"Selama tiga bulan tidak ada hasil. Apa artinya semuanya tidak akan pernah terungkap? Aku tidak biasa membiarkannya begitu saja." Ada ke kekecewaan yang mendalam di raut wajah Tanya. Kakeknya dan pamannya mungkin tidak akan membantu banyak dalam perkembangan masalah ini. Buktinya tiga bulan berlalu mereka sama sekali tidak menemukan siapa pelakunya. "Kalau kita mengetahui motif mereka. Kita bisa menyeleksi kemungkinan siapa pelakunya," imbuh Hiden. "Itu benar. Elemen seperti apa yang sempat kamu lihat?" Kakek Tanya memikirkan sesuatu. Ada ciri khas yang mencolok pada setiap klan tertentu. Contohnya klan Kairi sebagai pengguna elemen cahaya. Klan Brea sebagai pengguna elemen angin. Klan Finley pengguna elemen petir. Serta masih banyak Klan lain yang memiliki kemampuan khas. Tanya coba mengingat apa yang terjadi. Saat itu sekitar dua puluh orang yang mengejarnya dan ayahnya. Mereka memiliki berbagai elemen kuat, yang paling mencolok di antara mereka adalah dia yang memiliki elemen
"Aku rasa seperti ini sudah bagus. Apa masih perlu dipotong?!" tanya Ares sibuk menghadap cermin. Rambutnya diikat dan menyisakan satu helai menjuntai di dahi. Saat ini disamping Ares ada Tanya yang lebih dulu rapi dengan setelan dress biru muda. Setelan jas hitam yang gadis itu pilihkan begitu sesuai di perawakan Ares yang bagus. Beberapa pelayan perempuan bahkan diam dalam kekaguman mereka. Tanya memindai wajah tersebut dengan kedua tangannya yang dibuat seperti kamera. Mau dilihat dari kutub manapun, celah tidak bisa ditemukan. Ares adalah sosok sempurna untuk dijadikan seorang artis. Dia akan menjadi tambang emas jika sebuah agensi merekrutnya. "Yah, meskipun kamu keren dengan rambut seperti itu. Tapi aku lebih menyukai jika dipendekkan," jawab Tanya setelah berpikir. "Rambut pendek mungkin akan lebih nyaman. Kalau begitu kita akan memotongnya," putus Ares. Addison datang di saat yang tepat dan kemudian menunduk hormat, "Nona, mobilnya sudah siap. Alastair yang akan mengemudi
Selanjutnya Tanya pergi ke barbershop untuk memotong rambut Ares. Lelaki itu diam dengan patuh, dia terlalu takut untuk berbalas kata dengan laki-laki yang memotong rambutnya. Kelakuan laki-laki tersebut sangat janggal. Terkadang dia menggoda Ares yang memiliki wajah rupawan. "Aku tidak akan ke sana lagi!" Ares menegaskan mulut seraya bergidik geli saat keluar barbershop. Sekarang lelaki itu terlihat rapi di mata Tanya. Dia juga membelikannya berbagai keperluan seperti sabun cuci muka, minyak rambut, parfum, dan semacam bubuk agar bentuk rambut bertahan lama. Lelaki tersebut terlihat tidak biasa, apalagi ditambah dengan mimik geli yang masih tertinggal di wajahnya. "Bukankah seorang dewa seharusnya tidak memiliki rasa takut?" "Aku tidak takut, tapi Nona tahu. Dia ... dia menyentuh dadaku dan mengatakan sesuatu yang aneh.""Aneh?" Tanya menahan tawanya. "Lupakan! Aku tidak akan ke sana lagi!"Ares tidak pernah bertemu dengan manusia jadi-jadian seperti hari ini. Pengalaman pertama
"Apa Nona yakin ini semua untukku?" Ares bertanya di sela menyendok es krimnya ke mulut. Pada pangkuannya masih ada 2 cup es krim. Menurutnya, Tanya makhluk yang perutnya bisa memuat alam semesta. Tidak mungkin mendadak kehilangan selera makan. "Iya," jawab Tanya ketus. "Nona marah padaku?" "Menurutmu?!" "Aku tidak melakukan kesalahan." Tanya melemparkan mata buasnya dan tersenyum nanar, "Tidak melakukan kesalahan?!" tanyanya. "He'em.""Menjual diri bukan kesalahan? Sepertinya bukan hanya kau yang harus menjagaku. Tapi aku perlu juga menjagamu dari perempuan gila seperti tadi. Kalau tidak kamu akan melalaikan tugas untuk menjagaku," imbuh Tanya. Ares tersenyum, kemarahan Tanya yang dia harapkan sejak awal. Gadis bermata indah itu mencoba mengeksploitasinya dengan memanfaatkan keadaan. Perempuan tersebut tidak tahu bahwa harimau tidak bisa digigit dengan gigi kelinci. "Bekerja dengannya dan menjaga Nona bisa dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Nona bisa menungguku di depan p
"Apa kakek sudah menemukan cara agar aku bisa menggunakan pedangku?" Tanya berdiri ke samping kakeknya. Saat ini Hiden Quinn sekali lagi mengalirkan energi roh pada pedang tersebut. Kepala kakeknya menggeleng dan lantas menjelaskan, "Tidak ada yang kakak temukan selain kemungkinan pembuat pedang ini merupakan orang yang sama, dengan pembuat pedang pusaka yang telah dicuri.""Benarkah? Artinya pedang ini memiliki umur ribuan tahun juga? Sepertinya mereka saling terhubung?""Ya, meskipun hanya kemungkinan. Kita belum membandingkannya secara langsung.""Apa paman akan menyimpannya?" Tanya bertanya pada Hiden. Karena pedang itu mungkin penting bagi klan Quinn. Tanya tidak keberatan klannya yang menjaga. "Sebaiknya pedang ini bersama denganmu saja. Ada kemungkinan kamu bisa memakainya suatu saat nanti," ungkap Hiden. "Ares juga bilang begitu. Tapi pedang ini bahkan tidak mau disentuh olehku!" gerutu Tanya. Hiden memasukkan pedang tersebut ke sarungnya lalu mengembalikannya pada Tanya.
Tanya sangat marah hingga refleks mengangkat tangannya. Dia ingin sekali memukul sepupunya itu. Kalau saja pikiranya tidak lagi rasional, mungkin pukulannya tidak akan bisa dia tahan sekarang. "Heh? Kau ingin memukulku? Kau tidak ingat sebelum-sebelumnya? Jangan membuat dirimu sendiri menjadi badut. Orang yang tidak memiliki energi kehidupan sepertimu tidak akan bisa melukaiku yang seorang jenius," ejek Neva sambil memberi tatapan menghina. Semenjak mereka bermusuhan, Neva memang selalu keluar menjadi pemenang ketika mereka berkelahi. "Aku sudah menjadi lebih kuat! Jangan meremehkan aku, Neva!" tegas Tanya. "Kuat? Hahaha. Kau habis makan apa?""Aku baik-baik saja!""Benarkah? Apa kau mendapatkan kekuatan ajaib setelah sekian lama? Lucu sekali bualanmu itu. Kalau memang benar ayo lawan aku. Berani?" Neva memprovokasi, dia memiliki kepercayaan diri yang mutlak. "Baiklah! Ayo latihan tanding melawanku!" Tanya menerima umpan itu dengan berani. "Aku akan menunggumu di lapangan belakan
Selanjutnya Tanya yang memulai serangan. Dia dan Neva seperti menari dalam gerakan yang saling meruntuhkan satu sama lain. Aiden terkesiap melihat gerakan kedua cucunya tersebut. Tentunya semua orang juga menjatuhkan dagu melihat dua putri cantik itu bertarung. Tanya menggunakan gerakan yang cukup sempurna.Menit demi menit berlalu dengan panas. Gerakan bela diri dari klan Quinn seakan tidak pernah bisa menembus gaya bertarung yang Tanya pelajari dari Ares. Hal tersebut sedikit membuat Neva frustasi. Tapi dia tetap menenangkan diri karena masih menyimpan kemampuan domainnya. "Lama tidak melihatmu ternyata membuatmu menjadi orang yang berbeda!" "Aku sudah bilang. Keluarkan seluruh kemampuanmu!" balas Tanya. Neva menggunakan kemampuan domainnya, seperti yang sebelumnya dilakukan Alastair saat melawan Ares, beberapa komponen yang ada di sekitar bergerak menyerang Tanya. Beberapa bongkahan tanah yang menyatu dan bertumpuk hingga menghasilkan kepadatan luar biasa berterbangan. Tanya mul
Setelah pertarungan yang menakjubkan Tanya perlihatkan ketika melawan Neva. Beberapa orang secara bertahap mulai mengaguminya. Tidak ada lagi cacian atau makian dari orang-orang yang sebelumnya meragukannya. Dia tampak seperti jenius yang baru menemukan bakatnya. Dia sangat senang akan hal tersebut. Tanya mendapat kesempatan untuk ikut di turnamen beladiri yang akan diadakan di klan Kairi beberapa bulan lagi sebagaimana jenius muda lainnya. Dia akan ikut dan mengajak Ares juga. Ares setuju dengan pengajuan tersebut, namun, karena Ares menolak menjadi bagian klan Quinn. Dia ikut secara pribadi sebagai orang luar. Berangsur-angsur gosip tentang Tanya yang sudah mulai menemukan bakatnya memudar. Kini terbit lagi topik baru. Yutaka Quinn, putra dari Helen Quinn berhasil memasuki final turnamen tingkat SMP setelah mengalahkan jenius-jenius muda dari klan-klan lain. Di kediaman utama klan Quinn sudah disediakan televisi besar. Pertandingan final Yutakan Quinn dijadwalk
