Hafsa mengikuti Nyonya Sinta keruangannya, mungkin itu ruangan kerjanya karena terdapat banyak buku serta aksesoris pemanis ruangan juga bunga yang bermacam-macam warna karena nyonya Sinta menyukai semua jenis bunga tak heran waktu Hafsa memasuki rumah mewah ini terdapat banyak sekali bunga disekitar halamannya.
"Silahkan duduk!" sang nyonya memberi perintah pada Hafsa.Hafsa menunduk lalu duduk, diruangan itu hanya ada mereka berdua."Ini tugas-tugas yang harus kau kerjakan dari kau bangun tidur hingga tertidur." nyonya Sinta menyerahkan buku agenda keseharian milik tuan muda Elang.Hafsa menerimanya dan membukanya, Hafsa sedikit menelan salivanya ketika baru membaca isi agenda itu yang tidak terlalu tebal namun isinya membuat kepala pening."Kau mulai bekerja besok, hari ini pelajarilah tugas-tugas itu dengan baik. Kalau ada apa-apa yang ingin kau tanyakan? kau bisa tanyakan pada Rey atau kepala pelayan karena aku akan pergi keluar kota dalam jangka waktu yang lama. Kau mengerti?" ucap nyonya Sinta panjang lebar dan Hafsa mengangguk mengerti."Ada yang ingin kau tanyakan." tanyanya dengan wajah selembut mungkin dan selalu tersenyum."Tidak ada nyonya." jawab Hafsa sungkan."Baiklah, kau boleh keluar.""Terimakasih!".Hafsa keluar dari ruangan itu dengan membawa buku tugas itu dan menghela nafas lega, meskipun nyonya Sinta terlihat lembut dan ramah tapi tetap saja auranya begitu mengintimidasi.*****"Hey, kau merayu tuan muda kan supaya kau terpilih." Nina mencerca Hafsa saat mereka selesai makan malam dan menghadangnya sebelum masuk kamar."Aku, merayu tuan muda dari mana kau melihat aku merayu tuan muda, bukannya kita sama-sama baru bertemu tadi pagi." jawab Hafsa santai."Heh alasan aku tau kau sudah merayunya sehingga tuan muda mau memilihmu." ujar Nina ketus."Terserah kau saja ingin bicara apa?"."Hafsa, sepertinya dia iri denganmu karena dia tidak terpilih makanya dia memfitnahmu." kata Melati yang kesal karena Nina menuduh temannya."Sudah tidak apa-apa biarkan saja!" balas Hafsa pelan."Eh siapa yang iri? untuk apa juga aku iri lihat saja kau pasti akan langsung tersingkir dalam menghadapi tuan muda. Asal kau tau yah tuan muda itu sangat kejam dan tidak berperasaan sudah banyak pengasuh dan pelayan yang dipecatnya dan itu pasti termasuk dirimu." oceh Nina membuat Melati menatap kesal sedangkan Hafsa berusaha tenang.Setelah berkata seperti itu dia melenggang pergi dengan sengaja menabrakkan bahunya kepada Hafsa dan Melati membuat mereka mundur mendadak."Eh... sontoloyo punya masalah apa kamu?" ucap Melati kesal karena Nina sengaja menabraknya."Sudah, lain kali kita balas nanti. Biarkan saja sekarang." kata Hafsa juga kesal namun masih menahan emosinya.*****Pagi hari telah tiba semua pelayan dirumah Rahardian sudah beraktifitas masing-masing.Mereka bangun pagi sekali.Begitu juga dengan ketiga pelayan baru sudah bangun dan memulai pekerjaan baru mereka.Hafsa dengan sikap tenang memasuki kamar tuan muda dengan hati-hati.Dia melihat kamar yang remang-remang membuatnya merinding karena kamar itu bernuansa gelap ditambah Elang yang selalu mematikan lampu disaat tidur dan hanya menyisakkan lampu tidur didekat nakas saja.Hafsa berjalan secara perlahan melihat seorang pria yang sedang tidur berbaring, sungguh pemandangan yang sangat indah dipagi hari yang Hafsa dapat karena bisa memandangi wajah tampan rupawan milik tuan muda Elang.'wah tampan sekali meskipun sedang tertidur juga, tapi sayang sekali ternyata dia sedang sakit. Aku akan merawatnya sampai dia sembuh. Kau tenang saja tuan.'ucap Hafsa dalam hatinya."Apa begini tugasmu? hanya memandangiku." reflek Hafsa terperanjat mendengar suara dari orang yang masih berbaring.Elang membuka matanya