Martis mulai merasa khawatir. Tapi ia masih mencoba untuk tenang, kalau memang masih tidak ada jawaban juga dari Reka barulah ia terpaksa akan mendobrak pintu kamar Reka ini."Reka...? Apa kau ada di dalam? Ayo kita sarapan dulu. Ini sudah siang loh. Sudah pukul sepuluh." Dengan posisi tangan yang memegang gagang pintu, Martis memanggil Reka yang ada di dalam kamar.'Ada apa dengan Reka? Apa terjadi sesuatu dengannya di dalam ya? Ah, aku dobrak saja!' gumam Martis dalam hati.Martis Mundur beberapa langkah guna bersiap berlari dan akan mendobrak pintu kamar Reka.Ceklek!Gagang pintu kamar itu bergerak kemudian barulah pintunya terbuka."Argh...!" Karena tadi sudah bersiap berlari untuk mendobrak pintu kamar Reka, akhirnya Martis menghentikan larinya secara mendadak seraya berteriak.Brak!Keseimbangan Martis hilang sehingga membuat tubuhnya jatuh ke lantai. Sebab jika ia tidak berhenti mendadak seperti ini, maka Reka yang pasti akan tertabrak olehnya."Hoam...! Kak Martis? Kenapa kau
'Aktifkan teknik Sensorik.' Setelah itu Martis langsung memberikan perintah pada sistem untuk mengaktifkan teknik Sensorik miliknya. Sebab, Martis juga belum tahu pasti posisi pengintai itu ada di sebelah mana.Tring!"Perintah diterima, teknik Sensorik berhasil diaktifkan." Seperti biasa, begitulah jawaban dari sistem.Martis mengangkat telapak tangan dan mengarahkannya ke arah Reka guna memberi isyarat agar Reka diam sejenak. Untungnya Reka mengerti dan ia pun menuruti apa yang Martis maksud. Reka juga melihat ekspresi pada wajah Martis yang tiba-tiba berubah menjadi serius, itu tandanya sedang ada sesuatu.Kali ini, Martis agak kesulitan mendeteksi hawa keberadaan pengintai itu. Padahal ia sudah mengaktifkan teknik Sensorik miliknya.'Eh? Kenapa orang ini sangat ahli dalam menyembunyikan hawa keberadaannya? Teknik macam apa ini? Aku baru tahu kalau ada teknik semacam ini. Wah..., aku harus lebih waspada lagi.' Begitulah yang Martis pikirkan. Hari ini, pengintai itu jauh lebih sulit
Ternyata orang yang sedari kemarin mengintai Martis bersikap sangat ramah ketika bertemu tatap muka dengan Martis. Malahan, saat ini orang itu mengulurkan tangannya sebagai tanda untuk mengajak berkenalan dengan Martis."Ehem, maaf Anak Muda, apakah benar kau yang bernama Martis? Perkenalkan, namaku adalah Tigreal." Sekali lagi, orang yang dianggap pengintai oleh Martis dan juga sistem mencoba mengajak berkenalan lagi dengan Martis. Sebab memang sedari tadi Martis terlihat seperti agak bengong, karena memang pikirannya sedang ke mana-mana."Eh? I-iya, maafkan aku Paman. Paman benar kok, namaku memang Martis." Uluran tangan itu akhirnya disambut oleh Martis."Hahahaha..., aku sangat beruntung! Berarti benar, kau lah Martis. Kalau begitu, aku tidak ingin berbasa-basi. Martis, apakah kau mau ikut denganku sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Sikap Jendral Tigreal benar-benar sok akrab. Jendral Tigreal merangkul pundak Martis agar terlihat akrab.Sedangkan Reka ya
Ketika Martis sedang asik menjalani hari-harinya yang terasa cukup santai, di kejauhan ada Jendral Sabo yang tengah mempersiapkan kembali rencananya untuk menyerang markas Herupa. Padahal, sudah beberapa kali ia mencoba melakukannya dan hasilnya tetap sama, yaitu gagal!Namun kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Jendral Sabo akan bertindak sendiri, tanpa adanya campur tangan dari Bos Besar Kelitih. Hal ini disebabkan adanya beberapa kali perselisihan ketika mereka berdua bertemu untuk menyusun rencana penyerangan. Jendral Sabo juga diam-diam telah menyuruh bawahannya untuk terus mengawasi pergerakan Bos Besar Kelitih. Sebab, Jendral Sabo penasaran dengan identitas yang sebenarnya dari Bos Besar Kelitih.'Aku harus cepat bertindak. Kalau tidak, bisa saja rahasia tentang pasukan Cyborg yang selama ini diam-diam aku kembangkan bisa terbongkar. Sial! Jendral Valdo memang benar-benar menjadi penghalang semua rencanaku! Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah bisa menguasai dunia ini meng
Reka dan ayahnya tengah bersiap untuk melakukan latih tanding.Tring!"Tugas dadakan. Menangkan latih tanding melawan Ayah, dan dapatkan hadiahnya." Satu pemberitahuan akhirnya muncul di layar utama sistem milik Reka.'Yes! Aku mendapatkan satu tugas lagi dari sistem. Lihat saja, aku akan memenangkan pertarungan latih tanding melawan Ayah ini.' Karena melihat adanya pemberitahuan dari sistem, semangat Reka semakin meningkat. Sudah beberapa hari ini Reka tidak mendapat tugas dari sistem, sehingga ia merasa sedikit bosan. Kalau kemarin-kemarin, tugas yang Reka selesaikan hanyalah tugas latihan biasa saja. Hadiahnya juga tidak terlalu menarik. Kebanyakan hadiahnya hanyalah berupa saldo uang di kartu uang yang diberikan oleh sistem."Apakah kalian berdua sudah siap?" Jendral Tigreal bertanya kepada Reka dan ayahnya dengan berpose seperti seorang wasit profesional yang memimpin jalannya pertandingan."Siap!" jawab Reka dan ayahnya serempak."Mulai!" Setalah berteriak Jendral Tigreal langsu
Entah kenapa, Jendral Tigreal terlihat sangat panik. Dan ditambah lagi, Roki juga tidak menyahuti panggilannya. Jendral Tigreal sempat ingin menghentikan pertarungan ini, tapi ia masih ragu-ragu.Sedangkan Reka, ia sedang menunggu dan tetap berwaspada. Reka sama sekali tidak khawatir dengan keadaan ayahnya yang baru saja berhasil terkena satu serangan teknik sinar laser miliknya. Padahal, orang sekelas Jendral Tigreal saja sampai terlihat panik. Jendral Tigreal tahu sekali seberapa kuatnya serangan yang Reka perlihatkan ini, meskipun ini baru pertama kali ia melihatnya. Tapi, dari suara dengungan yang tadi saja Jendral Tigreal sudah bisa mengukur tingkat kekuatan daya serangan sinar laser yang Reka gunakan tadi. Bahkan tubuh Jendral Tigreal sempat bergidik ngeri tadi.Karena mendengar adanya suara ledakan yang sangat keras, Martis akhirnya penasaran. Setelah itu Martis bertanya kepada beberapa anak buahnya tentang suara ledakan yang baru saja ia dengar itu. Namun jawaban mereka rata-r
Reka dan ayahnya kembali mengambil posisi berkuda-kuda. Dan tanpa disangka, keadaan di sekitar sana menjadi sangat ramai. Banyak anggota Herupa yang datang untuk menonton pertarungan latih tanding antara Reka dan ayahnya. Mereka jugamerasa penasaran. Siapakah yang akan menang? Begitulah yang ada di benak semua orang."Ayo Reka, majulah Nak. Buktikan kalau kau memang Anakku." Dengan kecepatan yang sangat luar biasa, Roki akhirnya maju untuk menyerang anaknya seraya mengucapkan sesuatu."Baiklah Ayah, kita tentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya." Semangat Reka juga tak kalah besar dari ayahnya. Reka dengan senang hati menunggu ayahnya yang sedang melesat ke arahnya guna menyerangnya.Bugh!Bugh!Bugh!Boom!Bam, bam, bam...!Boom, boom, boom!Jediar...!Kali ini, semua orang yang ada di sekitar sana langsung mundur, sebab ada ledakan yang menghasilkan tekanan energi yang cukup kuat ketika Reka dan ayahnya saling beradu pukulan.Roki tidak menyangka, kalau saat ini Reka dapat mengi
Roki kembali maju dan berniat mengecoh anaknya guna mencari selah untuk menyerangnya.Sat..., set, set!Pergerakan Roki sangat sulit dilihat oleh mata orang-orang biasa.'Paman Roki cepat sekali.' Bahkan Martis pun kagum melihat kecepatan yang dimiliki pamannya itu.Reka masih memperhatikan pergerakan ayahnya dengan santai. Bagi Reka, pergerakan ayahnya yang seperti ini masih terbilang lambat."Percuma, Ayah." Ketika melihat posisi ayahnya ada selah, Reka langsung mengambil kesempatan itu.Nging...!Suara dengungan kembali terdengar memekikkan telinga.Jediar...!Boom!Kali ini hanya dalam jangka waktu sepersekian detik saja, satu tembakan sinar laser berhasil Reka tembakkan ke arah ayahnya. Nampaknya Reka mulai ada kemajuan menggunakan teknik sinar laser miliknya ini. Sebelumnya ketika ia menyiapkan sinar laser itu, ada jeda sampai tiga detik. Dan untuk yang kali ini hanya sepersekian detik saja. Wow!"Argh...!" Terdengar suara teriakan dari Roki. Reka berhasil menembakkan sinar lase