Mereka semua diam sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa mereka harus menemukan jalan keluar dari markas musuh sebelum mereka terjebak lebih dalam. Mereka tahu kapasitas dan batasan kekuatan tubuh mereka untuk bertarung. Jika mereka terus bertarung, bisa saja mereka akan kelelahan dan akhirnya kalah oleh musuh yang jumlahnya memang seperti tidak ada habisnya."Aku punya ide," kata Martis tiba-tiba. "Kita bisa mencoba menggunakan peta yang kita temukan sebelumnya. Mungkin ada petunjuk atau tanda-tanda yang bisa membantu kita menemukan jalan keluar."Semua orang setuju dengan ide Martis. Mereka mengeluarkan peta yang mereka temukan sebelumnya dan mulai mempelajarinya dengan cermat. Mereka mencari tanda-tanda atau petunjuk yang bisa membantu mereka menemukan jalan keluar.Setelah beberapa saat, Mia menemukan sesuatu. "Lihat! Di sini ada tanda panah yang mungkin ini menunjukkan jalan keluar. Sepertinya kita harus mengikuti jalur ini."Mereka semua mengikuti petunjuk da
Meskipun Lancelot memiliki sistem utama, dia masih harus banyak belajar lebih banyak lagi. Tapi syukurnya, ada ayahnya di sisinya."Ayah, apa yang harus aku lakukan untuk melawan teknik ilusi yang digunakan musuh kita ini?" tanya Lancelot pada ayahnya."Jangan bingung Nak. Cobalah lebih fokus. Kamu buka menu teknik milikmu, dan coba kau pelajari yang namanya Teknik Ilusi. Kita harus melawan ilusi dengan ilusi juga," jawab Martis."Jadi begitu ya Ayah. Baiklah, tapi aku rasa aku sudah menguasai teknik ilusi yang Ayah katakan barusan.""Hah? Apakah secepat itu kau bisa melakukan teknik itu? Jadi, apa benar semua teknik yang telah Ayah kuasai, kini juga telah kamu kuasai?" tanya Martis penasaran."Entahlah Ayah, tapi aku merasa bahwa pikiranku tiba-tiba dipenuhi banyak hal baru. Aku akan mencobanya, apakah teknik ilusi ini benar-benar telah aku kuasai," ucap Lancelot.'Sistem, aktifkan teknik ilusi. Dan segera deteksi di mana keberadaan musuh,' gumam Lancelot, ia mulai memberikan perinta
Lancelot diam-diam merasa tidak enak hati dengan apa yang ia lakukan pada musuhnya. Namun, ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. Keluarganya telah diserang dan dilukai oleh kelompok musuh. Ia harus membalas dendam untuk keluarganya dan melindungi orang-orang yang penting baginya.Setelah beberapa saat, Lancelot memutuskan untuk memberikan kelonggaran pada musuhnya. Ia membiarkan orang itu pergi dengan syarat tidak akan kembali lagi untuk melukai siapa pun lagi."Baiklah, pergilah. Ingatlah janjimu. Jangan kembali lagi untuk melukai orang. Kalau tidak, kau akan benar-benar merasakan siksaan neraka yang lebih buruk," ujar Lancelot dengan nada tegas namun tidak seram di mata musuhnya.Orang itu berdiri dengan satu tangan dan berjalan pergi dengan cepat dari sana. Pantulan sinar matahari yang bersinar di antara celah goa yang retak menyebabkan bayangan tubuhnya bergoyang-goyang. Lancelot menatap bayangan itu sampai hilang di mata sebelum berbalik dan pergi.Lancelot kembali kepada ay
Dengan semangat yang membara, Lancelot dan Martis membalikkan arah, meninggalkan ruang tahanan dan bergerak menuju markas utama musuh. Mereka bergerak dengan sigap, menghindari dan terkadang terpaksa melawan patroli musuh demi menjaga agar keberadaan mereka tidak diketahui.Sementara itu, para warga desa yang telah dipindahkan ke dimensi sistem Lancelot merasa tenang dan aman. Paman Sandi, yang telah berada di sana sebelumnya, menyambut mereka dengan hangat. Mereka merasa terhibur dan merasa sedikit lebih baik meski masih berada di dalam keadaan yang tidak pasti.Di lain pihak, Lancelot dan Martis berhasil mencapai pusat markas musuh tanpa terdeteksi. Mereka bersembunyi di balik dinding, mengintip ke dalam ruangan yang tampaknya menjadi pusat operasi 'The Silent Hand'."Ayah, sepertinya itu dia," bisik Lancelot, menunjuk ke sosok yang tampak berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh berbagai layar monitor dan anggota 'The Silent Hand'.Martis mengangguk, "Sudah waktunya kita mengakh
Pemimpin 'The Silent Hand' tersenyum licik, "Oh, jadi kamu sudah pernah melihat teknik ini sebelumnya? Baguslah, jadi pertarungan ini akan lebih menantang.""Ya, aku juga pernah berhadapan dengan musuh yang menggunakan teknik serupa. Tapi, aku tidak akan kalah, karena aku tahu batasan teknik sinar laser seperti ini," balas Martis, wajahnya tegang tapi penuh tekad.Kemudian, ada lagi pisau demi pisau yang terus melayang ke arah Martis, berputar dan berkelebatan cepat di udara. Tapi Martis, dengan kecepatan dan kecerdikannya, berhasil menghindari serangan-serangan tersebut. Ia bergerak lincah, menghindar dan melompat, sambil mencari celah untuk melancarkan serangan balik.Sayangnya, serangan tadi itu rupanya hanyalah pengalihan perhatian saja. "Kau bodoh, Martis."Duar...!Satu tembakan sinar laser berhasil menembus betis kiri kaki Martis."Aduh! Sialan...! Aku lengah," ucap Martis, ia merasakan sakit yang sangat perih pada kaki kirinya itu."Ayah, aku akan mencoba mengalihkan perhatian
"Oh, tidak...!" jerit Lancelot saat serangan menghantam tubuhnya. Ia terpental jauh, merasakan sakit yang luar biasa.Martis, meski terluka, berjuang untuk bangkit. Ia melihat Lancelot terjatuh dan pemimpin 'The Silent Hand' berdiri dengan tatapan mengejek. Amarah dan kekhawatiran membakar di dalam dirinya. Ia tidak akan membiarkan anaknya terluka lagi. Ia tidak akan membiarkan musuh ini menang."Ayah... aku baik-baik saja..." Lancelot berusaha bangkit, wajahnya pucat tapi matanya penuh tekad.Martis mengangguk, "Aku tahu, Nak. Tapi sekarang, biarkan Ayah yang menyelesaikan ini."Dengan langkah mantap, Martis berdiri. Ia merasakan energi yang mengalir dalam dirinya, memberinya kekuatan. Ia merasakan kekuatan dari biji setan yang ia miliki, dan ia tahu ia harus menggunakan kekuatan itu sekarang."Kau sudah meremehkan kami cukup lama. Sekarang, saatnya kami menunjukkan kekuatan kami," ucap Martis, matanya bersinar tajam.Pertarungan berikutnya akan menjadi penentuan. Martis dan Lancelot
"Kalian... kalian berdua...!" pemimpin 'The Silent Hand' berusaha bangkit, wajahnya penuh dengan rasa sakit dan kaget. Ia tidak pernah berpikir bahwa Martis dan Lancelot bisa melancarkan serangan sekuat itu.Martis dan Lancelot, meski lelah dan terluka, tetap berdiri tegak. Mereka menatap musuh mereka dengan tatapan tegas. "Kami tidak akan membiarkanmu melakukan hal jahat lagi," kata Martis, suaranya penuh dengan tekad."Ayah, mari kita berikan serangan terakhir kita," kata Lancelot, menyiapkan bola api terakhirnya.Martis mengangguk, "Baik, Nak. Mari kita akhiri pertarungan ini."Mereka berdua melancarkan serangan terakhir mereka, bola api besar yang dipukul dengan kekuatan penuh oleh Martis. Ledakan besar menggema di seluruh ruangan, dan ketika asapnya hilang, pemimpin 'The Silent Hand' terjatuh tak berdaya.Bruk!Namun tubuh Martis yang sangat kelelahan pun ikut ambruk.Sedangkan Lancelot, tubuhnya masih tegak setengah, satu lututnya telah menyentuh tanah."Ayah, kita berhasil. Ta
Orang itu terus membatin dengan amarah di dalam hatinya. Ia adalah seorang pria bertubuh tinggi, berpakaian rapi dengan kaca mata tebal di wajah. Ia adalah Xander, pemimpin dari 'The Silent Hand', organisasi rahasia yang bergerak dibalik layar dengan tujuan menguasai dunia dengan menggunakan kekuatan artefak yang mereka yakini adalah kekuatan terhebat di seluruh alam semesta.Dengan kekuatannya, Xander punya banyak orang di bawahannya yang menjadi mata-mata di berbagai tempat sehingga ia bisa mengetahui segalanya yang terjadi di sekitar organisasinya. Ia sudah merencanakan banyak hal untuk melakukan penyerangan dan merebut informasi penting tentang musuhnya, tapi kali ia ia kalah oleh dua orang yang dianggapnya lemah."Aku mengerti perasaan Anda, Xander. Tapi Anda harus memahami bahwa Martis dan putranya bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan. Anda perlu strategi yang lebih baik untuk mengalahkan mereka," kata seorang pria yang muncul dari kegelapan.Xander menoleh ke arah pria itu dan