Ternyata mereka semua yang ada di sana melihat tubuh Roki yang ternyata terbuat dari besi baja!Cyborg! Roki ternyata adalah seorang Cyborg!Namun ada perbedaan antara Roki dan kedua Cyborg yang Martis kalahkan kemarin itu. Kalau Roki, walaupun ia adalah seorang Cyborg namun Roki masih terlihat seperti orang normal. Pikiran dan akal sehatnya juga masih ada. Tidak seperti kedua Cyborg yang kemarin itu."Hah?! Paman...?! Apakah Paman Roki juga seorang Cyborg?!" Ekspresi terkejut tercetak sangat jelas di wajah Martis.Bruk!Tubuh Reka langsung terduduk di lantai. Kedua kakinya terasa lemas ketika ia mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang Cyborg."Tidak!" Kedua tangan Reka memegangi kepalanya. Reka juga nampak sangat terpukul.Roki melihat ke arah Reka yang sedang terduduk dan terlihat frustasi langsung berjalan untuk mendekatinya. Awalnya Roki ingin kembali bertarung melawan Martis, namun sepertinya perhatian Roki malah tertuju kepada anaknya."Reka, Aya-" Belum juga selesai berbicara,
Martis mengerti kenapa Reka bisa mengatakan benci terhadap Cyborg. Padahal, ayahnya sendiri adalah seorang Cyborg.Martis juga memperhatikan wajah Reka lekat-lekat ketika ia mengatakan benci kepada Cyborg. Mulut Reka memang mengatakan ia benci kepada ayahnya karena ayahnya adalah Cyborg, namun jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam Reka tidak benar-benar membenci ayahnya."Reka, aku yakin Ayahmu pasti memiliki sesuatu untuk menjelaskan ini semua. Aku melihat ekspresi di wajah Ayahmu tadi, justru Ayahmu terlihat seperti merasa sangat sakit hati. Jujur saja, aku sangat penasaran kenapa Ayahmu bisa menjadi seorang Cyborg." Sebenarnya Martis memang sangat penasaran dengan Roki.Reka tidak lagi mengatakan apa-apa sampai beberapa jam kemudian. Yang Reka lakukan hanyalah menangis pelan di dalam pelukan Martis. Bahkan Reka sampai tertidur dalam kondisi masih sambil menangis.Martis menggendong tubuh Reka dan membawanya masuk ke dalam kamar. Setelah itu Martis menghubungi nomor ponsel R
Martis masih berpura-pura bersikap biasa saja. Karena kalau ia memperlihatkan kalau ternyata sudah tahu akan kehadiran pengintai itu, bisa dipastikan pengintai itu pasti akan pergi. Sebab, baru kali ini juga Martis merasakan bahwa keahlian pengintai ini adalah yang paling hebat dibanding pengintai-pengintai lain yang dulu pernah Martis temui.Martis memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana, kemudian ia menyiapkan alat penyadap yang ia keluarkan dari tas penyimpanan sistem melalui saku celananya."La, lalala..., lala.., lalala." Martis sengaja bersenandung agar pengintai itu tetap mengira bahwa Martis tidak menyadari keberadaannya.Kemudian Martis mengeluarkan kedua telapak tangannya dari dalam saku celana. Lalu dengan pergerakan yang sangat cepat, Martis menjentikkan alat penyadap itu tepat ke arah si pengintai tersebut. Untuk mengalihkan perhatian pengintai itu, Martis sengaja meletakkan kedua tangannya ke kepala bagian belakangnya seraya kembali bersenandung ria.Trin
Martis mulai merasa khawatir. Tapi ia masih mencoba untuk tenang, kalau memang masih tidak ada jawaban juga dari Reka barulah ia terpaksa akan mendobrak pintu kamar Reka ini."Reka...? Apa kau ada di dalam? Ayo kita sarapan dulu. Ini sudah siang loh. Sudah pukul sepuluh." Dengan posisi tangan yang memegang gagang pintu, Martis memanggil Reka yang ada di dalam kamar.'Ada apa dengan Reka? Apa terjadi sesuatu dengannya di dalam ya? Ah, aku dobrak saja!' gumam Martis dalam hati.Martis Mundur beberapa langkah guna bersiap berlari dan akan mendobrak pintu kamar Reka.Ceklek!Gagang pintu kamar itu bergerak kemudian barulah pintunya terbuka."Argh...!" Karena tadi sudah bersiap berlari untuk mendobrak pintu kamar Reka, akhirnya Martis menghentikan larinya secara mendadak seraya berteriak.Brak!Keseimbangan Martis hilang sehingga membuat tubuhnya jatuh ke lantai. Sebab jika ia tidak berhenti mendadak seperti ini, maka Reka yang pasti akan tertabrak olehnya."Hoam...! Kak Martis? Kenapa kau
