakukan ini, mereka dapat mencegah lebih banyak orang menjadi korban organisasi jahat ini.Setelah berhasil men
Martis duduk di tepi sungai di bawah cahaya bulan purnama. Sudah beberapa lama sejak anak dan istrinya diculik oleh 'the silent hand'. Dia merasa kesepian tanpa mereka, dan kesal terhadap dirinya sendiri karena tidak mampu melindungi orang yang dia cintai.'Apakah mereka disiksa? Apa yang mereka lakukan dengan anak dan istriku?' gumam Martis sambil menangis.Saat dia merenungkan nasibnya, ia mendengar suara di balik semak-semak. Dia bangkit dan siap berperang, tetapi ternyata itu adalah seorang pria tua."Pak Tua, apa yang anda lakukan pada malam begini di sini?" tanya Martis curiga."Pergilah ke semenanjung Onseta dan temukan Blue Dragon Flower. Itu adalah satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan yang diculik oleh 'the silent hand'," kata pria tua dengan suara serak."Eh...? Tapi..., apa maksudnya? Kenapa kau tahu kalau anak dan istriku telah diculik oleh mereka?" Martis berjalan, mencoba mendekati pria tua itu."Pergilah ke sana, wahai Anak Muda." Namun pria tua itu segera berbalik
Guru Vivi dan pria tua itu saling pandang kemudian menatap Martis dengan senyuman."Martis, dia adalah teman lamaku. Dulu, ketika kami masih muda, kami berjuang bersama untuk menghadapi musuh yang saat ini telah menjadi musuhmu juga." Dengan senyum di wajahnya, guru Vivi memberi tahu hubungan mereka sekilas."Itu benar, Anak Muda. Dan sebenarnya aku sudah mengawasimu sedari awal. Dan aku jadi tertarik setelah mendengar cerita Edi." Pria tua itu menimpali Edi, guru Vivi.Guru Vivi kembali tersenyum dan menanggapi pria tua itu, "Lucas, apakah menurutmu aku berbohong tentang Martis?" tanyanya."Tidak, Edi. Sedikitpun kau tidak berbohong. Dia memang pria yang datang sesuai ramalan kita kala itu."Setelah mendengarkan sejenak perbincangan itu, Martis mengatakan kepada dua pria tua itu untuk beristirahat.***Keesokan harinya, Martis kemudian berlatih di halaman belakang tempat tinggal sementaranya itu. Kali ini ia ditemani oleh guru Vivi dan seorang pria tua yang dikenalnya sebagai teman g
"Begini, dulu sebelum aku menjadi pengguna kekuatan biji setan, aku sering melakukan meditasi dan berlatih mengendalikan pikiranku. Dan hasilnya, ketika aku terkena serangan gangguan dari energi biji setan, aku bisa menahan diri dan menjinakkannya. Akan tetapi, suatu saat aku kebetulan bertemu sesosok peri suci dan ia memberikan aku biji setan langka. Ternyata setelah aku pikir dan telaah, itulah yang memberiku kemampuan untuk menyerap dan mengendalikan lebih dari lima biji setan. Inilah yang terjadi pada keenam biji setan yang tadi. Aku tidak sengaja menyerapnya karena aku lupa untuk menjaga jarak dengan biji setan tadi," jelas Martis kepada Vivi dan Lucas."Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini semua begitu fantastis!" ucap Lucas berkata sambil menggelengkan kepalanya."Pertama-tama kita harus memulihkan Martis dan menemukan cara agar efek negatif biji setan tersebut tidak menguar dari tubuhnya," sela Edi.Lucas setuju dengan apa yang Edi katakan dan segera ia mengambil sebuah
Martis yang ditanyai pun berpikir sejenak. Kemudian ia mencoba membuka layar sistemnya dan membaca detail profil keenam biji setan baru yang ia peroleh.Kemudian ia berkata, "Guru, maafkan aku. Jujur saja, bahkan sampai saat ini aku masih belum tahu masing-masing kekuatan yang dimiliki oleh bini setan kemarin itu." Martis menggelengkan kepalanya."Ya sudahlah, jangan terlalu dipikirkan kalau begitu. Oh iya, aku ada satu permintaan padamu. Maukah kau mengadakan sesi latihan bersama Vivi besok?" tanya Edi."Eh...? Apakah kondisi Vivi sudah benar-benar pulih? Kalau memang iya, boleh saja. Aku justru akan senang jika ada yang menemaniku berlatih," jawab Martis."Tenang saja, dia baik-baik saja. Kalau begitu, aku akan mengatakan padanya bahwa kau akan menunggunya di pinggir sungai dekat desa kita ini."***Matahari sedang terbit ketika Martis dan Vivi terlihat berdiri di tepi sungai yang tenang dan jernih. Mereka berlatih pukulan dan tendangan yang penuh energi untuk membentuk gaya pertaru
Tapi Martis melihat wajah Edi yang berbeda setelah menerima gulungan suci tersebut. "Apa yang terjadi, Guru? Apa isi gulungan suci ini tidak sesuai dengan yang Guru harapkan?" tanya Martis kepada Edi.Edi menekankan sedikit gumamannya. "Ini adalah pengisi kertas kosong. Tidak ada tulisan atau menandakan sama sekali. Bagaimana mungkin ini bisa menjadi gulungan suci yang sangat berharga?" tanya Edi.Martis dan Vivi saling pandang. Mereka berdua tidak mengerti apa maksud yang dikatakan oleh Edi."Guru, jangan bercanda. Kami sudah memeriksanya sebelum membawa gulungan suci ini kembali ke sini." Vivi terlihat skeptis.Begitu juga dengan Martis. "Benar sekali, kami berdua tidak akan salah dengan gulungan suci yang ada di rumah suci itu."Lalu Vivi memperhatikan wajah Edi dengan seksama. Dan pada saat itulah ia baru mulai sadar. "Martis! Dia bukan Guruku!" seru Vivi, kemudian ia menarik Martis ke samping dan mengambil kuda-kuda."Benarkah itu, Vivi? Kalau begitu, siapa dia?" Saat Martis mas
Martis menghela napas panjang, lalu mengangguk, "Kamu benar, Vivi. Aku terlalu terburu-buru dan meninggalkan nalarku. Tapi kita masih bisa mencarinya. Kita harus berusaha menemukan gulungan suci yang sebenarnya."Vivi mengangguk seraya menatap Martis dengan mata lelah. "Sudahlah, Martis. Kita sudah berjuang keras sampai sekarang. Mungkin ini hanya takdir kita untuk gagal menemukan gulungan suci itu."Martis tersenyum pahit, "Tidak, Vivi. Kita tidak bisa menyerah sekarang. Do you remember apa yang dulu dikatakan oleh Guru kamu, 'Ketika semuanya terlihat suram dan tidak ada jalan keluar, itulah saat kita harus bertahan terus dan tidak menyerah'."Vivi mengangguk mengingat kata-kata Edi, gurunya, dan tersenyum pahit, "Ya, kamu benar. Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Kita akan kembali lagi?"Martis berpikir sejenak, lalu mengeluarkan peta dari dalam kantongnya dan menunjuk beberapa area di peta, "Kita perlu mencoba mencarinya di sini."Vivi meraih peta itu dan melihat daerah yang di