Iring-iringan mobil yang mengawal Tanya sedang menyusuri jalur hutan yang diapit oleh dua gunung. Dapat dipastikan bahwa tidak ada mobil lain yang lalu lalang di sana. Sebab, tidak ada yang diizinkan masuk ke kediaman keluarga cabang selain mobil-mobil mereka. Akses jalan tersebut hanya dimiliki oleh klan Quinn.Kepala Ares keluar dari jendela mobil. Berteriak tidak jelas dengan binar mata dan kekaguman yang luas di hati. Pepohonan di pinggir jalan serta angin yang menerpa, menjadi saksi betapa konyolnya Ares. Dewa? Sekarang dia hanya seorang yang udik. "Manusia yang menciptakan alat ini pasti berada di puncak kepintaran. Benda ini sangat cepat dan nyaman," imbuh Ares setelah menarik kepalanya lagi ke dalam mobil.Tanya menghela napas kemudian meminta, "Berbahaya kalau terserempet mobil lain. Jangan lakukan ini lagi saat kita sudah sampai di kota." Apakah Ares akan terluka karena terserempet mobil? Tentu saja tidak akan. Tanya mengatakan itu hanya karena tidak ingin malu. Kalau di k
"Selama tiga bulan tidak ada hasil. Apa artinya semuanya tidak akan pernah terungkap? Aku tidak biasa membiarkannya begitu saja." Ada ke kekecewaan yang mendalam di raut wajah Tanya. Kakeknya dan pamannya mungkin tidak akan membantu banyak dalam perkembangan masalah ini. Buktinya tiga bulan berlalu mereka sama sekali tidak menemukan siapa pelakunya. "Kalau kita mengetahui motif mereka. Kita bisa menyeleksi kemungkinan siapa pelakunya," imbuh Hiden. "Itu benar. Elemen seperti apa yang sempat kamu lihat?" Kakek Tanya memikirkan sesuatu. Ada ciri khas yang mencolok pada setiap klan tertentu. Contohnya klan Kairi sebagai pengguna elemen cahaya. Klan Brea sebagai pengguna elemen angin. Klan Finley pengguna elemen petir. Serta masih banyak Klan lain yang memiliki kemampuan khas. Tanya coba mengingat apa yang terjadi. Saat itu sekitar dua puluh orang yang mengejarnya dan ayahnya. Mereka memiliki berbagai elemen kuat, yang paling mencolok di antara mereka adalah dia yang memiliki elemen
"Aku rasa seperti ini sudah bagus. Apa masih perlu dipotong?!" tanya Ares sibuk menghadap cermin. Rambutnya diikat dan menyisakan satu helai menjuntai di dahi. Saat ini disamping Ares ada Tanya yang lebih dulu rapi dengan setelan dress biru muda. Setelan jas hitam yang gadis itu pilihkan begitu sesuai di perawakan Ares yang bagus. Beberapa pelayan perempuan bahkan diam dalam kekaguman mereka. Tanya memindai wajah tersebut dengan kedua tangannya yang dibuat seperti kamera. Mau dilihat dari kutub manapun, celah tidak bisa ditemukan. Ares adalah sosok sempurna untuk dijadikan seorang artis. Dia akan menjadi tambang emas jika sebuah agensi merekrutnya. "Yah, meskipun kamu keren dengan rambut seperti itu. Tapi aku lebih menyukai jika dipendekkan," jawab Tanya setelah berpikir. "Rambut pendek mungkin akan lebih nyaman. Kalau begitu kita akan memotongnya," putus Ares. Addison datang di saat yang tepat dan kemudian menunduk hormat, "Nona, mobilnya sudah siap. Alastair yang akan mengemudi
Selanjutnya Tanya pergi ke barbershop untuk memotong rambut Ares. Lelaki itu diam dengan patuh, dia terlalu takut untuk berbalas kata dengan laki-laki yang memotong rambutnya. Kelakuan laki-laki tersebut sangat janggal. Terkadang dia menggoda Ares yang memiliki wajah rupawan. "Aku tidak akan ke sana lagi!" Ares menegaskan mulut seraya bergidik geli saat keluar barbershop. Sekarang lelaki itu terlihat rapi di mata Tanya. Dia juga membelikannya berbagai keperluan seperti sabun cuci muka, minyak rambut, parfum, dan semacam bubuk agar bentuk rambut bertahan lama. Lelaki tersebut terlihat tidak biasa, apalagi ditambah dengan mimik geli yang masih tertinggal di wajahnya. "Bukankah seorang dewa seharusnya tidak memiliki rasa takut?" "Aku tidak takut, tapi Nona tahu. Dia ... dia menyentuh dadaku dan mengatakan sesuatu yang aneh.""Aneh?" Tanya menahan tawanya. "Lupakan! Aku tidak akan ke sana lagi!"Ares tidak pernah bertemu dengan manusia jadi-jadian seperti hari ini. Pengalaman pertama
