"Mah, kenapa anak itu tidak pulang-pulang yah!" tanya Sesil sambil memakan cemilannya.
"Biar saja, yang pentingkan kita dapat uangnya." jawab Rahma sambil mengedipkan mata."Iya mah, mana uangnya besar sekali lagi kita jadi bisa makan enak terus setiap hari." ujar Sesil."Dan shoping juga.!" tambah Rahma kemudian mereka tertawa bersama."Tapi mah itu berarti dia kerja sama orang kaya dong mah! pasti gajinya juga besar." terka Sesil menggeser duduknya jadi menghadap ibunya."Sudah pasti, mereka saja memberikan jaminan kepada kita dengan uang yang banyak sudah pasti gajinya juga pasti besar.""Kalau gitu kita harus minta supaya dia mau transfer uangnya kekita mah." ucap Sesil memprovokasi ibunya."Kau tenang saja kita pasti akan mendapatkannya.!" balasnya tersenyum penuh niat yang buruk."Sudah mendingan kita sumpetin barang-barang ini sebelum lelaki tidak berguna datang." kata Rahma mulai membereskan belanjaannya"Sudah cukup istirahatnya, kau Hafsa dipanggil oleh tuan muda." kata Bi Rum pada Hafsa."Baik bi, Melati sudah dulu yah!" pamit Hafsa pada Melati, Melati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Dan kau kembali kepekerjaanmu." lanjut Bi Rum pada melati.Melati langsung sigap dan tersenyum, "Baik kepala pelayan."Melati berjalan menyusuri lantai demi lantai karena dia tak melihat hingga dia tidak sadar bahwa didepannya ada sekretaris Rey yang berjalan dengan datar alhasil Melati jadi menabrak dada bidang Rey."Aduh... sakit sekali! apa aku menabrak tembok?" ocehnya tak melihat Rey yang menatap datar.Melati kemudian melihat ada kaki dibawahnya yang dibalut sepatu pantofel mewah, dia melirik dari bawah hingga keatas dan berhenti tepat diwajah Rey yang menatap lurus.Melati tertegun melihat paras dari Rey dia melotot dan membuka mulutnya saking terpesonanya.'Wah tampan sekali, aku seperti melihat pangeran dari kerajaan'ucap Melati dalam hati tangannya menangkup kedua pipinya sendir
Tiga bulan kemudianHafsa sudah bekerja selama tiga bulan lamanya dengan tuan muda Elang sikap Elang pun perlahan berubah tidak kasar dan tidak mengerjainya lagi setelah tau Hafsa adalah seorang yang penyabar dan tekun dalam bekerja.Maka dari itu Elang mulai menyukai kinerja Hafsa yang pantang menyerah pada dirinya sehingga bisa bertahan selama ini.Nyonya Sinta sebentar lagi akan kembali dari dinasnya selama tiga bulan itu dia ingin cepat pulang untuk melihat kinerja pengasuh Elang langsung karena dia mendapat laporan dari Rey bahwa kali ini Elang tidak memecat pelayannya dalam waktu yang singkat.Nyonya Sinta pun tentu senang mendapat laporan seperti itu maka dari itu dia ingin segera pulang dan melihat keadaannya sendiri.Dan beberapa bulan ini juga seorang wanita telah kembali untuk menemui Elang untuk merujuk kembali hubungan mereka, tapi bagaimana tanggapan Elang apakah dia mau kembali dengan wanita yang pernah dicintainya itu.Ting tong...Terdengar suara bel pintu berbunyi pel
"Halo sayang, bisakah kau kekamarku sekarang."Tiba-tiba Hafsa melebarkan matanya jadi segar saat mendengar kata dari tuan mudanya bahkan dia sampai memukul pipinya sendiri karena dikira dirinya sedang bermimpi."Aku mimpikah tapi kenapa rasanya seperti nyata" ucapnya pelan namun tetap terdengar oleh Elang."Sayang, cepat kesini aku menunggumu!" suara Elang terdengar lagi tapi dengan nada menekan mampu membuat Hafsa tersadar."Ah iya aku segera kesana." ucap Hafsa langsung mematikan interkomnya padahal Elang belum selesai bicara membuat Elang menahan geram."Lihat dia akan datang sebentar lagi. Kau tunggu saja!" kata Elang pada Diana setelah menaruh interkomnya.Diana tidak menjawab dia hanya tersenyum dingin ingin membuktikan apakah Elang benar atau tidak.Tok tok tokTak lama setelah itu pintu terketuk dia adalah Hafsa yang datang dengan wajah penuh kebingungan."Masuk sayang.!" kata Elang dengan suara lembut.Hafsa perlahan membuka pintu dan masuk dengan ragu dan alangkah terkejutny
Pagi pun tibaElang tidak bisa tidur semalaman ini karena gadis disampingnya bukan hanya pingsan tapi juga tertidur dan lebih parahnya gadis itu punya kebiasaan tidur yang tidak tenang yaitu menguasai tempat tidur.Ingin sekali Elang menendang gadis itu agar terbangun tapi hati kecilnya tidak tega karena dia bukan tipe orang yang suka menyakiti wanita dengan memakai fisik."Sial, kenapa sial sekali hari ini gadis ini benar-benar!" gumam Elang saat bantal guling yang dia batasi malah dilempar oleh Hafsa dan kini gadis itu malah memepet kearah Elang."Hei, gadis bodoh bangun kau tidur atau mati!" ucap Elang sudah tak tahan mengetahui kebiasaan buruk gadis itu jika tidur.Hafsa menggeliat perlahan dia membuka matanya karena dirasa ada suara yang mengusiknya.Tidurnya kali ini lebih nyaman kasurnya pun sangat empuk lebih empuk dari kasur dikamar pelayan, yang tadinya pingsan dia jadi kebablasan malah tidur senyenyak ini.Tapi dia langsung tersadar sepenuhnya saat menyadari kasur yang begit
Hafsa kini sedang berada diluar bersama Melati. Mereka keluar sebentar hanya untuk membeli barang keperluan dipasar yang dekat dengan tempat kerjanya.Saat diperjalanan Hafsa melihat ada seorang nenek yang hendak menyebrang namun kendaraan tak kunjung sepi membuat nenek itu ragu untuk maju apalagi melihat sekitar orang-orang sangat acuh tidak mempedulikan nenek yang kesulitan itu.Mungkin karena penampilan nenek itu yang Kumal dan berbaju lusuh jadi tidak ada yang mempedulikan. Hafsa yang melihatnya pun jadi kasihan dan berniat ingin membantu."Mel, lihat sepertinya nenek itu mau menyebrang tapi dia tidak bisa dan tidak ada yang membantu, kita bantu sebrangin yuk!" usul Hafsa pada Melati menunjuk nenek yang berada tak jauh darinya.Melati menengok kearah yang ditunjuk Hafsa, "Ayo kasihan sekali nenek itu! ayo cepat!" Melati antusias menarik tangan Hafsa dan menyeretnya sehingga Hafsa pun jadi ikut terseret."Hey, kau ini jangan seret-seret dong!" omel Hafsa pada Melati tapi tidak diped
Saat dua wanita berumur sama itu membicarakan anak-anak nya tiba-tiba saja anak dari nyonya Dewi datang kebutik untuk menyapa."Halo mah, aku datang!""Satria...!" ucap nyonya Dewi meskipun kesal tapi jika anaknya datang tetap disambut dengan senyuman."Hai nak! kapan kau pulang?" tanya nya sambil merangkul dan mencium anak sulungnya."Baru tadi siang mah!" jawab Satria kemudian melirik nyonya Sinta."Hay Tante, apa kabar? sudah lama tidak bertemu!" Satria menyapa nyonya Sinta yang ada dihadapannya."Tante baik Satria, kamu semakin tampan saja!" kata nyonya Sinta."Ah Tante bisa saja, aku memang tampan sejak lahir Tante." ujar Satria menyentuh dagunya dengan bangga membuat ibunya mendengus."Hai Sinta anakmu juga tampan.""Ah iya dia emang lebih tampan." Kemudian mereka berdua terkekeh."Oh iya Tante bagaimana keadaan Elang? aku belum menjenguknya hingga tahun terakhir ini." tanya Satria karena dirinya memang sejak Elang kecelakaan baru dua kali menengok setelah itu Satria pergi ke lua
Hafsa mengikuti dua nyonya besar itu masuk kedalam untuk melihat gaun pengantinnya. Hafsa hanya diam saja membiarkan dua nyonya itu yang memilih."Hafsa sayang, sini nak!" panggil nyonya Sinta pada Hafsa."Iya Tante." jawab Hafsa gugup dia melangkah pelan menghampiri nyonya Sinta yang sudah memegang sebuah gaun yang sangat indah."Coba kau pakai ini!" nyonya Sinta menyodorkan gaun yang panjang dan atasnya terbuka tanpa lengan.Bahkan Hafsa sampai meringis melihatnya tapi dia tidak berani membantah."Baik Tante." kemudian Hafsa masuk kekamar ganti dibantu oleh asisten nyonya Dewi.Kemudian datanglah nyonya Dewi membawa beberapa gaun yang direkomendasikannya dan dibelakangnya ada Satria."Sinta lihat! aku bawa beberapa gaun yang spesial untuk menantumu dan gaun ini adalah hasilku sendiri." pamer Dewi dengan bangga pada sahabatnya.Nyonya Sinta melirik gaun itu dan terperangah takjub, "Wah... bagus sekali gaun hasil rancanganmu dia pasti cantik memakai gaun ini." ujar nyonya Sinta memegan
"Eh ngomong-ngomong aku senang kau akan menikah, kenapa kau mendahuluiku?" ledek Satria tapi Elang menanggapinya dengan datar."Dan juga calonmu cantik juga, kau menemukannya dimana?" tanya nya lagi sambil menopang dagu.Elang tidak mau menjawab karena memang dirinya sedikit gengsi jika menikah dengan seorang pengasuh tapi nasi sudah menjadi bubur dan itu tidak bisa dirubah."Hei, kenapa kau diam saja? apa kau tidak ingin menikah dengannya." Satria dapat melihat dari raut wajah datar Elang kalau pernikahan ini pasti bukan keinginannya."Baiklah, Elang boleh aku tebak? sepertinya ini bukan keinginanmu. Kalau begitu aku siap untuk menggantikanmu." ucap Satria lagi yang terus bicara.Elang langsung bereaksi saat Satria mengucapkan 'aku siap untuk menggantikanmu' dengan menatapnya tajam."Kau banyak bicara ya Satria. Itu urusanku bukan urusanmu. Dan kau tidak perlu menggantikannya. Mengerti." ucap Elang dengan penekanan membuat Satria menggedikkan bahunya."Ayo Rey, bawa aku kedalam.""Bai
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu