"Aku akan melepaskanmu, di mana Nathan? Apa dia punya rekan?""Aku benar-benar nggak tahu!""Kalau begitu, jangan salahkan aku!"Houston tersenyum jahat. Setelah selesai berbicara, dia menyayat wajah Nadine lagi!Nadine menjerit kesakitan dan langsung pingsan."Nadine, ada apa denganmu? Tolong!" Melihat putrinya pingsan, Femmy ketakutan hingga berteriak sekuat tenaga."Wanita tua, diam kamu. Kalau nggak, aku akan menyayat wajahmu juga!" kata Houston dengan penuh amarah."..."Femmy tidak berani bersuara dan hanya menatap Nadine dengan sedih. Bagian depan pakaiannya sudah dipenuhi dengan darah, dia tampak seperti mayat hidup."Tuan Muda Houston, kurasa gadis ini memang nggak tahu!" kata seorang pria berbaju hitam."Ya, kurasa begitu!""Tapi kita sudah mengetahui identitas Nathan. Menemukan seseorang di Kota Nuansa adalah hal yang mudah bagi Empat Keluarga Besar, ayo pergi!"Houston melambaikan tangannya dan pergi bersama bawahannya ....Begitu Houston dan yang lainnya pergi, Femmy langs
Nathan mengerutkan kening, dia berkata dengan suara berat, "Bibi Femmy, sebenarnya apa yang terjadi? Tolong beri tahu aku.""Kamu masih berani tanya? Kalau bukan karena kamu, putriku nggak akan menjadi seperti ini!" umpat Femmy.Nathan sangat sabar dan tidak marah. Setelah Femmy menceritakan seluruh kejadian, amarahnya pun meluap dan niat membunuh terpancar dari sekujur tubuhnya!'Keluarga Keltano, kalian cari mati!'Tatapan Nathan berubah dingin, dia menatap Callie sambil bertanya, "Bagaimana keadaan Nadine sekarang?""Dia, dia dikirim ke ruang operasi!"Callie kaget. Dia tiba-tiba merasa pria di hadapannya ini sangat menakutkan, seperti binatang buas di dalam hutan!"Nathan, semua ini karena kamu. Kalau sampai Nadine cacat, aku nggak akan mengampunimu!" seru Femmy dengan histeris."Diam!"Nathan berteriak kuat hingga membuat Femmy terdiam."Aku akan pergi mengurus sesuatu. Nona Callie, tolong awasi keadaan sini. Kalau terjadi sesuatu, segera hubungi aku!"Setelah berkata demikian, Na
"Lancang! Yimna, panggil Pak Brody!""Baik, Ayah."Melihat putranya ditindas, Yimna menggertakkan giginya dengan marah. Dia segera berlari ke sebuah ruangan kecil yang terletak di halaman belakang vila."Pak Brody, ada yang datang membuat keributan di vila Keluarga Keltano. Cepat pergi lihat!"Ruangan kecil itu dipenuhi dengan aroma kayu cendana. Seorang lelaki tua berjubah polos sedang duduk bersila. Mendengar teriakan ini, dia perlahan-lahan membuka matanya dan suatu hawa dingin muncul di matanya."Berani membuat keributan di vila Keluarga Keltano? Siapa pun dia, aku nggak akan membiarkannya hidup!"Setelah selesai berbicara, Brody bangkit dan menghilang dari pandangan Yimna.Di ruang tamu, Nathan menggunakan kukunya yang tajam untuk membuat bekas luka di wajah Houston."Kamu melukai Nadine, aku akan membuatmu bayar seratus kali lipat!"Ekspresi Nathan sangat datar. Dia mengabaikan teriakan Houston dan wajah Houston sudah dipenuhi dengan darah.Houston sudah menyentuh batas kesabaran
Namun, semuanya sudah terlambat. Seiring dengan bunyi "krek", dada Houston remuk."Brody Lisano, aku akan menghabisimu!"Yimna kehilangan akal sehat, dia menerjang ke arah Brody dengan ganas.Namun, bagaimana mungkin seorang wanita lemah sepertinya bisa melawan Brody? Sebelum dia menyentuh Brody, tubuhnya sudah melayang!"Master, aku, apa aku sudah boleh pergi?" tanya Brody dengan tertekan."Pergi!"Brody seolah-olah mendapatkan pengampunan. Dia mengabaikan umpatan Gilius dan berlari keluar dari ruang tamu.Menyuruhnya melawan pendekar Alam Misteri? Dia pasti akan mati!Saat ini, Gilius mulai ketakutan. Tak disangka, anak yang berhasil selamat dari incaran mereka dulu akan menjadi begitu menakutkan!Hanya tersisa Gilius yang masih bisa berdiri."Nathan, apa maumu?" Gilius berusaha untuk menenangkan diri."Hehe."Nathan tersenyum. Dia memandang Gilius dengan ekspresi nakal sambil berkata dengan tenang, "Sekarang sudah takut? Dulu saat Empat Keluarga Besar menghancurkan keluargaku, apa k
Nathan berjalan mendekat, dia bertanya dengan sungguh-sungguh, "Nona Callie, Nadine masih berada di dalam?""Seharusnya sudah mau keluar," jawab Callie sambil melihat arloji."Nathan, bajingan kamu. Masih berani datang! Kalau bukan karena kamu, putriku nggak akan menjadi seperti ini!" Femmy seolah-olah bertemu dengan musuh bebuyutan, dia sangat emosional."Jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab atas luka Nadine," jawab Nathan sambil mengerutkan kening."Bertanggung jawab? Bagaimana caranya? Apa kamu punya uang? Apa kamu bisa menyediakan tempat tinggal dan menafkahi putriku? Nggak usah membual!""..."Nathan malas berdebat dengan Femmy. Wanita tua ini sudah kehilangan akal sehat, dia tidak ingin membuang-buang tenaga.Saat ini, seorang perawat keluar dari ruang operasi. Nathan menghentikannya, lalu bertanya, "Perawat, aku kakaknya pasien. Apa aku boleh masuk ke ruang operasi untuk melihatnya?""Kamu?"Perawat itu mengamati Nathan sekilas, lalu berkata dengan nada meremehkan, "Ini a
Pada akhirnya, hanya tersisa dua bekas luka dangkal di wajahnya!Nathan menghela napas lega. Kedua bekas luka ini bisa dihilangkan dengan obat-obatan."Nadine, bangun!"Nathan menyuntikkan energi sejati ke dalam tubuh Nadine sambil berseru pelan.Nadine perlahan-lahan membuka matanya dan melihat Nathan sedang menatapnya dengan cemas."Kak Nathan? Apa, apa aku sedang bermimpi?""Tentu saja bukan mimpi, aku ada di sampingmu!""Kak Nathan! Huhu ...."Nadine tidak bisa menahan diri lagi. Dia melingkarkan tangannya ke leher Nathan, lalu membenamkan kepalanya di dada Nathan dan mulai menangis histeris."Jangan menangis lagi, aku akan membawamu pulang, oke?" tanya Nathan."Tunggu, wajahku ...."Nadine seolah-olah teringat akan sesuatu, dia segera mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya."Kak Nathan, aku mau bercermin!""Nadine, wajahmu sudah sembuh, hanya tersisa sedikit bekas luka. Aku akan membantumu menghilangkannya dengan obat tradisional, beberapa hari lagi baru bercermin, oke?""Waj
"Kita bicarakan nanti, masih ada bekas luka di wajah Nadine. Aku perlu membawanya pulang untuk diobati!"Nathan tampak sangat kelelahan. Kehilangan setetes darah ningrat membuatnya lemas."Apa? Kamu ingin membawa putriku pulang?" kata Femmy dengan kesal."Bibi Femmy, apa kamu berani pulang ke rumahmu?" tanya Nathan."Eh ...."Ekspresi garang Houston muncul di benak Femmy dan membuat sekujur tubuhnya gemetaran."Boleh saja pergi ke rumahmu. Tapi biar kuperingatkan, jangan macam-macam dengan putriku. Meskipun wajahnya masih utuh, orang miskin sepertimu nggak berhak memilikinya!" kata Femmy dengan tegas."Bu, jangan asal ngomong! Kak Nathan yang menolongku. Kamu bukan hanya nggak berterima kasih padanya, malah mengatainya seperti ini!"Nadine tidak bisa menahan diri, dia langsung menegur ibunya."Jangan khawatir, aku hanya ingin mengobati Nadine!" kata Nathan dengan tenang."Ya sudah!""..."Saat Femmy melontarkan kalimat itu, Arlo pun mengepalkan tinjunya. Dia sungguh ingin memukul orang
Mendengar ucapan Femmy, Nadine sungguh ingin menggali lubang untuk menyembunyikan diri. Dia tidak pernah melihat ibu yang begitu mata duitan!Nathan tersenyum sambil berkata, "Baik, kalau ada kesempatan, aku akan mengajaknya keluar!""Jangan sampai lupa. Kalau nggak, aku akan membuat perhitungan denganmu!"Femmy mengangguk puas, lalu berbalik naik ke atas."..."Nathan tertegun. Di hanya bisa melihat rasa bersalah melalui tatapan Nadine ....Pada saat yang sama, tiga pria berpakaian rapi datang ke vila Keluarga Keltano. Mereka adalah kepala keluarga tiga keluarga besar."Pak Gilius, ketika mengetahui Keluarga Keltano tertimpa masalah, kami langsung kemari. Apa yang terjadi?"Orang yang berbicara adalah kepala Keluarga Lutso, Parviz Lutso. Pria berusia empat puluhan tahun ini memiliki tubuh yang tegap, garis wajah yang tajam dan aura yang berwibawa!"Tamat, Keluarga Keltano sudah tamat ...."Mata Gilius sangat keruh, tidak bersinar seperti biasanya. Dia bergumam, "Kedua cucuku meninggal