menampakkan mata yang indah berwarna coklat gelap, Elang menatap Hafsa dengan tajam namun Hafsa bingung tatapan matanya mengarah padanya namun bola matanya menatap lurus."Maafkan saya tuan muda, saya tidak sengaja membangunkan tuan. Kalau begitu saya permisi." Hafsa gugup hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan."Tunggu.." Hafsa berhenti dengan degup jantung yang berdebar."Mau kemana kau? apa setelah ketauan memandangiku kau mau pergi begitu saja." kata Elang mulai bangun dari tidurnya.Ternyata dia tidak memakai atasan kebiasaan Elang jika tidur tidak mau memakai baju atasan hanya celana pendek boxer yang dia kenakan.Tentu saja hal itu bisa dipandangi oleh Hafsa yang pipinya memerah mendapati bentuk tubuh Elang yang bagus dan berotot sampai Hafsa memalingkan wajahnya karena malu."Aku... aku hanya ingin mengerjakan tugas ku yang lain tuan, aku berfikir bahwa tuan masih mau berlama-lama di kasur." jawaban Hafsa yang menurut Elang konyol itu membuatnya berdecak."Kau pikir aku seorang pemalas, setelah bangun harus tidur lagi." ucapnya datar dan dingin."Aku bukan seorang pemalas." tambahnya tegas."A-ku tidak bicara begitu tuan.""Sudah, aku tidak mau mendengar alasanmu. Cepat antarkan aku kekamar mandi."Hafsa cepat meraih kursi roda untuk mengantarkan tuan Elang kekamar mandi dia juga membantu Elang untuk duduk dikursi rodanya.Gadis itu dengan sekuat tenaga membantu Elang yang bertubuh besar dan berat untuk duduk dikursi roda, dengan keringat yang membasahinya dia berhasil mendudukkan Elang dikursi rodanya.Karena jarak mereka dekat Hafsa bisa melihat wajah Elang dari dekat meskipun belum mandi tapi wajahnya tetap tampan dan badannya tetap wangi, tapi ada yang aneh Elang sama sekali tidak menyadarinya sampai Hafsa melambaikan tangan didepan matanya tapi tidak berubah tapi Elang bisa merasakannya."Aku buta dan lumpuh." jawab Elang merasakan gerakan Hafsa.Hafsa terdiam dia baru berfikir pantas saja pandangannya selalu lurus kedepan dan tidak berkedip."Maaf tuan saya tidak tau!" Hafsa merasa tidak enak karena tidak mengetahui penyakit tuan muda."Sudah cepat antarkan aku kekamar mandi." perintah nya kemudian."Baik tuan."Lalu Hafsa mengantarkan Elang kekamar mandi yang terletak dipojok ruangan setelah masuk Hafsa tertegun mendapati kamar mandi yang super mewah dan luas lebih luas dari kamarnya ditempat tinggalnya bersama ayah, ibu dan saudari tirinya."Kenapa malah berhenti? cepat siapkan air."kata Elang."Baik tuan."Segera Hafsa menyiapkan air hangat didalam bath up dengan sabun aroma terapi lavender yang sangat harum seperti petunjuk dalam tugasnya.Saking harumnya Hafsa sampai ingin berendam didalamnya tapi dia teringat tuan mudanya segera dia menghampiri."Tuan muda airnya sudah siap, silahkan!""Bantu aku."Hafsa kemudian mengangkat kembali dengan susah payah."Sudah tinggalkan aku, aku bisa sendiri. Akan aku panggil setelah selesai kau siapkan saja pakaianku.""Baik tuan!".Kemudian Hafsa keluar dari kamar mandi dia sudah berfikir bahwa dirinya apakah akan disuruh memandikannya, untung saja tidak sudah berdua dengan tuan muda dengan jarak yang begitu dekat saja dia sudah menahan nafas karena otot tubuhnya yang begitu atletis.Setelah menanggalkan pakaiannya Elang berendam didalam air hangat itu, sungguh menenangkan dan membuatnya nyaman serta rileks. Dan mungkin dia akan lama memanggil pengasuhnya itu.Hafsa sudah menyiapkan pakaian Elang sedari tadi dan dia juga sudah menunggu Elang yang tak kunjung keluar mungkin sudah setengah jam Elang didalam kamar mandi membuatnya cemas dan panik."Aduh lama banget mandinya melebihi gadis, masa aku harus menunggu disini terus atau... dia kenapa-napa lagi, aduuh gimana ini?" gumam Hafsa pada dirinya sendiri mondar mandir didepan kamar mandi.Lalu tak lama kemudian pintu diketuk dari luarTok tok tokHafsa segera membuka pintunya dan ternyata Melati datang membawakan sarapan untuk tuan mudanya."Melati,.""Hafsa ini sarapan tuan muda Elang.""Apa emang harus diantar?""Sepertinya begitu, aku hanya mengerjakan perintah.""Oh... begitu tuan muda suka sarapan dikamarnya. Baiklah sini terimakasih yah!" Hafsa menerima sarapan itu yang dibawa dengan troling.""Eh ngomong-ngomong tuan muda sudah bangun." tanya Melati sambil melongok kedalam."Sudah dia
"Masuk Rey.!" ucap Elang datar."Terimakasih tuan." kemudian Rey masuk dan menundukkan kepala meski Elang tidak bisa melihatnya karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya."Apa tuan baik-baik saja?" begitulah kata Rey pada Elang."Aku baik-baik saja." jawab Elang santai.Rey terkejut karena Elang menjawabnya biasa saja tidak ada nada marah ataupun berkata dingin dan kejam pada pengasuh yang baru kali ini.Rey pun tersenyum mendapati tuan sekaligus sahabatnya itu tidak marah sama sekali bahkan Rey melihat pengasuh itu tidak tertekan sama sekali atau ada gurat ketakutan diwajahnya."Sekarang kau boleh keluar." ucap Rey memancing dengan menyuruh Hafsa yang dibelakangnya keluar."Baik tuan!"."Tunggu...!" Belum mencapai pintu bahkan belum melangkahkan kakinya Elang sudah menghentikan.Hafsa mengernyit, "Aku tuan.!" tunjuknya pada dirinya sendiri."Iya kau siapa lagi?" ulang Elang datar."Ada apa tuan?""Kau tetap disisiku". ucap Elang membuat Rey kembali terkejut."Ah maksudnya apa yah tuan
"Lihat itu...!" ucap Rey menunjukkan sesuatu dilayar televisi diruangan Elang.Nina melihatnya dan seketika dia langsung gemetar takut dimana dilayar itu memperlihatkan dirinya yang sedang memoles bedak dan dibawahnya terdapat puding itu."Apa ini kurang jelas untukmu?" kata Elang tajam."Eh tapi tuan.!""Pergi kau dari sini, sekarang juga kau kupecat.!" tanpa perasaan Elang langsung saja memecat Nina. Elang juga sebenarnya dari awal tidak menyukai Nina yang menurutnya Nina sama seperti perempuan penggoda lainnya."Tuan..!""Keluar.!" ucap Elang dengan nada membentak yang menakutkan membuat Nina berjingkat kaget."Baik tuan.." Nina bahkan sampai menangis. impiannya pupus sudah untuk mendekati tuan muda Elang dan menjadi nona disini karena itu termasuk impiannya saat memasuki mansion mewah ini."Aku tidak butuh pelayan lagi cukup mereka berdua saja." ucap Elang yang dimaksud dua adalah Hafsa dan Melati.
"Mah, kenapa anak itu tidak pulang-pulang yah!" tanya Sesil sambil memakan cemilannya."Biar saja, yang pentingkan kita dapat uangnya." jawab Rahma sambil mengedipkan mata."Iya mah, mana uangnya besar sekali lagi kita jadi bisa makan enak terus setiap hari." ujar Sesil."Dan shoping juga.!" tambah Rahma kemudian mereka tertawa bersama."Tapi mah itu berarti dia kerja sama orang kaya dong mah! pasti gajinya juga besar." terka Sesil menggeser duduknya jadi menghadap ibunya."Sudah pasti, mereka saja memberikan jaminan kepada kita dengan uang yang banyak sudah pasti gajinya juga pasti besar.""Kalau gitu kita harus minta supaya dia mau transfer uangnya kekita mah." ucap Sesil memprovokasi ibunya."Kau tenang saja kita pasti akan mendapatkannya.!" balasnya tersenyum penuh niat yang buruk."Sudah mendingan kita sumpetin barang-barang ini sebelum lelaki tidak berguna datang." kata Rahma mulai membereskan belanjaannya
"Sudah cukup istirahatnya, kau Hafsa dipanggil oleh tuan muda." kata Bi Rum pada Hafsa."Baik bi, Melati sudah dulu yah!" pamit Hafsa pada Melati, Melati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Dan kau kembali kepekerjaanmu." lanjut Bi Rum pada melati.Melati langsung sigap dan tersenyum, "Baik kepala pelayan."Melati berjalan menyusuri lantai demi lantai karena dia tak melihat hingga dia tidak sadar bahwa didepannya ada sekretaris Rey yang berjalan dengan datar alhasil Melati jadi menabrak dada bidang Rey."Aduh... sakit sekali! apa aku menabrak tembok?" ocehnya tak melihat Rey yang menatap datar.Melati kemudian melihat ada kaki dibawahnya yang dibalut sepatu pantofel mewah, dia melirik dari bawah hingga keatas dan berhenti tepat diwajah Rey yang menatap lurus.Melati tertegun melihat paras dari Rey dia melotot dan membuka mulutnya saking terpesonanya.'Wah tampan sekali, aku seperti melihat pangeran dari kerajaan'ucap Melati dalam hati tangannya menangkup kedua pipinya sendir
Tiga bulan kemudianHafsa sudah bekerja selama tiga bulan lamanya dengan tuan muda Elang sikap Elang pun perlahan berubah tidak kasar dan tidak mengerjainya lagi setelah tau Hafsa adalah seorang yang penyabar dan tekun dalam bekerja.Maka dari itu Elang mulai menyukai kinerja Hafsa yang pantang menyerah pada dirinya sehingga bisa bertahan selama ini.Nyonya Sinta sebentar lagi akan kembali dari dinasnya selama tiga bulan itu dia ingin cepat pulang untuk melihat kinerja pengasuh Elang langsung karena dia mendapat laporan dari Rey bahwa kali ini Elang tidak memecat pelayannya dalam waktu yang singkat.Nyonya Sinta pun tentu senang mendapat laporan seperti itu maka dari itu dia ingin segera pulang dan melihat keadaannya sendiri.Dan beberapa bulan ini juga seorang wanita telah kembali untuk menemui Elang untuk merujuk kembali hubungan mereka, tapi bagaimana tanggapan Elang apakah dia mau kembali dengan wanita yang pernah dicintainya itu.Ting tong...Terdengar suara bel pintu berbunyi pel
"Halo sayang, bisakah kau kekamarku sekarang."Tiba-tiba Hafsa melebarkan matanya jadi segar saat mendengar kata dari tuan mudanya bahkan dia sampai memukul pipinya sendiri karena dikira dirinya sedang bermimpi."Aku mimpikah tapi kenapa rasanya seperti nyata" ucapnya pelan namun tetap terdengar oleh Elang."Sayang, cepat kesini aku menunggumu!" suara Elang terdengar lagi tapi dengan nada menekan mampu membuat Hafsa tersadar."Ah iya aku segera kesana." ucap Hafsa langsung mematikan interkomnya padahal Elang belum selesai bicara membuat Elang menahan geram."Lihat dia akan datang sebentar lagi. Kau tunggu saja!" kata Elang pada Diana setelah menaruh interkomnya.Diana tidak menjawab dia hanya tersenyum dingin ingin membuktikan apakah Elang benar atau tidak.Tok tok tokTak lama setelah itu pintu terketuk dia adalah Hafsa yang datang dengan wajah penuh kebingungan."Masuk sayang.!" kata Elang dengan suara lembut.Hafsa perlahan membuka pintu dan masuk dengan ragu dan alangkah terkejutny
Pagi pun tibaElang tidak bisa tidur semalaman ini karena gadis disampingnya bukan hanya pingsan tapi juga tertidur dan lebih parahnya gadis itu punya kebiasaan tidur yang tidak tenang yaitu menguasai tempat tidur.Ingin sekali Elang menendang gadis itu agar terbangun tapi hati kecilnya tidak tega karena dia bukan tipe orang yang suka menyakiti wanita dengan memakai fisik."Sial, kenapa sial sekali hari ini gadis ini benar-benar!" gumam Elang saat bantal guling yang dia batasi malah dilempar oleh Hafsa dan kini gadis itu malah memepet kearah Elang."Hei, gadis bodoh bangun kau tidur atau mati!" ucap Elang sudah tak tahan mengetahui kebiasaan buruk gadis itu jika tidur.Hafsa menggeliat perlahan dia membuka matanya karena dirasa ada suara yang mengusiknya.Tidurnya kali ini lebih nyaman kasurnya pun sangat empuk lebih empuk dari kasur dikamar pelayan, yang tadinya pingsan dia jadi kebablasan malah tidur senyenyak ini.Tapi dia langsung tersadar sepenuhnya saat menyadari kasur yang begit
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu