Hafsa sudah menyiapkan pakaian Elang sedari tadi dan dia juga sudah menunggu Elang yang tak kunjung keluar mungkin sudah setengah jam Elang didalam kamar mandi membuatnya cemas dan panik.
"Aduh lama banget mandinya melebihi gadis, masa aku harus menunggu disini terus atau... dia kenapa-napa lagi, aduuh gimana ini?" gumam Hafsa pada dirinya sendiri mondar mandir didepan kamar mandi.Lalu tak lama kemudian pintu diketuk dari luarTok tok tokHafsa segera membuka pintunya dan ternyata Melati datang membawakan sarapan untuk tuan mudanya."Melati,.""Hafsa ini sarapan tuan muda Elang.""Apa emang harus diantar?""Sepertinya begitu, aku hanya mengerjakan perintah.""Oh... begitu tuan muda suka sarapan dikamarnya. Baiklah sini terimakasih yah!" Hafsa menerima sarapan itu yang dibawa dengan troling.""Eh ngomong-ngomong tuan muda sudah bangun." tanya Melati sambil melongok kedalam."Sudah dia lagi berendam.""Berendam.""Iya, berendamnya lama banget lagi!" bisik Hafsa pelan."Hihihi namanya juga orang kaya" Melati terkikik geli membalasnya."Sudah sudah cepat kembali nanti dimarahi lagi." kata Hafsa mengakhiri."Iya. daah!".Hafsa menutup pintu dan membawa troling berisi makanan itu kedalam dan melihat kamar mandi masih menutup dan Elang belum memanggilnya."Aduh.. kok lama sekali dia belum keluar juga. Apa ku ketuk saja yah pintunya." kata Hafsa berinisiatif.Lalu dia mendekati pintu kamar mandi dan mencoba mengetuknya sekali dengan pelan.tok tok tok"Tuan...!" tak ada sahutan, coba lagi."Tuan....!" berbicara lebih keras tetap tak ada sahutan."Tuan apa anda baik-baik saja?" dengan lebih keras Hafsa menggedor pintu kamar mandi sehingga yang didalam terbangun dan terganggu."Sial, pengasuh itu mengganggu ketenangan ku saja " kesal Elang karena kenyamanannya diganggu."Ada apa?" sahut Elang dengan suara keras juga."Tuan sedang apa? apa tuan baik-baik saja kenapa lama sekali?" ucap Hafsa dibalik pintu."Jangan banyak bicara cepat bantu aku." jawab Elang ketus, setelah Hafsa masuk dia akan memarahi pelayan itu.Hafsa kemudian membuka pintu sesuai perintah terlihat Elang sudah duduk dibak mandinya dengan bertelanjang dada tentunyaHafsa bahkan sampai memalingkan wajahnya."Ada yang bisa saya bantu tuan.""Kau sudah merusak mood berendamku, dan berani sekali kau berteriak kepadaku, apa kau ingin dipecat?" ucap Elang dingin dan tajam.Hafsa langsung bereaksi, "Tidak tuan tidak, aku masih membutuhkan pekerjaan ini. Tadi itu aku hanya khawatir kalau tuan kenapa-napa karena tuan tidak memanggilku makanya aku berinisiatif memanggil tuan." ucap Hafsa takut-takut."Aku tidak butuh alasanmu, lain kali jika tidak aku panggil maka kau jangan berteriak-teriak, mengerti." Hafsa mengangguk tapi teringat Elang tidak bisa melihat segera dia menjawab."Iya tuan saya mengerti.!""Sudah sekarang bantu aku berdiri."Hah, Hafsa melongo bantu berdiri yang ada dipikirannya kalau Elang sedang polos mana mungkin dia melakukannya kalau terlihat anu nya bagaimana?."Kenapa kau diam saja? bantu aku cepat.""Ta-pi tuan aku masih polos, aku tidak mau mataku ternodai." ucap Hafsa terbata.Elang tersenyum miring, baru kali ini ada pelayan yang menolak perintahnya dalam keadaan seperti ini biasanya tanpa diperintah pun mereka akan dengan senang hati melakukannya."Kau benar-benar ingin dipecat?""Ti-dak tuan.""Lalu kenapa kau banyak alasan? aku tidak peduli kau masih polos atau tidak karena aku tidak bisa melihat reaksimu. Bisa saja kau hanya pura-pura lalu kau malah tergiur dengan tubuhku." ucap Elang tersenyum sinis.Mendengar perkataan Elang membuat harga dirinya tersakiti dia tidak terima."Tuan, jangan sembarangan bicara yah! aku tidak seperti itu, kalau tuan berfikiran begitu tentangku baiklah lebih baik tuan pecat saja aku." ucap Hafsa dengan emosi.Elang semakin tersenyum sinis."Baiklah kalau kau maunya begitu, sekarang juga coba kau buktikan membantuku tanpa menyentuhku."Hafsa kembali melongo membantu tanpa menyentuh bagaimana caranya?."Bagaimana caranya tuan?" tanya Hafsa bingung."Terserah dirimu, aku tidak peduli!" ucap Elang ingin mengerjai Hafsa.Hafsa kemudian berfikir bagaimana caranya membantu tanpa menyentuh. Ah dia mendapatkan ide kemudian dia mencari plastik untuk menutupi kedua tangannya lalu bersiap untuk membantu Elang."Oke, saya sudah siap tuan!" sini aku bantu."Elang mengernyit, "Apa yang kau gunakan?""Sudah yang pentingkan tidak menyentuh kulit secara langsung, ayo cepat tuan nanti tuan kedinginan. Siapa yang repot? tentu aku." celoteh Hafsa membuat Elang melebarkan mata.'Kenapa jadi aku yang dikerjai' batin Elang pada dirinya sendiri."Aku janji akan tutup mata dan tidak akan melihat apapun."Kemudian Hafsa membantu Elang berdiri dengan tangan menggunakan plastik yang dia temukan.Tanpa melihat apapun yang sebenarnya Elang memakai celana dalam tetapi tetap saja ada yang menonjol dibalik celana itu dan Hafsa pun pasti bisa melihatnya.Dibilasnya tuan muda dengan air shower dan dibantu Hafsa masih dengan memejamkan mata.Elang tau bahwa pengasuhnya ini jujur dan tidak dibuat-buat. Setelah selesai membilas Elang dibantu Hafsa menggunakan jubah handuknya lalu mendudukkannya dikursi roda dan matanya sudah terbuka saat sudah memakai jubah handuk itu.Kemudian membantunya keluar dari kamar mandi."Tuan sarapan tuan sudah siap, ingin makan dulu atau pakai baju dulu." tawarnya tersenyum."Aku ingin berpakaian dulu." jawab Elang.Kemudian Hafsa menyerahkan pakaiannya."Ini tuan!"."Aku bisa pakai sendiri, kau berbalik lah." kata Elang datar dan memang dia bisa memakai pakaiannya sendiri."Baik tuan." Hafsa membelakangi kemudian."Sudah." tanya Elang memastikan."Sudah."Elang memakai baju dengan perlahan sampai selesai memang butuh waktu yang lama namun dia berhasil melakukannya.""Sudah." ucap Elang.Hafsa kemudian berbalik mendapati Elang yang sudah siap dan semuanya rapih."Wah tuan bisa memakai baju sendiri hebat" puji Hafsa bertepuk tangan."Tidak usah berlebihan, cepat suapi aku." ucap Elang membuat Hafsa mendengus sebal."Baik tuan!".Tanpa basa basi lagi Hafsa dengan telaten menyuapi Elang makan dengan lahapnya benar-benar seperti bayi besar tapi Hafsa senang melakukannya.Hafsa mengagumi Elang yang begitu tampan baru ini dia melihat lelaki tampan disekitarnya tapi sayangnya tuan muda nya berhati dingin tapi menurut Hafsa tidak kejam hanya ketus saja.tok tok tokPintu diketuk seseorang."Sebentar tuan aku bukakan pintu." Hafsa berjalan mendekati pintu dan membukanya terlihat Rey yang sudah rapih dan tampan."Masuk Rey.!" ucap Elang datar."Terimakasih tuan." kemudian Rey masuk dan menundukkan kepala meski Elang tidak bisa melihatnya karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya."Apa tuan baik-baik saja?" begitulah kata Rey pada Elang."Aku baik-baik saja." jawab Elang santai.Rey terkejut karena Elang menjawabnya biasa saja tidak ada nada marah ataupun berkata dingin dan kejam pada pengasuh yang baru kali ini.Rey pun tersenyum mendapati tuan sekaligus sahabatnya itu tidak marah sama sekali bahkan Rey melihat pengasuh itu tidak tertekan sama sekali atau ada gurat ketakutan diwajahnya."Sekarang kau boleh keluar." ucap Rey memancing dengan menyuruh Hafsa yang dibelakangnya keluar."Baik tuan!"."Tunggu...!" Belum mencapai pintu bahkan belum melangkahkan kakinya Elang sudah menghentikan.Hafsa mengernyit, "Aku tuan.!" tunjuknya pada dirinya sendiri."Iya kau siapa lagi?" ulang Elang datar."Ada apa tuan?""Kau tetap disisiku". ucap Elang membuat Rey kembali terkejut."Ah maksudnya apa yah tuan
"Lihat itu...!" ucap Rey menunjukkan sesuatu dilayar televisi diruangan Elang.Nina melihatnya dan seketika dia langsung gemetar takut dimana dilayar itu memperlihatkan dirinya yang sedang memoles bedak dan dibawahnya terdapat puding itu."Apa ini kurang jelas untukmu?" kata Elang tajam."Eh tapi tuan.!""Pergi kau dari sini, sekarang juga kau kupecat.!" tanpa perasaan Elang langsung saja memecat Nina. Elang juga sebenarnya dari awal tidak menyukai Nina yang menurutnya Nina sama seperti perempuan penggoda lainnya."Tuan..!""Keluar.!" ucap Elang dengan nada membentak yang menakutkan membuat Nina berjingkat kaget."Baik tuan.." Nina bahkan sampai menangis. impiannya pupus sudah untuk mendekati tuan muda Elang dan menjadi nona disini karena itu termasuk impiannya saat memasuki mansion mewah ini."Aku tidak butuh pelayan lagi cukup mereka berdua saja." ucap Elang yang dimaksud dua adalah Hafsa dan Melati.
"Mah, kenapa anak itu tidak pulang-pulang yah!" tanya Sesil sambil memakan cemilannya."Biar saja, yang pentingkan kita dapat uangnya." jawab Rahma sambil mengedipkan mata."Iya mah, mana uangnya besar sekali lagi kita jadi bisa makan enak terus setiap hari." ujar Sesil."Dan shoping juga.!" tambah Rahma kemudian mereka tertawa bersama."Tapi mah itu berarti dia kerja sama orang kaya dong mah! pasti gajinya juga besar." terka Sesil menggeser duduknya jadi menghadap ibunya."Sudah pasti, mereka saja memberikan jaminan kepada kita dengan uang yang banyak sudah pasti gajinya juga pasti besar.""Kalau gitu kita harus minta supaya dia mau transfer uangnya kekita mah." ucap Sesil memprovokasi ibunya."Kau tenang saja kita pasti akan mendapatkannya.!" balasnya tersenyum penuh niat yang buruk."Sudah mendingan kita sumpetin barang-barang ini sebelum lelaki tidak berguna datang." kata Rahma mulai membereskan belanjaannya
"Sudah cukup istirahatnya, kau Hafsa dipanggil oleh tuan muda." kata Bi Rum pada Hafsa."Baik bi, Melati sudah dulu yah!" pamit Hafsa pada Melati, Melati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Dan kau kembali kepekerjaanmu." lanjut Bi Rum pada melati.Melati langsung sigap dan tersenyum, "Baik kepala pelayan."Melati berjalan menyusuri lantai demi lantai karena dia tak melihat hingga dia tidak sadar bahwa didepannya ada sekretaris Rey yang berjalan dengan datar alhasil Melati jadi menabrak dada bidang Rey."Aduh... sakit sekali! apa aku menabrak tembok?" ocehnya tak melihat Rey yang menatap datar.Melati kemudian melihat ada kaki dibawahnya yang dibalut sepatu pantofel mewah, dia melirik dari bawah hingga keatas dan berhenti tepat diwajah Rey yang menatap lurus.Melati tertegun melihat paras dari Rey dia melotot dan membuka mulutnya saking terpesonanya.'Wah tampan sekali, aku seperti melihat pangeran dari kerajaan'ucap Melati dalam hati tangannya menangkup kedua pipinya sendir
Tiga bulan kemudianHafsa sudah bekerja selama tiga bulan lamanya dengan tuan muda Elang sikap Elang pun perlahan berubah tidak kasar dan tidak mengerjainya lagi setelah tau Hafsa adalah seorang yang penyabar dan tekun dalam bekerja.Maka dari itu Elang mulai menyukai kinerja Hafsa yang pantang menyerah pada dirinya sehingga bisa bertahan selama ini.Nyonya Sinta sebentar lagi akan kembali dari dinasnya selama tiga bulan itu dia ingin cepat pulang untuk melihat kinerja pengasuh Elang langsung karena dia mendapat laporan dari Rey bahwa kali ini Elang tidak memecat pelayannya dalam waktu yang singkat.Nyonya Sinta pun tentu senang mendapat laporan seperti itu maka dari itu dia ingin segera pulang dan melihat keadaannya sendiri.Dan beberapa bulan ini juga seorang wanita telah kembali untuk menemui Elang untuk merujuk kembali hubungan mereka, tapi bagaimana tanggapan Elang apakah dia mau kembali dengan wanita yang pernah dicintainya itu.Ting tong...Terdengar suara bel pintu berbunyi pel
"Halo sayang, bisakah kau kekamarku sekarang."Tiba-tiba Hafsa melebarkan matanya jadi segar saat mendengar kata dari tuan mudanya bahkan dia sampai memukul pipinya sendiri karena dikira dirinya sedang bermimpi."Aku mimpikah tapi kenapa rasanya seperti nyata" ucapnya pelan namun tetap terdengar oleh Elang."Sayang, cepat kesini aku menunggumu!" suara Elang terdengar lagi tapi dengan nada menekan mampu membuat Hafsa tersadar."Ah iya aku segera kesana." ucap Hafsa langsung mematikan interkomnya padahal Elang belum selesai bicara membuat Elang menahan geram."Lihat dia akan datang sebentar lagi. Kau tunggu saja!" kata Elang pada Diana setelah menaruh interkomnya.Diana tidak menjawab dia hanya tersenyum dingin ingin membuktikan apakah Elang benar atau tidak.Tok tok tokTak lama setelah itu pintu terketuk dia adalah Hafsa yang datang dengan wajah penuh kebingungan."Masuk sayang.!" kata Elang dengan suara lembut.Hafsa perlahan membuka pintu dan masuk dengan ragu dan alangkah terkejutny
Pagi pun tibaElang tidak bisa tidur semalaman ini karena gadis disampingnya bukan hanya pingsan tapi juga tertidur dan lebih parahnya gadis itu punya kebiasaan tidur yang tidak tenang yaitu menguasai tempat tidur.Ingin sekali Elang menendang gadis itu agar terbangun tapi hati kecilnya tidak tega karena dia bukan tipe orang yang suka menyakiti wanita dengan memakai fisik."Sial, kenapa sial sekali hari ini gadis ini benar-benar!" gumam Elang saat bantal guling yang dia batasi malah dilempar oleh Hafsa dan kini gadis itu malah memepet kearah Elang."Hei, gadis bodoh bangun kau tidur atau mati!" ucap Elang sudah tak tahan mengetahui kebiasaan buruk gadis itu jika tidur.Hafsa menggeliat perlahan dia membuka matanya karena dirasa ada suara yang mengusiknya.Tidurnya kali ini lebih nyaman kasurnya pun sangat empuk lebih empuk dari kasur dikamar pelayan, yang tadinya pingsan dia jadi kebablasan malah tidur senyenyak ini.Tapi dia langsung tersadar sepenuhnya saat menyadari kasur yang begit
Hafsa kini sedang berada diluar bersama Melati. Mereka keluar sebentar hanya untuk membeli barang keperluan dipasar yang dekat dengan tempat kerjanya.Saat diperjalanan Hafsa melihat ada seorang nenek yang hendak menyebrang namun kendaraan tak kunjung sepi membuat nenek itu ragu untuk maju apalagi melihat sekitar orang-orang sangat acuh tidak mempedulikan nenek yang kesulitan itu.Mungkin karena penampilan nenek itu yang Kumal dan berbaju lusuh jadi tidak ada yang mempedulikan. Hafsa yang melihatnya pun jadi kasihan dan berniat ingin membantu."Mel, lihat sepertinya nenek itu mau menyebrang tapi dia tidak bisa dan tidak ada yang membantu, kita bantu sebrangin yuk!" usul Hafsa pada Melati menunjuk nenek yang berada tak jauh darinya.Melati menengok kearah yang ditunjuk Hafsa, "Ayo kasihan sekali nenek itu! ayo cepat!" Melati antusias menarik tangan Hafsa dan menyeretnya sehingga Hafsa pun jadi ikut terseret."Hey, kau ini jangan seret-seret dong!" omel Hafsa pada Melati tapi tidak diped
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu