Martis benar-benar terkejut. Ternyata suara yang ia dengar itu adalah suara Odanto. Bagaimana bisa Odanto berada di sini? Ditambah lagi, saat ini situasinya sedang dalam bahaya.Sedangkan Martanto, sebagai ayah dari Odanto hanya bisa menahan amarahnya. Setelah ditanya, akhirnya Odanto mengaku kalau ia menyelinap di salah satu kapal yang mereka tumpangi menuju negara Pilastain."Sudahlah, Paman. Mau bagaimana lagi? Memarahinya pun percuma. Yang jelas, kita harus melindunginya," ujar Martis."Tidak, Kak Martis! Aku akan melindungi diriku sendiri. Jadi, Ayah dan Kak Martis tidak usah khawatir dengan diriku. Lagipula, sebenarnya aku ikut bertempur bersama pasukan yang Ayah pimpin ketika perjalanan kita sempat terhambat adanya serangan musuh secara dadakan kemarin itu." Dengan sangat percaya dirinya Odanto mengucapkan kata-katanya itu."Jangan sombong! Kau itu belum memiliki pengalaman yang cukup di Medan perang, Odanto! Jadi, dengarkanlah instruksi dari kami. Terutama Kakakmu ini, oke?" M
'Apa maksudnya ini?' gumam Martis.Ternyata sistem memberitahu Martis bahwa ada musuh yang cukup kuat. Akan tetapi, sistem juga menganjurkan Martis agar menyuruh Odanto lah yang melawan orang itu. Yang jadi pertanyaan Martis, kenapa sistem yang ia miliki ini terasa seperti sudah terhubung dengan diri Odanto?"Kak Martis, ada apa? Kenapa Kak Martis malah melamun?" tanya Odanto."Hem..., tidak. Oh, iya Odanto, apakah kau tahu orang itu? Orang itulah yang baru saja menyerangmu. Kira-kira, jika aku biarkan kau untuk melawannya, apakah kau mampu? Hem?"Mendengar pertanyaan Martis ini membuat Odanto menyipitkan kedua matanya untuk memperhatikan orang yang Martis maksudkan.Jika Martis mau, orang itu bisa saja ia kalahkan dengan cepat. Namun Martis penasaran, kenapa sistem menganjurkan Martis hanya untuk menonton pertarungan Adik sepupunya ini?"Kak Martis tenang saja. Aku bisa kok, mengalahkan orang itu. Lihat saja, oke?" Odanto mengedipkan sebelah matanya seraya mengacungkan jempol pada Ma
Ketiga jendral tertinggi itu sebenarnya tidak menyangka kalau strategi yang telah mereka rencanakan berjalan tidak sesuai keinginan mereka. Awalnya, mereka bertiga berniat ingin melawan Martis secara bersamaan. Namun sayangnya, justru Martis bertindak satu langkah lebih cepat dibandingkan mereka bertiga.Kedatangan Martis bersama Reka dan ayahnya sebenarnya membuat ketiga jendral itu sangat terkejut. Padahal, mereka berniat ingin mencari Martis, namun kenyataannya? Justru Martis sendirilah yang mencari mereka bertiga.Kemudian, Roki yang sedang menghadapi Jendral Crocodile sempat merasakan sesuatu yang aneh. Tadi, ketika ia beradu tinju beberapa kali dengan jendral Crocodile, ia merasakan seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya. Dan ternyata dugaannya itu benar. Roki melihat ada butiran-butiran pasir yang masuk ke dalam selah-selah tubuhnya. Tentu saja pasir-pasir itu pasti akan mempengaruhi kontrol tubuh Cyborgnya."Ternyata kau licik juga, ya?" Namun sepertinya Roki tidak g
Namun, sekuat hati Martis meyakinkan pikirannya bahwa Roki pasti akan baik-baik saja, tetap saja ia merasa gelisah. Sebab, sejak tadi Martis belum juga melihat adanya tanda-tanda Roki yang kembali bangkit dari dalam lubang tanah yang membenamkan tubuhnya itu. Ditambah lagi, Jendral Crocodile juga terlihat seperti orang gila yang terus menerus menyerang tubuh Roki.Suara tawa Jendral Crocodile membuat Martis dan Reka menjadi sangat geram."Hahaha...! Apanya yang Cyborg terkuat? Kenyatannya, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatanku! Cuih!" Ucapan ini benar-benar ditujukan untuk menghina Roki agar Reka dan Martis dapat mendengarnya.Sedangkan Reka yang masih berhadapan dengan Jendral Rijiek, fokus bertarungnya akhirnya terganggu. Jelas saja Reka akan kehilangan konsentrasi, sebab, orang yang sedang dihina itu adalah ayah kandungnya.Dan akibat Reka yang kurang fokus, ia pun akhirnya mendapat satu serangan dari Jendral Rijiek. Untungnya, serangan itu tidak langsung mengenai org
