Karena mendengar adanya suara ledakan dari arah tempat Martis yang biasa berlatih, semua anggota Herupa langsung penasaran. Awalnya mereka semua mengira kalau markas Herupa kembali diserang oleh musuh, ternyata setelah mereka berkumpul melihat adanya Martis yang sedang bertarung melawan Roki."Wah..., ternyata Ketua kita sedang berlatih tanding melawan Bos Roki. Lihatlah, mereka berdua sangat kuat!" Dengan perasaan takjub, salah satu anggota Herupa memuji kehebatan Martis dan juga Roki."Aku akan mengabadikan momen seru ini," sahut satu orang lagi. Orang itu mengeluarkan ponselnya kemudian merekam pertarungan latih tanding ini.Boom!Satu ledakan yang sangat keras kembali terdengar.Brak...!Kepalan tinju Martis masih mampu ditahan oleh Roki.Namun ketika tinju Martis belum sempat ia tarik kembali, Roki berhasil melayangkan satu pukulannya ke arah perut Martis. Dan pukulan itu terasa sangat berat.Bam!Tubuh Martis mundur beberapa langkah ketika menerima pukulan dari Roki.'Sial! Pama
Ternyata mereka semua yang ada di sana melihat tubuh Roki yang ternyata terbuat dari besi baja!Cyborg! Roki ternyata adalah seorang Cyborg!Namun ada perbedaan antara Roki dan kedua Cyborg yang Martis kalahkan kemarin itu. Kalau Roki, walaupun ia adalah seorang Cyborg namun Roki masih terlihat seperti orang normal. Pikiran dan akal sehatnya juga masih ada. Tidak seperti kedua Cyborg yang kemarin itu."Hah?! Paman...?! Apakah Paman Roki juga seorang Cyborg?!" Ekspresi terkejut tercetak sangat jelas di wajah Martis.Bruk!Tubuh Reka langsung terduduk di lantai. Kedua kakinya terasa lemas ketika ia mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang Cyborg."Tidak!" Kedua tangan Reka memegangi kepalanya. Reka juga nampak sangat terpukul.Roki melihat ke arah Reka yang sedang terduduk dan terlihat frustasi langsung berjalan untuk mendekatinya. Awalnya Roki ingin kembali bertarung melawan Martis, namun sepertinya perhatian Roki malah tertuju kepada anaknya."Reka, Aya-" Belum juga selesai berbicara,
Martis mengerti kenapa Reka bisa mengatakan benci terhadap Cyborg. Padahal, ayahnya sendiri adalah seorang Cyborg.Martis juga memperhatikan wajah Reka lekat-lekat ketika ia mengatakan benci kepada Cyborg. Mulut Reka memang mengatakan ia benci kepada ayahnya karena ayahnya adalah Cyborg, namun jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam Reka tidak benar-benar membenci ayahnya."Reka, aku yakin Ayahmu pasti memiliki sesuatu untuk menjelaskan ini semua. Aku melihat ekspresi di wajah Ayahmu tadi, justru Ayahmu terlihat seperti merasa sangat sakit hati. Jujur saja, aku sangat penasaran kenapa Ayahmu bisa menjadi seorang Cyborg." Sebenarnya Martis memang sangat penasaran dengan Roki.Reka tidak lagi mengatakan apa-apa sampai beberapa jam kemudian. Yang Reka lakukan hanyalah menangis pelan di dalam pelukan Martis. Bahkan Reka sampai tertidur dalam kondisi masih sambil menangis.Martis menggendong tubuh Reka dan membawanya masuk ke dalam kamar. Setelah itu Martis menghubungi nomor ponsel R
Martis masih berpura-pura bersikap biasa saja. Karena kalau ia memperlihatkan kalau ternyata sudah tahu akan kehadiran pengintai itu, bisa dipastikan pengintai itu pasti akan pergi. Sebab, baru kali ini juga Martis merasakan bahwa keahlian pengintai ini adalah yang paling hebat dibanding pengintai-pengintai lain yang dulu pernah Martis temui.Martis memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana, kemudian ia menyiapkan alat penyadap yang ia keluarkan dari tas penyimpanan sistem melalui saku celananya."La, lalala..., lala.., lalala." Martis sengaja bersenandung agar pengintai itu tetap mengira bahwa Martis tidak menyadari keberadaannya.Kemudian Martis mengeluarkan kedua telapak tangannya dari dalam saku celana. Lalu dengan pergerakan yang sangat cepat, Martis menjentikkan alat penyadap itu tepat ke arah si pengintai tersebut. Untuk mengalihkan perhatian pengintai itu, Martis sengaja meletakkan kedua tangannya ke kepala bagian belakangnya seraya kembali bersenandung ria.Trin