'Aktifkan teknik Sensorik.' Setelah itu Martis langsung memberikan perintah pada sistem untuk mengaktifkan teknik Sensorik miliknya. Sebab, Martis juga belum tahu pasti posisi pengintai itu ada di sebelah mana.Tring!"Perintah diterima, teknik Sensorik berhasil diaktifkan." Seperti biasa, begitulah jawaban dari sistem.Martis mengangkat telapak tangan dan mengarahkannya ke arah Reka guna memberi isyarat agar Reka diam sejenak. Untungnya Reka mengerti dan ia pun menuruti apa yang Martis maksud. Reka juga melihat ekspresi pada wajah Martis yang tiba-tiba berubah menjadi serius, itu tandanya sedang ada sesuatu.Kali ini, Martis agak kesulitan mendeteksi hawa keberadaan pengintai itu. Padahal ia sudah mengaktifkan teknik Sensorik miliknya.'Eh? Kenapa orang ini sangat ahli dalam menyembunyikan hawa keberadaannya? Teknik macam apa ini? Aku baru tahu kalau ada teknik semacam ini. Wah..., aku harus lebih waspada lagi.' Begitulah yang Martis pikirkan. Hari ini, pengintai itu jauh lebih sulit
Ternyata orang yang sedari kemarin mengintai Martis bersikap sangat ramah ketika bertemu tatap muka dengan Martis. Malahan, saat ini orang itu mengulurkan tangannya sebagai tanda untuk mengajak berkenalan dengan Martis."Ehem, maaf Anak Muda, apakah benar kau yang bernama Martis? Perkenalkan, namaku adalah Tigreal." Sekali lagi, orang yang dianggap pengintai oleh Martis dan juga sistem mencoba mengajak berkenalan lagi dengan Martis. Sebab memang sedari tadi Martis terlihat seperti agak bengong, karena memang pikirannya sedang ke mana-mana."Eh? I-iya, maafkan aku Paman. Paman benar kok, namaku memang Martis." Uluran tangan itu akhirnya disambut oleh Martis."Hahahaha..., aku sangat beruntung! Berarti benar, kau lah Martis. Kalau begitu, aku tidak ingin berbasa-basi. Martis, apakah kau mau ikut denganku sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Sikap Jendral Tigreal benar-benar sok akrab. Jendral Tigreal merangkul pundak Martis agar terlihat akrab.Sedangkan Reka ya
Ketika Martis sedang asik menjalani hari-harinya yang terasa cukup santai, di kejauhan ada Jendral Sabo yang tengah mempersiapkan kembali rencananya untuk menyerang markas Herupa. Padahal, sudah beberapa kali ia mencoba melakukannya dan hasilnya tetap sama, yaitu gagal!Namun kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Jendral Sabo akan bertindak sendiri, tanpa adanya campur tangan dari Bos Besar Kelitih. Hal ini disebabkan adanya beberapa kali perselisihan ketika mereka berdua bertemu untuk menyusun rencana penyerangan. Jendral Sabo juga diam-diam telah menyuruh bawahannya untuk terus mengawasi pergerakan Bos Besar Kelitih. Sebab, Jendral Sabo penasaran dengan identitas yang sebenarnya dari Bos Besar Kelitih.'Aku harus cepat bertindak. Kalau tidak, bisa saja rahasia tentang pasukan Cyborg yang selama ini diam-diam aku kembangkan bisa terbongkar. Sial! Jendral Valdo memang benar-benar menjadi penghalang semua rencanaku! Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah bisa menguasai dunia ini meng
Reka dan ayahnya tengah bersiap untuk melakukan latih tanding.Tring!"Tugas dadakan. Menangkan latih tanding melawan Ayah, dan dapatkan hadiahnya." Satu pemberitahuan akhirnya muncul di layar utama sistem milik Reka.'Yes! Aku mendapatkan satu tugas lagi dari sistem. Lihat saja, aku akan memenangkan pertarungan latih tanding melawan Ayah ini.' Karena melihat adanya pemberitahuan dari sistem, semangat Reka semakin meningkat. Sudah beberapa hari ini Reka tidak mendapat tugas dari sistem, sehingga ia merasa sedikit bosan. Kalau kemarin-kemarin, tugas yang Reka selesaikan hanyalah tugas latihan biasa saja. Hadiahnya juga tidak terlalu menarik. Kebanyakan hadiahnya hanyalah berupa saldo uang di kartu uang yang diberikan oleh sistem."Apakah kalian berdua sudah siap?" Jendral Tigreal bertanya kepada Reka dan ayahnya dengan berpose seperti seorang wasit profesional yang memimpin jalannya pertandingan."Siap!" jawab Reka dan ayahnya serempak."Mulai!" Setalah berteriak Jendral Tigreal langsu