Martis langsung mendekati Reka karena ia melihat Reka yang mulai nampak kelelahan. Yah, beginilah efek samping yang akan Reka terima jika ia memaksa terus menerus menggunakan kekuatan elemen cahaya miliknya. "Reka, sebaiknya kau beristirahat saja dulu. Serahkan orang itu kepadaku," ujar Martis."Tidak, Kak! Aku..., aku ingin membalaskan kekalahan Ayah!" jawab Reka dengan tatapan mata yang penuh amarah, padahal tubuhnya sudah sangat lemas."Kau ini yah!" Martis langsung menjitak kepala Reka guna membuat Reka pingsan. Kemudian Martis segera membawa tubuh Reka di tempat yang cukup jauh.Martis sebelumnya belum menyadari kalau tubuh Reka yang ia bawa ke tempat aman ini ternyata ini adalah tempat terpentalnya tubuh Jendral Simon tadi. Martis baru menyadarinya ketika ia melihat ada tembok bangunan yang runtuh dan terdapat tubuh seseorang, yaitu Jendral Simon. Martis juga sempat memastikan apakah Jendral Simon masih hidup atau sudah tewas. Dan ternyata Jendral Simon masih hidup, namun ia sed
Keadaan saat ini mulai berbalik. Roki yang tadinya dibuat tidak berkutik sama sekali oleh Jendral Crocodile kini mampu membalikkan keadaan. Itu semua berkat teknik baru yang bangkit dengan sendirinya. Teknik Gir Dua milik Roki ternyata adalah teknik yang memiliki tahapan kelanjutan. Tentu saja itu membutuhkan proses latihan, namun Roki juga tidak menyangka kalau teknik Gir Dua miliknya ini justru bangkit secara tidak sengaja. Padahal, tadi ka sudah berpikir kalau dirinya akan mati. Namun sepertinya Tuhan masih belum menginginkan dirinya kembali pada-Nya."Aku akan membalas semua apa yang kau lakukan terhadapku tadi," ujar Roki dengan tatapan mata yang sangat tajam.Bam, bam, bam!Roki benar-benar memukul tubuh Jendral Crocodile tanpa henti sesuai apa yang ia katakan. Yah, begitulah Roki. Ia adalah orang yang memiliki sifat tingkat konsistensi yang amat tinggi.Jendral Crocodile yang baru saja ingin meningkatkan kekuatannya tidak diberi kesempatan sedikitpun oleh Roki untuk melakukanny
Ternyata orang yang memergoki Jendral Simon adalah Martanto. Martanto tadi sengaja mengikuti ke mana perginya Jendral Simon saat ia dimintai tolong oleh Martis tadi."Si-siapa kau?" Dengan susah payah Jendral Simon berucap tanya pada Martanto."Seharusnya kau tidak usah bertanya lagi. Kau bisa melihat seragam yang aku kenakan ini, sama tidak dengan dia?" Martanto menunjuk ke arah Roki.Bugh!Kemudian Martanto meninju perut Jendral Simon.Jendral Simon yang memang sudah mendapat banyak luka, ia pun semakin dibuat tak berdaya oleh Martanto. Setelah itu Martanto menyeret tubuh Jendral Simon yang sudah sangat lemas itu untuk menemui Roki.Gedebugh!Martanto melemparkan tubuh Jendral Simon di samping tubuh Jendral Crocodile."Eh? Kau rupanya ya? Dari mana saja kau? Kenapa kau bisa menangkap cecunguk ini?" tanya Roki menoleh ke arah belakang."Hanya tidak sengaja saja aku melihat orang ini tadi, lalu aku mengikutinya. Ternyata benar dugaanku, ia pasti menuju ke tempat kalian bertarung," jaw
Tanpa pikir panjang lagi, Jendral Sugharman langsung pergi menggunakan kendaraan tempur pribadinya. Kendaraan itu memiliki teknologi mutakhir yang sangat canggih. Kendaraan yang hanya ada satu di dunia itu ternyata adalah ciptaannya sendiri. Jendral Sugharman memang terkenal akan kehebatannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologinya juga selain kehebatannya dalam ilmu seni bela diri.Sedangkan untuk keempat Jendral yang lainnya, tidak ada yang mau menghentikan kepergian Jendral Sugharman. Karena mereka tidak mau berdebat dengannya. Sebab, jika Jendral Sugharman sudah memutuskan akan berbuat apa, maka yang ingin mencegahnya akan ia anggap sebagai musuh seketika. Keempat Jendral yang lainnya tidak mau repot-repot bertarung dengannya karena hanya akan menguras tenaga saja.Dan akhirnya, keempat Jendral yang masih berada di markas utama memutuskan untuk berdiskusi terlebih dahulu sebelum mereka maju. Dan pikiran mereka berempat sepertinya kali ini memiliki kecocokan. Mereka berenca