13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang
Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert
PoV Tanya QuinnBeberapa bulan setelah perang berlalu... Tiada siapapun yang dapat menghentikan waktu. Ia terus melukis takdir meski beberapa manusia sepertiku enggan mengizinkannya. Dunia yang damai telah tercipta selayaknya keinginan Ares setelah mengorbankan diri. Dan, aku aman serta tetap hidup seperti harapan Ares dan kedua orang tuaku. Tanpa sadar masa-masa bersama mereka kian menjauh setiap detiknya. Sebenarnya banyak hal baik yang terjadi setelah perang berakhir. Mulai dari senyum abadi Kalista usai pernikahannya dengan Gilbert, invasi hutan yang lebih mudah, Imelda yang menemukan cintanya, hingga hal-hal kecil lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Aku sama sekali tidak membenci keadaan ini, sungguh. Senyum setiap orang semakin mudah diciptakan dan itu juga membuatku senang. Tidak ada lagi hal mengkhawatirkan yang mungkin dapat menyebabkan senyum mereka hilang. Manusia benar-benar berada di puncak kelegaan. Namun, sepertinya ada yang kurang dalam diriku. Ketakutan yang
Pertarungan dasyat di belakang bukit berhenti menggetarkan medan perang. Monster abnormal yang sebelumnya mengarah ke kota Seal berhamburan ke sembarang arah. Sedangkan monster yang dapat berubah wujud sudah dikalahkan semua. Itu semua berkat strategi Gilbert yang luar biasa. Gilbert menghela napas legas karena Ares, Tanya, dan Aaron telah berhasil mengalahkan ratu monster. Dengan begitu perang telah usai, monster yang kehilangan pemimpin mereka kehilangan persatuan mereka. Terutama monster abnormal yang tidak dapat berpikir. "Istirahat!" tegas Kalista pada Gilbert yang berusaha tidak goyah. "Aku ingin tidur," jawab Gilbert memeluk Kalista. Membuat gadis itu menahan senyum. "Tidurlah, aku akan menjagamu."Kemudian beberapa pemimpin klan berkumpul. Di antaranya ada Alex Kairi dan Jivalov Finley. Kalista agak canggung dengan keadaan dirinya dan Gilbert. Apalagi setelah Aiden Quinn menghampiri. "Apa ada hal buruk yang terjadi pada Gilbert?" tanya Aiden Quinn. Kalista sedikit menund
Wajah Ares sama persis seperti Robert ketika meninggal Tanya di bibir hutan malapetaka. Tanya merasa hatinya sangat tidak enak terasa, tetapi dia sudah mencapai batas. Tidak mungkin baginya untuk berusaha mengejar Ares yang kembali melanjutkan pertarungan. Pandangannya kian memudar dan dia merasa tidak akan bertahan di langit. "A—aron? Kau tidak apa-apa?" Tanya bertanya dengan wajah yang khawatir namun lemah. Kepala Aaron dialiri banyak darah. Sorot matanya redup tetapi senyum menampik kelegaan. Dia memeluk Tanya, sayap di punggungnya tidak lagi dapat dipertahankan. Sama seperti Tanya, remaja tersebut sudah mencapai batasnya. Kemudian dia memposisikan tubuhnya di bawah Tanya ketika mereka jatuh. Saat membentur tanah. Aaron sepenuhnya kehilangan kesadaran karena benturan yang keras. Tetapi dia sempat tersenyum karena berhasil melindungi Tanya yang berada di pelukannya saat jatuh. Untuk terakhir kali, dia senang berada di samping gadis itu. "Dia melindungiku?" Tanya berusaha mencapa
"Seni api, Inferno Dragon!" seru Aaron. Naga lava api putih berkaki empat dengan sayap membentang mengejar Akira. Menyemburkan api sepanjang pergerakan yang menghanguskan semua target. Dari awan turun air bertekanan besar, memotong sayap naga tersebut hingga jatuh. Domain Tanya muncul di ujung perpindahan Akira dan menurunkan petir hitam. Akira terbang lebih tinggi setelah terkena serangan itu, namun tubuhnya dapat kembali pulih. Aaron menyerang bersamaan dengan Tanya. Pertarungan tiga orang di langit layaknya meteor berekor. Dua di antaranya sedangan mengapit satu target.Domain Tanya mengurangi kecepatan musuh sekaligus menambah kecepatannya. Sulit dipercaya Akira tetap bergerak lebih cepat dalam keadaan tersebut. Tanya menggertakkan gigi sebab beberapa moment dia masih bergantung pada perlindungan Aaron. Pedang Tanya mengeluarkan cahaya hijau yang menjalar-jalar. Akira memotong serangan Tanya yang datang dengan gerakan memutar. Ketika Aaron hendak melayangkan tebasan tiba-tiba,
Ares yang berada sedikit di depan Aaron lebih dulu menahan gempuran serangan Akira. Lelaki itu berhasil dijatuhkan ke kabut dingin yang ada di bawah setelah beradu pukulan hebat. Kemudian Akira sadar akan pedang yang dipegang gadis di punggung Aaron, tatapannya yang dingin berubah kebencian, ia beralih menargetkan mereka. Tanya telah memasang domain ke dua untuknya dan Aaron. Kondisi sempurna serta matang itu tetap saja terasa menyulitkan. Aaron berhasil menghindari tebasan pedang beraliran petir hitam. Akan tetapi gagal menyadari pukulan telak yang menyusul kemudian. Dia tidak akan sempat untuk menggerakkan tubuh dari pukulan yang mengarah pada gadis di punggungnya.Untungnya Ares yang kembali datang dari dalam kabut cekatan mengambil pukulan itu menggunakan beberapa gerakan tubuh. Menyelamatkan Tanya sekaligus membuat Akira sepuluh langkah menjauh dari mereka. Ares lanjut menyerang dengan kekuatan serta kecepatan yang ditingkatkan. Mereka terbang ke sana kemari dengan ketinggian y
"I—itu?" Wajah Tanya serius melihat gumpalan kegelapan yang memakan banyak ruang di langit. "Aku merasakan Gilbert serta para tetua ada di dalamnya. Apa mereka bisa mengatasi ini?" lanjutnya. Aiden Quinn langsung khawatir setelah mendengar ucapan cucunya. Ketika sampai di garis paling depan mereka sudah disambangi oleh keadaan tidak mengenakan itu. Apalagi di berbagai sudut perbukitan banyak ledakan akibat pertempuran. Dan dari jalan utama menuju keluarga cabang terus keluar monster abnormal. "Cara bertarung mereka tidak buruk. Masing-masing melawan satu monster kuat. Kemenangan harusnya masih bisa dimiliki manusia," jawab Aaron. "Kau benar. Mereka pasti tidak apa-apa." Walaupun itu adalah kalimat kepercayaan atas semuanya. Tanya menyadari kalau kakeknya masih khawatir.Gumpalan kegelapan tampak bereaksi. Ledakan udara memundurkan mereka bertiga. Kemudian bola lava api biru melobangi gumpalan kegelapan itu dan jatuh ke tengah-tengah ribuan monster di pintu masuk celah bukit ke kelu
Gilbert selalu bergantung pada kemampuan domain dan ragam gerakan efisien ketika bertarung. Belum pernah memikirkan seberapa banyak takaran energi yang bisa dimasukan ke tubuh fisik. Padahal, energi yang masuk ke tubuh fisik berpengaruh terhadap kecepatan dan ketahanan tubuh seseorang. Pertarungan melawan Hiden membuat ia sadar betapa pentingnya aspek itu untuk menjadi tak terkalahkan. Apalagi setelah Ares menjelaskan kalau kekuatan utama monster adalah regenerasi super dan ketahanan tubuh. Oleh karena itu, selagi persiapan perang Gilbert terus menyempatkan diri berlatih memasukan energi roh ke tubuh fisik. Hasil latihan itu langsung dia terapkan ke pertarungan tadi. Kemenangan pasti sulit dilihat jika saja perang dimulai sebelum pengalamannya melawan Hiden. Dia dapat dikatakan sudah menutup lubang kelemahan di gaya bertarungnya yang sekarang. Mezaluna tidak main-main dengan perkataannya yang meminta Gilbert berhati-hati. Elemen kegelapan layaknya badai darinya menyebarkan suasana