"Apa Nona yakin ini semua untukku?" Ares bertanya di sela menyendok es krimnya ke mulut. Pada pangkuannya masih ada 2 cup es krim. Menurutnya, Tanya makhluk yang perutnya bisa memuat alam semesta. Tidak mungkin mendadak kehilangan selera makan. "Iya," jawab Tanya ketus. "Nona marah padaku?" "Menurutmu?!" "Aku tidak melakukan kesalahan." Tanya melemparkan mata buasnya dan tersenyum nanar, "Tidak melakukan kesalahan?!" tanyanya. "He'em.""Menjual diri bukan kesalahan? Sepertinya bukan hanya kau yang harus menjagaku. Tapi aku perlu juga menjagamu dari perempuan gila seperti tadi. Kalau tidak kamu akan melalaikan tugas untuk menjagaku," imbuh Tanya. Ares tersenyum, kemarahan Tanya yang dia harapkan sejak awal. Gadis bermata indah itu mencoba mengeksploitasinya dengan memanfaatkan keadaan. Perempuan tersebut tidak tahu bahwa harimau tidak bisa digigit dengan gigi kelinci. "Bekerja dengannya dan menjaga Nona bisa dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Nona bisa menungguku di depan p
"Apa kakek sudah menemukan cara agar aku bisa menggunakan pedangku?" Tanya berdiri ke samping kakeknya. Saat ini Hiden Quinn sekali lagi mengalirkan energi roh pada pedang tersebut. Kepala kakeknya menggeleng dan lantas menjelaskan, "Tidak ada yang kakak temukan selain kemungkinan pembuat pedang ini merupakan orang yang sama, dengan pembuat pedang pusaka yang telah dicuri.""Benarkah? Artinya pedang ini memiliki umur ribuan tahun juga? Sepertinya mereka saling terhubung?""Ya, meskipun hanya kemungkinan. Kita belum membandingkannya secara langsung.""Apa paman akan menyimpannya?" Tanya bertanya pada Hiden. Karena pedang itu mungkin penting bagi klan Quinn. Tanya tidak keberatan klannya yang menjaga. "Sebaiknya pedang ini bersama denganmu saja. Ada kemungkinan kamu bisa memakainya suatu saat nanti," ungkap Hiden. "Ares juga bilang begitu. Tapi pedang ini bahkan tidak mau disentuh olehku!" gerutu Tanya. Hiden memasukkan pedang tersebut ke sarungnya lalu mengembalikannya pada Tanya.
Tanya sangat marah hingga refleks mengangkat tangannya. Dia ingin sekali memukul sepupunya itu. Kalau saja pikiranya tidak lagi rasional, mungkin pukulannya tidak akan bisa dia tahan sekarang. "Heh? Kau ingin memukulku? Kau tidak ingat sebelum-sebelumnya? Jangan membuat dirimu sendiri menjadi badut. Orang yang tidak memiliki energi kehidupan sepertimu tidak akan bisa melukaiku yang seorang jenius," ejek Neva sambil memberi tatapan menghina. Semenjak mereka bermusuhan, Neva memang selalu keluar menjadi pemenang ketika mereka berkelahi. "Aku sudah menjadi lebih kuat! Jangan meremehkan aku, Neva!" tegas Tanya. "Kuat? Hahaha. Kau habis makan apa?""Aku baik-baik saja!""Benarkah? Apa kau mendapatkan kekuatan ajaib setelah sekian lama? Lucu sekali bualanmu itu. Kalau memang benar ayo lawan aku. Berani?" Neva memprovokasi, dia memiliki kepercayaan diri yang mutlak. "Baiklah! Ayo latihan tanding melawanku!" Tanya menerima umpan itu dengan berani. "Aku akan menunggumu di lapangan belakan
Selanjutnya Tanya yang memulai serangan. Dia dan Neva seperti menari dalam gerakan yang saling meruntuhkan satu sama lain. Aiden terkesiap melihat gerakan kedua cucunya tersebut. Tentunya semua orang juga menjatuhkan dagu melihat dua putri cantik itu bertarung. Tanya menggunakan gerakan yang cukup sempurna.Menit demi menit berlalu dengan panas. Gerakan bela diri dari klan Quinn seakan tidak pernah bisa menembus gaya bertarung yang Tanya pelajari dari Ares. Hal tersebut sedikit membuat Neva frustasi. Tapi dia tetap menenangkan diri karena masih menyimpan kemampuan domainnya. "Lama tidak melihatmu ternyata membuatmu menjadi orang yang berbeda!" "Aku sudah bilang. Keluarkan seluruh kemampuanmu!" balas Tanya. Neva menggunakan kemampuan domainnya, seperti yang sebelumnya dilakukan Alastair saat melawan Ares, beberapa komponen yang ada di sekitar bergerak menyerang Tanya. Beberapa bongkahan tanah yang menyatu dan bertumpuk hingga menghasilkan kepadatan luar biasa berterbangan. Tanya mul