Martis mulai merasa khawatir. Tapi ia masih mencoba untuk tenang, kalau memang masih tidak ada jawaban juga dari Reka barulah ia terpaksa akan mendobrak pintu kamar Reka ini."Reka...? Apa kau ada di dalam? Ayo kita sarapan dulu. Ini sudah siang loh. Sudah pukul sepuluh." Dengan posisi tangan yang memegang gagang pintu, Martis memanggil Reka yang ada di dalam kamar.'Ada apa dengan Reka? Apa terjadi sesuatu dengannya di dalam ya? Ah, aku dobrak saja!' gumam Martis dalam hati.Martis Mundur beberapa langkah guna bersiap berlari dan akan mendobrak pintu kamar Reka.Ceklek!Gagang pintu kamar itu bergerak kemudian barulah pintunya terbuka."Argh...!" Karena tadi sudah bersiap berlari untuk mendobrak pintu kamar Reka, akhirnya Martis menghentikan larinya secara mendadak seraya berteriak.Brak!Keseimbangan Martis hilang sehingga membuat tubuhnya jatuh ke lantai. Sebab jika ia tidak berhenti mendadak seperti ini, maka Reka yang pasti akan tertabrak olehnya."Hoam...! Kak Martis? Kenapa kau
'Aktifkan teknik Sensorik.' Setelah itu Martis langsung memberikan perintah pada sistem untuk mengaktifkan teknik Sensorik miliknya. Sebab, Martis juga belum tahu pasti posisi pengintai itu ada di sebelah mana.Tring!"Perintah diterima, teknik Sensorik berhasil diaktifkan." Seperti biasa, begitulah jawaban dari sistem.Martis mengangkat telapak tangan dan mengarahkannya ke arah Reka guna memberi isyarat agar Reka diam sejenak. Untungnya Reka mengerti dan ia pun menuruti apa yang Martis maksud. Reka juga melihat ekspresi pada wajah Martis yang tiba-tiba berubah menjadi serius, itu tandanya sedang ada sesuatu.Kali ini, Martis agak kesulitan mendeteksi hawa keberadaan pengintai itu. Padahal ia sudah mengaktifkan teknik Sensorik miliknya.'Eh? Kenapa orang ini sangat ahli dalam menyembunyikan hawa keberadaannya? Teknik macam apa ini? Aku baru tahu kalau ada teknik semacam ini. Wah..., aku harus lebih waspada lagi.' Begitulah yang Martis pikirkan. Hari ini, pengintai itu jauh lebih sulit
Ternyata orang yang sedari kemarin mengintai Martis bersikap sangat ramah ketika bertemu tatap muka dengan Martis. Malahan, saat ini orang itu mengulurkan tangannya sebagai tanda untuk mengajak berkenalan dengan Martis."Ehem, maaf Anak Muda, apakah benar kau yang bernama Martis? Perkenalkan, namaku adalah Tigreal." Sekali lagi, orang yang dianggap pengintai oleh Martis dan juga sistem mencoba mengajak berkenalan lagi dengan Martis. Sebab memang sedari tadi Martis terlihat seperti agak bengong, karena memang pikirannya sedang ke mana-mana."Eh? I-iya, maafkan aku Paman. Paman benar kok, namaku memang Martis." Uluran tangan itu akhirnya disambut oleh Martis."Hahahaha..., aku sangat beruntung! Berarti benar, kau lah Martis. Kalau begitu, aku tidak ingin berbasa-basi. Martis, apakah kau mau ikut denganku sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Sikap Jendral Tigreal benar-benar sok akrab. Jendral Tigreal merangkul pundak Martis agar terlihat akrab.Sedangkan Reka ya
Ketika Martis sedang asik menjalani hari-harinya yang terasa cukup santai, di kejauhan ada Jendral Sabo yang tengah mempersiapkan kembali rencananya untuk menyerang markas Herupa. Padahal, sudah beberapa kali ia mencoba melakukannya dan hasilnya tetap sama, yaitu gagal!Namun kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Jendral Sabo akan bertindak sendiri, tanpa adanya campur tangan dari Bos Besar Kelitih. Hal ini disebabkan adanya beberapa kali perselisihan ketika mereka berdua bertemu untuk menyusun rencana penyerangan. Jendral Sabo juga diam-diam telah menyuruh bawahannya untuk terus mengawasi pergerakan Bos Besar Kelitih. Sebab, Jendral Sabo penasaran dengan identitas yang sebenarnya dari Bos Besar Kelitih.'Aku harus cepat bertindak. Kalau tidak, bisa saja rahasia tentang pasukan Cyborg yang selama ini diam-diam aku kembangkan bisa terbongkar. Sial! Jendral Valdo memang benar-benar menjadi penghalang semua rencanaku! Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah bisa menguasai dunia ini meng
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon